Sayang saja Zaki sedang terburu-buru untuk memakai pakaiannya, jika tidak, dia akan membuntuti kedua orang itu. Untung saja, Zaki memiliki handuk cadangan di mobil, dia segera mengambilnya dan menutupi kepalanya agar tidak dikenali oleh siapapun. Walaupun keberadaan nya terlihat aneh dan menyita perhatian sebagian pengunjung hotel ini.
Ketika sampai lobi hotel, ternyata sepasang manusia itu tidak menuju resepsionis untuk check in, tetapi langsung menuju lift. Berarti mereka memang sudah menginap di hotel ini. Zaki melihat lift terbuka, ruang lift tampak kosong, tetapi Zaki tidak ingin mengambil resiko untuk satu lift dengan mereka. Tampak lift menuju ke lantai tiga, tempat yang sama dengan kamar yang dipesannya.
Zaki segera menaiki lift sebelahnya, menuju ke kamarnya. Tampak kosong hotel terlihat sepi, dia langsung masuk kamar dan mengganti pakaiannya. Setelah berpakaian, dia segera menghubungi Fahmi.
"Aku lihat di hotel, Faisal sama Assyifa," ujar Zaki.
"Hotel mana?"
"Hotel Royal, di dekat rumah sakit."
"Ngapain kamu di situ?"
"Ya, nginaplah. Ngapain lagi! Cepat kau selidiki kenapa Assyifa bisa sama Faisal. Aku curiga ada sesuatu dengannya."
"Baiklah."
" kau sadap ponselnya juga cari posisi lokasi keberadaannya, pantau terus!"
"Iya, aku kerahkan semua tim di sini untuk menyelidikinya."
Setelah menelpon Fahmi, Zaki bermaksud kembali lagi ke rumah sakit untuk menemani Nadine, tetapi ketika dia mau membuka pintu, tampak seorang wanita paruh baya sedang mengetuk pintu kamar di depannya. Zaki mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia mengintip di di celah pintu, feeling-nya mengatakan ada sesuatu di depan sana. Benar saja, tampak Assyifa membuka pintu dan segera menyuruh wanita itu masuk ke dalam kamarnya.
Melihat itu, Zaki merasa tidak nyaman, ada yang tidak beres, kenapa bisa Assyifa bersama Faisal, dan siapa pula wanita paruh baya itu?
Sebenarnya banyak yang mengangguk pikiran lelaki itu melihat fakta di depannya, apa iya, Assyifa sudah akrab dari dulu dengan sepupunya Faisal? Apa Assyifa sengaja mengatakan jika gelang Nadin itu miliknya karena kedua orang itu bekerja sama? Ini sangat aneh.
Tetapi waktu sudah menunjukkan hampir jam sembilan pagi, sudah waktunya visit dokter. Dia tak bisa membuang waktu, harus segera pergi ke rumah sakit.
Sampai rumah sakit, Nadin tengah duduk bersandar di dashboard ranjang. Wanita itu tersenyum manis menyambut suaminya.
"Mas sudah rapi, mau kerja hari ini?" tanya Nadin melihat suaminya memakai kemeja putih dan celana dasar warna abu-abu, pakaian kantornya.
"Nggak, hanya pakaian ini yang kubawa di mobil, biasanya hanya sebagai pakaian cadangan, pakaianku sudah habis, lupa nggak bawa dari rumah kemarin."
"Kemarin? Apa Mas tidak pulang ke rumah barusan?"
"Nggak, aku mandi di hotel Royal, tidak jauh dari sini. Aku gak sempat pulang ke rumah."
"Mas check in di hotel cuma mau numpang mandi?" tanya Nadin sambil mengernyit heran.
"Iya, Sayang."
"Iya sih ... Sultan Mah bebas," ujar Nadin bergurau sambil tersenyum manis ke arah suaminya.
"Bukan karena sultan, Sayang. Tapi aku harus berendam di air dingin cukup lama, di sini gak ada fasilitas seperti itu."
"Loh, kenapa harus berendam air dingin?"
"Soalnya aku harus mendiamkan si Joni dulu, gara-gara nenen sama kamu tadi, dia jadi memberontak," bisik Zaki.
"Ih, Mas! Dasar mesum!" gerutu Nadin, wajah wanita itu sudah bersemu merah, Zaki semakin suka melihat raut wajah istrinya yang tampak malu-malu itu.
"Permisi ... Bagaimana keadaannya, Bu?" tanya seorang dokter wanita yang masuk ke ruangan mereka.
"Alhamdulillah sudah lebih baik, Dok," jawab Nadin.
