Pov CitraSejak aku mendapatkan perlakuan khusus dari atasanku dan bosku, aku merasa mulai terasing dari teman-teman kerjaku, ada yang membicarakanku dibelakang, bahkan ada yang terang-terangan menyindirku. Aku merasa tidak nyaman sekarang, berbagai alasan ku katakan pada Pak Riyan untuk tidak mengantar jemputku, namun ia terus beralasan tidak mau memberi kesempatan mantan suamiku melakukan hal seperti hari itu lagi. Aku paham niat baiknya, namun aku lebih tersudut karena kebaikannya. Ditambah Pak Andre yang sering terang-terangan menggodaku didepan pegawai lain, itu membuat bahan bakar kemarahan para pekerja lain yang tidak menyukai situasi ini.Suatu sore setelah aku diantar pulang Pak Riyan, aku terkejut ketika memasuki kontrakan. Tiba-tiba ada Noval didalam kontrakanku, mulutku dibungkam ketika aku baru memasuki pintu kontrakan, aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk berteriak, ia terus menyeret tubuhku kedalam kamar lalu menghempaskan tubuhku diatas kasur. Aku sangat takut
Pov NovalSudah sejak kematian ibuku, aku selalu berusaha mengambil simpati Citra lagi agar kasian dan mau kembali lagi kepadaku namun sia-sia. Setauku dia bukan tipe pendendam, tapi mengapa ia tidak bisa luluh lagi. Demi kebahagiaan anak-anak harusnya dia tidak egois menyimpan kemarahan yang sudah lama kusesali karena telah membuatnya terluka. Aku pun telah mendapat hukuman setimpal, ibuku meninggal karena ulah Nita yang menjadi korban seperti Ayahnya waktu itu. Jadi jika dipikir-pikir aku sudah terkena karma dan menyesali perbuatanku, sebegitu bencikah dia kepadaku hingga mengorbankan kepentingan anak-anak dan menolak ajakan rujukku.Tentang 2 orang atasannya yang sering kulihat bersamanya, mungkinkah mereka hanya kasian dan iba dengan Citra karena ulahku membuat keributan saat itu. Ataukah mereka mempunyai perasaan lebih pada mantan istriku itu. Aku akui kini Citra sangat jauh lebih cantik setelah menjadi jandaku, mungkin salahku dulu yang tidak becus menjadi suaminya hingga dia me
Pov NovalSeperginya Citra bersama atasannya membuat rasa percaya diriku seakan memudar, bagaimana aku bisa bersaing dengan atasannya itu. Bukan hanya kalah dari segi harta, wajah dan penampilannya jauh diatasku. Bagaimana pria sempurna sepertinya bisa memilih janda beranak tiga seperti Citra. Dari segi usia memang terlihat kami seumuran, apakah dia duda atau bujang, kini pikiranku dihantui dan tertarik mengetahui pribadi sosok pria itu. Aku memutar otakku, mencari cara agar Citra kembali lunak seperti dulu. Tak ada cara lain, aku akan menggunakan anak-anak sebagai senjata untuk memancing Citra mendatangiku.Aku ambil ponselku, kutekan nomor Citra yang ku dapat dari teman kerjanya secara sembunyi-sembunyi beberapa hari yang lalu. Semoga Citra tidak mengganti nomornya lagi.Panggilan terhubung, syukurlah Citra tak lagi mengganti nombor ponselnya. Panggilan pertama dan seterusnya Citra tak juga mengangkatnya. Aku tak pantang menyerah, ku coba menghubunginya beberapa kali lagi, namun ha
Pov Author"Bagaimana bapak tau saya ada didalam sini?" tanya Citra dengan menatap Andre penuh selidik. "Em..." Andre terlihat gugup dan bingung menjawab pertanyaan Citra, terlihat ia menggaruk dahinya karena bingung harus menjawab apa. " Jangan bilang kau menguntitnya?" tanya Noval dengan tatapan kebencian pada Andre."Saya hanya ingin memastikanmu tidak menyakiti Citra!" jawab Andre jujur. "Kenapa kau sangat peduli dengan masalah Citra, kau berhak mengatur hanya sebatas di tempat kerja bukan diluar kerja seperti ini!" ucap Noval yang begitu geram karena rasa cemburu melihat orang lain memperhatikan Citra dengan berlebih membuatnya merasakan sakit."Kau tidak menyadari, kau terlalu bahaya untuk hidup Citra? Kau sudah menghancurkannya dulu, dan sekarang ketika ia baru bisa bangkit dengan seenaknya kau ingin mengganggu hidupnya lagi? apalagi yang tengah kau rencanakan hah?" ucap Andre tak kalah emosi."Sudah kubilang, ini semua bukan urusanmu, pergi kau dari rumahku!" usir Noval."T
