Suami Janda Paling Setia

Suami Janda Paling Setia

Oleh:  Viala La  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
133 Peringkat
106Bab
3.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Alfa Septian, seorang pemuda pekerja keras menikahi janda beranak dua yang amat dicintainya. Tak peduli semua berkata apa, Alfa tetap bersikeras dengan pilihannya untuk menjadi suami paling setia untuk istri kesayangannya. Namun, apa yang akan Alfa lakukan Ketika mendapat kabar bahwa istrinya mengalami musibah yang sulit untuk dihindari? Apakah dia akan tetap bertahan dengan pilihannya? Atau justru mencari tambatan hati yang baru?

Lihat lebih banyak
Suami Janda Paling Setia Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Roro Halus
makin seru thor, relate sama dunia asli
2024-04-14 17:20:18
1
user avatar
Abigail Briel
sumpahhhh ini bagusss yang gak baca rugi
2024-03-31 22:48:41
1
user avatar
Abigail Briel
selalu suka baca tiap babnya...
2024-03-30 19:36:16
1
user avatar
Saraswati_5
gambaran suami idaman si Alfa
2024-03-30 00:06:50
1
user avatar
Abigail Briel
gemes banget mau lanjut...
2024-03-29 19:03:03
1
user avatar
Abigail Briel
selalu bikin ngakak wkwkwk
2024-03-26 09:31:43
1
user avatar
Abigail Briel
akhirnya bangun juga kinanti 🥲
2024-03-15 09:11:51
1
user avatar
Abigail Briel
pengen suami kek alfa dong thor......
2024-03-07 15:59:41
1
user avatar
Roro Halus
bener deh keputusan buat gak ada kontak fisik selain salim. emang kudu mempertimbangkan anak saat pernikahan kedua
2024-03-07 13:49:43
1
user avatar
Abigail Briel
alfa dapet temen kocak lagi nih, erhan awas lu jadi pedofil. suka ama anak kelas 5 sd wkwkwk
2024-03-03 01:13:58
1
user avatar
Saraswati_5
makin ke sini aku semakin suka, semangat terus thor
2024-03-01 11:20:16
1
user avatar
Abigail Briel
alfa selalu kocak walau sedih, semangat kakak.
2024-02-21 04:42:19
1
user avatar
Saraswati_5
suka banget, selalu semangat, Kakak
2024-02-19 12:35:39
1
user avatar
Roro Halus
hihihi comelnya alfa, tuannya marah saat bunganya ada yang sapa ya......
2024-02-18 10:58:07
1
user avatar
Saraswati_5
penasaran sama yang ambil foto Kinan sama Alfa
2024-02-17 10:13:07
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 9
106 Bab
BAB 1. WANITA YANG AKU CINTAI
Saat aku baru sampai di depan pintu rumah, aku mendengar ayah berteriak pada ibu, "Bagaimana ini, Ning?""Aku nggak tahu, Mas! Aku juga pusing mikirin anakmu si Alfa itu!" sarkas ibuku yang bernama Kemuning."Bagaimana bisa ia mau menikahi wanita lain, padahal Kamlia pulang minggu depan!" Ayah terlihat bejalan mondar-mandir sambil memijat dahinya.Aku menoleh pada wanita yang aku bawa pulang, ia mengeratkan pegangannya di lenganku. Ia seperti ketakutan. Hari ini aku berencana mengenalkan Kinanti pada keluargaku. Aku ingin menikahi wanita yang aku cintai, bukan wanita yang akan dijodohkan padaku.Mereka masih belum menyadari kehadiranku dan masih melanjutkan diskusi, yang terdengar seperti genderang bertalu-talu."Pokoknya Alfa harus nikah sama Kamlia, Ning! Mas takut, juragan Siran mengungkit pertolongannya dulu!" putus bapak yang mungkin akan sangat sulit diubah."Assalamualaikum," potongku yang langsung membuat mereka menatap ke padaku.Ayah dan ibu langsung berdiri dan berjalan meng
