Sentuhan Haram Suami Majikan

Sentuhan Haram Suami Majikan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-15
Oleh:  Kak FonniaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
12Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Khanza adalah seorang ART, namun pekerjaannya bukan hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja. Akan tetapi, dia juga melayani suami majikannya di atas ranjang layaknya suami istri.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Hampir Tertangkap Basah

Nafas Khanza Alzea tercekat. Tubuhnya membeku di tempat.

Di antara gelapnya kamar, di sudut ruangan yang hanya diterangi cahaya bulan yang menerobos jendela, seorang pria berdiri diam. Matanya tajam menatapnya, seperti pemangsa yang baru saja menemukan mangsanya.

Rajendra Sky Anggakara.

Suami majikannya.

Khanza tidak tahu sejak kapan pria itu berada di kamarnya. Pintu terkunci. Dia yakin sudah menutupnya sebelum tidur. Tapi sekarang, pria itu berdiri di sana, tanpa suara, tanpa ekspresi, hanya sorot matanya yang berbicara.

"P—Pak…," ucapnya dengan suara gemetar, hampir tak terdengar.

Lelaki yang biasa dipanggil Rajendra itu tidak segera menjawab. Hanya ada keheningan di antara mereka, ketegangan yang mencekik udara di sekitarnya. Lalu, pria itu melangkah maju, perlahan.

Langkahnya tenang. Terlalu tenang.

Khanza mundur, punggungnya membentur dinding. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak kencang, begitu keras hingga ia takut Adrian bisa mendengarnya.

“Kenapa… kenapa Bapak ada di sini?” suara Khanza nyaris berbisik.

Rajendra menunduk sedikit, cukup dekat hingga Khanza bisa mencium aroma maskulin yang begitu khas dari tubuhnya. Aroma yang berbahaya.

"Shh..." Bibir pria itu melengkung tipis. "Jangan berteriak. Aku hanya ingin melihatmu lebih dekat."

Khanza merasa tubuhnya melemas. Ia harus keluar dari sini. Harus pergi. Tapi kakinya seakan tak bisa bergerak.

Lalu, tangan Rajendra terangkat.

Dan saat jemarinya hampir menyentuh wajah Khanza—

TOK! TOK!

Suara ketukan keras di pintu membuat tubuh Khanza tersentak.

Rajendra diam. Matanya masih menatap wanita yang ada di hadapannya itu.  tetapi kini ada sesuatu yang lain di dalamnya. Sebuah peringatan.

"Lidya..." gumam Rajendra pelan.

Khanza membelalakkan mata.  Suara itu adalah suara Lidya istri dari lelaki yang bersamanya itu. 

“Khanza?” Suara Lidya disertai suara ketukan pintu. 

Dengan jantung yang berdegup kencang, Khanza mendorong kuat tubuh lelaki itu. Matanya melotot ke arah Rajendra. 

“Saya tidak mau dipecat oleh nyonya Lidya. Saya mohon Bapak diam di sini sampai istri Bapak pergi,” ucap Khanza. 

Rajendra tidak menjawab. Dia melangkah mendekati Khanza dengan sorot mata tajam dan penuh damba. 

“Saya akan turuti kemauan kamu, tapi ini tidak gratis.” Rajendra seakan mengambil kesempatan itu untuk melakukan aksinya yang sempat tertunda karena kedatangan istrinya itu. 

“Terserah, Bapak.” Khanza tidak peduli, saat ini dia hanya berharap Rajendra tetap diam sampai Lidya pergi dari sana. Setelah itu barulah dia mengusir suami majikannya itu.

“Khanza? Apa kamu sudah tidur?” panggil Lidya lagi. 

“Iya, Bu. Saya belum tidur,” sahut Khanza. Ia membukakan pintu dan menemui majikannya yang berdiri di depan pintunya. 

Lidya menatap lekat wajah pucat dan berkeringat ART-nya itu. “Kamu kenapa? Kamu terlihat seperti orang panik,” tanya Lidya. 

“Saya hanya kaget saja saat dipanggil sama Ibu. Tadi saya sudah tidur,” jelas Khanza yang tentunya berbohong. 

“Oh, kamu kaget karena dipanggil sama saya?” Lidya percaya begitu saja. 

“Oh, iya? Apa tadi Mas Rajendra kasih tahu kamu kalau dia pergi?” tanya Lidya. 