Pov CitraSekitar tiga puluh menit aku memejamkan mata, aku terbangun karena tangisan Naira. Ku gendong dia agar berhenti menangis. Tak lama kemudian Naura ikut terbangun juga Zahra. Zahra langsung memelukku karena dia bilang sangat merindukanku.Hari ini aku lihat ketiga anakku bahagia sekali karena kedatanganku. Andai saja Noval tidak memberiku luka yang sangat dalam aku maafkan kesalahannya demi anak-anakku.Aku bukan seorang ibu yang egois, aku punya alasan kuat kenapa bersihkeras tak mau kembali dengan mantan suamiku itu.Malam harinya Zahra bertanya suatu hal yang tak bisa ku jawab. Noval memang keterlaluan, dia berbicara bohong pada Zahra agar aku tersudut."Ayah bilang, sebentar lagi ibu akan ikut tinggal disini. Ayah juga bilang kalau ibu tidak akan pergi-pergi lagi. Pasti Zahra dan adik-adik akan senang sekali jika benar ibu kembali bersama kami disini!" ucap Zahra lugu. Bibirku berat sekali untuk menjawab pertanyaan gadisku yang lugu ini, aku tidak mampu berkata-kata. Aku t
Pov AuthorKini Citra menjadi pribadi yang lebih pendiam dari sebelumnya yang memang sudah pendiam. Ia selalu pergi dan pulang kerja diantar oleh mantan suaminya. Di dapur tempatnya bekerja ia sudah tidak mendapatkan perlakuan iseng dari Andre lagi. Tak ada makan siang bersama atau sekedar pergi bersama ke masjid untuk solat dzuhur ketika jam istirahat dengan Andre, jujur ia merasa kesepian. Riyan pun sudah beberapa hari mendiamkannya meskipun kadang tak sengaja mereka beradu pandang tapi Riyan dengan cepat mengalihkan pandangannya ke tempat lain, rasa kecewa jelas masih bersarang dihati bosnya itu.Siang ini Nita terlihat mendatangi Restoran tempat Citra bekerja, bukan Nita namanya jika ia datang tanpa bermaksud membuat masalah. Ia sudah cukup lama mengetahui dimana Citra bekerja, namun baru sekarang ia bisa datang untuk mengerjai teman yang dianggap musuh bebuyutannya itu. Ia sudah mencari informasi sebelumnya tentang masakan apa yang Citra masak didapur restoran itu, segera ia meme
Pov AuthorTok... tok... tokSetelah Riyan dan Andre saling menyalahkan mereka mengulang lagi mengetuk pintu. "Citra, tolong bukakan pintu! saya hanya akan pulang ketika kamu mau mendengar penjelasan saya!" teriak Riyan sambil terus menggedor pintu. Tak ada jawaban dari Citra, keadaan masih hening tanpa balasan suara apapun. "Percuma saja Pak, anda berteriak seperti itu. Kata-kata Bapak tadi siang bener-bener pedes. Kalau saja saya yang jadi Citra sudah melayang kecoa itu ke muka bapak sebagai pembalasan kata-kata kasar Bapak!" ucap Andre membuat patah semangat bos nya."Apa separah itu kata-kata saya?" tanya Riyan dibalas dengan anggukan oleh Andre. "Apa saya naikan gaji Citra saja biar dia mau memaafkan saya?" gumam Riyan membuat terkejut Andre. "Bapak mau nyogok dia? saya pastikan ia bukan cuma marah, tapi langsung blockir nama bapak dari hidupnya!" ucap Andre lagi membuat Riyan berhenti mengetuk pintu. Ia lantas mengambil ponselnya lalu menelpon Citra namun nombor Citra sudah
Pagi yang dingin dengan sedikit gerimis tak membuat Citra malas untuk beraktivitas seperti biasa. Setelah ia selesai merias diri, ia tersenyum sendiri didepan cermin, layaknya seorang ABG yang tengah puber. Citra merasa ada dipuncak asmara ketika mengingat hubungannya dan bosnya sudah membaik bahkan terlihat sangat dekat sekarang.Noval yang terlihat sangat marah kemarin belum memperlihatkan kembali batang hidungnya, Citra berharap Noval secepatnya menghilang dari hidupnya. Biang masalah itu seharusnya sadar diri, hati yang sudah ia hancurkan berkeping-keping saat dulu tidak bisa kembali utuh dan memberinya tempat secuilpun untuk tinggal.Citra meninggalkan cermin setelah sadar dia seperti orang gila tersenyum dan tertawa seorang diri sambil berkaca, roda hidup memang nyata berputar. Akibat kesabarannya, ia kini merasakan semua penderitaannya sudah berakhir. Ia berada disekitar orang yang sangat mempedulikannya, ini lebih dari cukup membuatnya menjadi seseorang yang berguna dibandingk