Baca selengkapnya
BAB 2. MENEMUI KAMLIA
Setelah mengantarkan Kinanti, aku pun memutar motor ke bengkel tempat aku bekerja. Sekitar lima belas menit, aku sudah sampai di bengkel."Aduh ... dingin sekali. Andai ada yang memeluk pasti hangat!" Aku berandai-andai dipeluk seseorang, mungkin karena memang sudah kebelet nikah.Seminggu telah berlalu, sudah selama itu pula Kinanti mendiamkanku. Ketika pagi hari aku membeli dagangannya, dia bahkan masih tidak ramah padaku. Aku sudah lelah didiamkan terus oleh Kinanti.Waktu yang aku tunggu telah tiba, pesan dari Kamlia telah masuk ke ponselku, ia memang selalu mengabari jika sudah berada di kampung. Meskipun tak pernah sekali pun aku balas.[Bang! Lia sudah di kampung!]Aku pun langsung membalasnya, "Nanti sore saya akan ke sana."[Abang benaran?]Aku tidak membalasnya lagi, namun pesan Kamlia masuk kembali ke ponselku.[Aku tunggu, Bang!] Pesan singkat itu ditambahkan emot tersenyum beberapa buah.Entahlah bagaimana ekspresi Kamlia disana, yang jelas aku sangat bahagia dengan kepul
Baca selengkapnya
BAB 3. ADEGAN PEMAKSAAN
"Cantik dari maren kemaren kok, Juragan!" Aku langsung meralat ucapanku.Tak terbayang apa jadinya jika tadi aku keceplosan menghina Kamlia di depan ayahnya. Aku pasti langsung jadi daftar menu buat ular piton peliharaan Juragan Siran. Aku jadi bergidik ngeri membayangkannya.Tak lama ibu Kamlia datang dengan tiga gelas juice jeruk, minuman di rumah orang kaya memang berbeda dengan minuman di rumah rakyat jelata. Di rumahku hanya ada teh yang selalu menjadi andalan menyambut tamu."Terima kasih, Tante!" ucapku ketika ibunya Kamlia meletakkan juice jeruk di depanku."Silahkan diminum ya, Nak Al!" Ibu Kamlia juga ramah banget padaku.Juragan Siran dan isterinya ikut duduk mengelilingi sofa mewah itu. Mereka hendak memulai pembicaraan serius. Kamlia sibuk senyum-senyum mencuri pandang ke padaku. Aku meniup nafas pelan agar diberi kesabaran.Juragan Siran memulai percakapan di antara kami, "Semalam Lia bilang, Nak Al sudah setuju dengan perjodohan ini."Aku jelas terkejut dengan apa yang
Baca selengkapnya
BAB 4. AIB KAMLIA
Sore sudah hampir maghrib begini aku malah harus membukan aib Kamlia. Sebenarnya sungguh tidak tega, tapi demi masa depanku, aku harus tega. "Maafkan aku, Kamlia!" batinku.Aku berjalan menuju kursi tamu yang terbuat dari rotan itu."Lebih baik kita duduk dulu," ajakku pada mereka semua.Aku duduk terlebih dahulu, disusul ayah dan ibuku yang duduk di sebelah. Lalu juragan Siran, Isterinya dan Kamlia duduk di kursi yang berhadapan denganku. Meskipun sempit tapi masih muat.Aku mulai dengan sedikit basa-basi pada mereka, "Sebelumnya aku minta maaf! Bukan maksudku melakukan ini semua. Hanya saja ke adaan memaksaku."Aku mengeluarkan ponsel. Dari tatapan mereka aku tahu mereka semua sangat penasaran dengan apa yang akan aku sampaikan. Tapi mereka masih diam seribu bahasa, membuatku menambah sedikit kata-kataku."Aku sangat senang Kamlia menginginkan aku menjadi suaminya. Tapi aku tidak bisa, karena seseorang memberitahuku satu hal yang membuat aku harus menolak menikahi Kamlia!""Cepatlah