Dokter menanyakan catatan riwayat kepada perawat yang mendampinginya, membaca informasi di catatan itu dengan detail dan kembali menyapa pasien dengan tersenyum.
"Sudah boleh di bawa ke ruang ke perawatan, ya? Ani, laporkan ke perawat jaga di sana, ya?" perintah dokter itu pada perawatnya.
"Baik, Dok. Bapak mau m ngambil ruangan VVIP, kan?" tanya perawat itu pada Zaki.
"Iya, Sus."
Setelah masuk ke ruang perawatan khusus VVIP Nadine istirahat dengan lebih tenang. Ruangan yang cukup luas, Bahkan ada ranjang tambahan untuk yang menjaga pasien, sofa yang cukup besar dan ranjang pasien yang cukup canggih dan nyaman. Zaki mengeluarkan laptop dan duduk di sofa sambil mengecek email yang masuk baik itu untuk pekerjaan yang harus dia lakukan, atau email dari beberapa pelanggannya.
Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu, seorang perawat masuk ke ruangan dengan membawa sebuah botol infus.
"Permisi, Pak. Saya mau mengganti infus ibunya, sudah mulai mau habis kan, Pak?" ujar perawat itu dengan tenang.
"Oh, Iya."
Awalnya Zaki yang masih sibuk membaca email tidak terlalu memperhatikan perawat tersebut, namun matanya tidak sengaja melihat ke arah perawat tersebut, alangkah terkejutnya Zaki ketika melihat perawat yang telah tengah mengganti botol infus itu.
"Sebentar! Jangan pasang botol infus itu!"
Extra part 2Pagi yang sama, kenapa kebahagiaan rasanya menguap dalam kehidupannya. Paska cerai dengan Chika, dalam waktu dua bulan Adam langsung dijodohkan oleh ibunya dengan wanita dari kampungnya, dulu perempuan itu adalah murid ibunya yang sangat pintar dan cantik. Tetapi pernikahan itu bagai kutukan bagi Adam, dia sama sekali tidak merasa bahagia. Ayuni, istrinya memang sangat cantik, dia juga berprofesi seorang bidan, sudah pegawai negeri pula. Bertugas di rumah sakit di kota yang sama dengan Adam sekarang, hanya saja kehidupan Adam terasa begitu hambar. Ayuni tidak bisa masak seenak masakan Nadin, wanita itu juga perhitungan dengan uangnya, setiap gaji Adam diperhitungkan dengan seksama tanpa mau uangnya dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Ayuni beranggapan, uang istri hanya untuk untuk istri, sedangkan yang suami sepenuhnya uang istri. Ayuni beralasan jika penghasilannya habis dipakai untuk kebutuhan ibu dan adik-adiknya di kampung, hal itu sebenarnya tidak dimasalahkan ole
Extra partKeesokan harinya Nuraini, Andini, Arif beserta Bik Sumi dan Mang Karta mengantar Fahmi belanja untuk hantaran dan seserahan untuk melamar Nabila.Sedang Nadin dan Zaki dilarang ikut, mereka menghabiskan waktu dengan putri kecil mereka, tak menyia-nyiakan waktu yang telah hilang selama ini.Para orang tua itu begitu semangat mengantar Fahmi belanja, pasalnya bagi mereka berlima, momen menyiapkan pernikahan putra mereka tidak akan terjadi lagi. Zaki dan Nadin sudah menikah tanpa sepengetahuan mereka, jadi mereka tidak bisa menyalurkan hasrat mengental putra dan putri mereka ke pelaminan.Nuraini pernah mengusulkan agar Zaki dan Nadin mengadakan resepsi, tetapi tetap ditolak oleh keduanya, pasalnya pernikahan mereka sudah setahun lebih, mereka mengatakan bahwa resepsi itu sudah terasa basi.Sepulang mereka masih tetap heboh, berbagai barang mereka kemas sendiri, terutama bik Sumi yang memang punya keahlian mengemas hantaran, dia juga punya usaha catering serta tenda dan dekora