Baca selengkapnya
BAB 5. MENIKAHI JANDA
"Saya terima nikah dan kawinnya Syafnita Kinanti binti Idris Rahmad dengan mas kawin tersebut dibayar ... tuunaaii," aku berhasil mengucapkan kabul dalam satu tarikan nafas dengan sangat lancar."Bagaimana saksi?" tanya Pak Penghulu pada saksi yang telah ditunjuk."Sah ... sah!" ucap saksi hampir bersamaan. Seketika rasa gugup yang membelenggu dari semalam, lepas seketika. Lega sekali rasanya."Ya Allah, aku bahagia sekali!" batinku.Kutatap wajah cantik dengan kerudung putih tulang yang duduk di sampingku. Sesaat pandangan kami bertemu. Wajahnya berseri, ia tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya dariku.Aku pun tersenyum tertahan menyaksikan tingkahnya yang malu-malu seperti kucing. Sungguh ia cantik luar biasa menurutku."Saudara Alfa, boleh tanda tangan di sini!" Suara Pak Penghulu membuyarkan lamunanku dalam kekaguman, ia memintaku untuk menandatangani buku nikah kami. Meskipun aku menikahi seorang janda, namun pernikahan ini juga terdaftar secara negara.Penghulu sekaligus wali
Baca selengkapnya
BAB 6. BERALASKAN LENGANKU
"Nggak! Abang tahu kau wanita yang mandiri," aku menjeda ucapanku. "Tapi untuk ke depannya kau jangan lupa sudah memiliki sandaran!"Aku memperingatinya dengan serius, aku mau dia membutuhkan aku dalam setiap situasi. Bukan bermaksud menginginkannya menjadi wanita manja, aku hanya ingin lebih berguna sebagai suami."Iya, Bang! Kau sandaranku dan anak-anak sekarang," balasnya menatapku. Terlihat harapan yang besar di sana.Setelah satu jam, kami berdua selesai membereskan barang yang berserakan di rumah. Mulai dari dapur, ruang tengah dan ruang tamu sampai ke teras. Semua sudah kami pel dengan bersih, perabot pun sudah kembali ketempat semula.Baru saja aku mau mengantarkan alat pel ke belakang, tangis Yura terdengar."Ibu ... hiks! Ibu di mana?" rengeknya terdengar kencang dari dalam kamar. Semakin lama semakin kencang saja suaranya memanggil ibunya.Kinanti segera berlari mengejar Yura hendak menenangkan bocah itu, tanpa peduli padaku. "Ibu di sini, Ra!" teriaknya.Ia berlari secepat
Baca selengkapnya
BAB 7. KEHEBOHAN DI PAGI HARI
Aku terbangun mendengar kehebohan di luar kamar. Aku terkejut karena ada rambut panjang tepat di depan wajahku. Aku mencium aromanya yang wangi. Seketika ingatanku tentang pernikahan kemaren muncul."Oh ... iya! Inikan, Kinanti, isteriku," aku membatin merasa lucu, baru bangun masih linglung dengan statusku sendiri.Suara gaduh di luar memaksaku segera bangun dari tidurku. Aku juga membangunkan isteriku."Yang, sayang! Bangun!" Mungkin tidur berbantal lenganku terlalu nyaman, hingga aku sulit membangunkannya. Beberapa kali aku harus menggoyang bahu Kinanti. "Sepertinya di luar, Mixi sama Yura dimarahi ibu," aduku pada isteriku yang masih terlelap."Kenapa, Bang?" tanyanya masih setengah tidur. Namun sudah berusaha untuk bangun. Rupanya Kinanti tidak bingung dengan statusnya sekarang. Berbeda denganku, ia tidak linglung dengan kehadiranku di sisinya."Mixi dan Yura, mereka sudah ke luar!" jawabku.Kinanti segera berdiri, ia juga mendengar suara kencang ibu. Aku juga berdiri dan segera
Baca selengkapnya
BAB 8. PELUKAN DI PINGGANG
Setelah selesai berpamitan, kami pun keluar dari rumah itu. Tidak ada satu kado pun yang kami bawa dari hajatan kemaren, padahal teman-teman sepermainanku dulu, turut hadir dan membawakan aku kado. Tapi tidak satu pun yang aku buka, apa lagi aku bawa. Biarlah menjadi milik bapak dan ibu.Aku telah selesai memanaskan mesin motor maticku, lalu mengeluarkannya dari teras rumah. Pangkalan ojek beberapa meter dari rumahku. Aku rasa lebih baik berbonceng empat dari pada mereka berjalan kaki."Yura bisa di depan!" titahku. Anak itu nurut, ia naik di depan dan Mixi di belakang. Sempit sekali motor ini. Aku bahkan mepet ke depan. "Semoga suatu saat bisa beli mobil," batinku.Sampai di pangkalan ojek, sudah ada seorang tukang ojek, langsung saja aku merentalnya untuk dua jam perjalanan. Mixi dan Yura berboncengan dengan tukang ojek, aku mengiringi mereka tepat di belakang hanya berbonceng dengan Kinanti."Yang! Pegangan. Nanti jatuh!" Aku menarik tangannya agar melingkar di pinggangku. Sebelum
Baca selengkapnya
BAB 9. AKSIKU GAGAL
Kami sampai di rumah, Kinanti menyiapkan piring untuk kami sarapan. Setelah sarapan, aku pamit mau ke bengkel Mang Ardhan untuk mengambil pakaianku. Selama ini aku tinggal di bengkel, aku dan Mang Ardhan selalu bekerja bersama."Yang, Abang ambil baju di bengkel ya," teriakku. Kinanti sudah berada di dapur setelah membereskan piring kami tadi. Mungkin ia mau bersih-bersih rumah dulu setelah ini, biarlah aku pergi sendiri, jaraknya juga tidak terlalu jauh."I-iya, Bang!" sahutnya yang juga berteriak.Aku mengendarai motor dengan pelan, di perjalanan aku ingin membeli rokok. Aku pun mengarahkan motor ke sebuah warung di pinggir jalan. Aku tadi tidak tahu di situ ada Bang Panji, andai aku tahu tak akan aku mampir di sini. Bang Panji terlihat sedang ngobrol dengan teman-temannya. Begitu aku turun dari motor, aku merasa mereka semua melihat sinis padaku. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.Aku tidak ingin peduli dengan tatapan mereka, mungkin itu hanya perasaan aku saja. Ya sudah, aku
Baca selengkapnya
BAB 10. PAKAIAN DINAS
"Eh ... kalian sudah pulang? Ibu baru mau ke pasar beli ayam buat kalian!" sambut Kinanti dengan lembut. Sangat lembut ia bicara pada anak-anak, jiwa keibuannya begitu kental terlihat.Ia melirik ke arahku, aku mengalihkan pandangan. Kepalaku terasa berat saat sudah di ujung begini. Arghh ... ini bocah berdua menggangguku saja."Kalian tunggu di luar ya, Ibu membereskan ini dulu," sambung Kinanti sambil menunjuk kantong kresek yang tadi aku bawa. Ia meminta anaknya ke luar."Baik, Bu!" Mereka keluar begitu saja tanpa menyapaku, mungkin mereka dapat melihat wajahku yang sedang kesal."Jangan ganggu Ibu dulu ya!" teriaknya setelah Mixi dan Yura berlalu dari kamar.Kinanti melihatku kembali lalu berjalan ke arah pintu. "Maaf ya, Bang! Biar aku kunci dulu pintunya."Ia pasti tahu hukumnya melayani suami. Hanya saja hasratku sudah hilang untuk saat ini. Aku menetralkan perasaanku, rasanya aku ingin marah pada dua bocah ajaib yang tiba-tiba datang mengganggu. Aku mulai kesal, tapi tetap aka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status