Bab 181"Apa? Maksud Papa Arif apa? Apa maksudnya ini?!!" Nadin sedikit berteriak mengatakan semua ini."Nadin, Sayang ... Slowly! Tenang, Sayang ... Tenang, nanti Mas ceritakan sama kamu, Sayang. Tetapi syaratnya kamu harus tenang jangan emosi?" ujar Zaki menenangkan."Jangan nanti! Aku minta sekarang juga kamu ceritakan, Mas."Semua orang terdiam, Zaki juga tidak bisa mengatakan apapun, tiba-tiba tenggorokan nya tercekat, seolah-olah ada yang menyumbatnya."Sebaiknya kita masuk ke rumah dulu. Ayo, Sayang ... Kamu pasti lelah. Kita masuk rumah dulu, ya?" ujar Andini dengan lemah lembut sambil mengusap punggung putrinya."Bik Sumi, tolong buatin mereka minuman segar, ya? Mereka pasti lelah diperjalanan.""Baik, Mbak Andin.""Mbak Nura, mari masuk dulu, Mbak ... Fahmi, ayo ... Ayo, Zak, ajak ibu dan istrimu masuk ke rumah dulu," ujar Andini dengan perkataan yang lembut.Nadin hanya bisa mengikuti ibunya yang sudah mengajak masuk ke rumah. Dengan perlahan dia duduk di sofa ruang keluarga
Bab 180"Wow, apakah Bisa Sumi punya bayi? Ya Allah, Alhamdulillah kalau Bi Sumi akhirnya punya anak setelah dua puluh tahun lebih menikah belum diberi buah hati, aku sangat senang!" ujar Nadin dengan wajah sumringah."Nadin!" Biar Sumi langsung memeluk Nadin setelah berlari menyongsongnya. "Bibi! Apa kabar, Bi?" Seru Nadin dengan suasana mengharukan."Baik, Sayang. Bagaimana keadaanmu? Bibi sangat kuatir mendengar kamu ditembak, Nadin. Bibi ingin menjengukmu ke kota provinsi, tetapi Mamang kamu itu, malah darah tingginya kambuh, dia juga terpaksa dirawat, sampai sekarang masih minum obat dari dokter." "Oh ya? Kasihan Mang Karta! Tapi kelihatannya sudah sehat ya, Bi?" Nadin memperhatikan lelaki paruh baya yang tengah menimang-nimang bayi kecil di kedua tangannya."Bibi ... Itu bay____""NADIN! NADIN! NADIIIN!!" Belum juga Nadin menyelesaikan kalimatnya, dari arah pintu namanya dipanggil dengan suara keras menggelar. Seorang wanita berjilbab maroon senada dengan gamisnya berlari ke
Bab 179Jam empat sore mereka baru sampai di gerbang kabupaten, suasana pegunungan yang sejuk dan dingin sudah terasa menusuk kulit, Nadin langsung mengenakan switer-nya agar tidak kedinginan, Nuraini bahkan memakai jaket berbulu agar lebih hangat, sedangkan Zaki yang memang memakai kaos panjang masih bisa menahan hawa dingin, Fahmi mengecilkan AC mobil agar hawa dingin di dalam mobil berkurang, lelaki ini sudah mengenakan jaket Levis dari rumah, jadi tidak begitu merasakan udara sore yang menggigit. "Ini masih lama?" tanya Nuraini dengan nada penasaran. "Masih satu jam lagi sampai ke kampung Nadin," jawab Zaki. "Alamnya sangat indah, sebaiknya kamu pikirin untuk membuat resort di sini, potensinya sangat bagus, Zak," ujar Nuraini lagi. "Kalau itu nanti bicarakan dengan om Arif, aku mau fokus mengembangkan Z-Teknologi saja," jawab Zaki dengan malas-malasan. "Itu tenang saja, Bu. Nanti pembangunan resort-nya memakai jasa Adiguna konstruksi saja, langsung saya ACC nanti," jawab Fahm
Bab 178Berita penangkapan dan penggrebekan tempat judi ilegal dan aplikasi judi online diberitakan secara nasional. Pemiliknya ternyata orang yang sama, Mustofa Kemal. Seorang pria tua berusia enam puluh tujuh tahun. Polisi bergerak cepat setelah Riswan membuat laporan. Bukan main-main, koneksi Riswan ternyata seorang jenderal kepolisian bintang tiga di Humas mabes polri. Jenderal tersebut memiliki hutang Budi yang cukup besar pada Riswan, baru kali ini Riswan meminta tolong padanya, jadi bagaimana mungkin dia tidak melakukannya dengan tuntas. Bahkan antek-antek Mustofa juga ikut ditangkap,. Salah satunya orang kepolisian juga yang menjadi pelindungnya selama ini. Tak lupa juga Respatih dan Farhan ikut juga ditahan. Tidak main-main ancaman hukuman berlapis akan dikenakan, karena mereka juga terlibat human trafficking dan prostitusi.Zaki yang mendengar berita itu dari siaran langsung di layar televisi di kantornya tersenyum lega. Biarlah dia tidak bisa memenjarakan mereka atas kas