“Saya tidak tahu, Bu. Pak Rajendra juga tidak beritahu saya.” Lagi dan lagi Khanza terpaksa harus berbohong lagi. Karena, jikalau dia mengatakan yang sebenarnya makanya sudah pasti akan terjadi masalah besar dan pastinya dia akan dipecat dari pekerjaannya itu. 

“Oh, saya pikir dia kasih tahu kamu. Kalau begitu saya ke kamar dulu, mungkin Mas Rajendra lagi keluar sama temannya.” Lidya langsung kembali ke kamarnya tanpa merasa curiga sama sekali pada ART yang baru beberapa bulan kerja di rumahnya itu. 

Khanza bernafas lega, kemudian dia dengan cepat menutup pintu kamar. Tubuhnya ia sandarkan pada pintu, ia berdiri di sana sambil mengelus dadanya. Ia benar-benad takut kalau sampai ketahuan majikannya itu. 

Dari sudut kamar mata elang Rajendra menatap tajam ke arah Khanza tanpa merasa bersalah. Tidak berselang lama ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk dan yang menelponnya adalah Lidya, istrinya. 

Rajendra mengangkat panggilan dari Lidya dan berbicara dengan suara kecil. “Ada apa?” tanya Rajendra.

“Kamu dimana, Mas? Saya sudah sampai di rumah, tapi kamu tidak ada di rumah?” Suara Lidya dari seberang sana. 

“Lagi main di rumah teman,” jawab Rajendra berbohong. 

“Pulang jangan sampai larut malam, Mas. Soalnya besok aku akan ke luar kota, aku ada kerjaan di sana.” 

Mendengar perkataan Lidya, Rajendra memutar jengah bolanya sambil mengusap gusar wajahnya. Istrinya itu selalu ke luar kota dan selalu sibuk dengan pekerjaan. Sampai lupa dengan tugasnya sebagai istri. Semuanya dia serakah pada ART dan itu sangat memuakkan bagi Rajendra. 

Pernikahan mereka sudah menginjak satu tahun, tapi istrinya itu tidak pernah melakukan perannya sebagia istri. Lidya selalu sibuk dengan pekerjaan dan juga sibuk dengan urusannya yang lain. 

Rajendra merasa kesepian, karena selalu ditinggal ke luar kota. Sekarang yang ada di rumah yang menyiapkan segala kebutuhannya adalah Khanza, ART yang pilihan istrinya. 

“Berapa hari?” tanya Rajendra setelah diam beberapa menit. 

“Dua minggu, Mas. Nanti semua perlengkapan dan kebutuhan Mas disiapkan sama Khanza,” kata Lidya. 

“Oke, kalau begitu. Kamu tidur duluan saja, aku masih mau main sama teman-teman.” Tidak mau berlama-lama dan tidak mau membuang waktu bersama ART cantik pilihan istrinya itu dia pun langsung mematikan sambungan telfon. 

Usia berbicara dengan Lidya, Rajendra melempar ponselnya ke arah ranjang. Kemudian kakinya melangkah menghampiri Khanza yang masih berdiri mematung di depan pintu. 

“Ja---jangan mendekat, Pak.” Dengan satu tangannya Khanza memberikan aba-aba agar suami majikannya itu tidak mendekat. 

Rajendra tetap diam. Namun, langkahnya terus menghampiri Khanza. Ia tidak peduli dengan larangan Khanza yang meminta untuk tidak mendekat. 

Matanya menatap lekat wajah cantik nan ayu wanita yang selama ini mempersiapkan segala kebutuhannya layaknya seorang istri pada suami. Wajah cantik nan ayu itu membuat hati Rajendra tenang saat menatapnya dan membuat kelelakian Rajendra bangkit saat mereka bertatapan secara langsung seperti ini. 

“Saya menginginkan kamu, Khanza. Saya menginginkan kamu malam ini,” ucap Rajendra pelan. Tangannya menyentuh dagu Khanza, namun tditepis kasar oleh wanita cantik itu. 

Khanza hendak menghindar dari lelaki itu, sayangnya tubuhnya tertahan karena kedua tangan sudah menutupnya. Bahkan tubuh kekar itu sudah sangat menghimpit tubuhnya. 

Jantung semakin berdebar kencang. 

“P—Pak,” 

“Iya, Khanza,” sahut Rajendra. Suara serat dan berat lelaki itu membuat jantung Khanza semakin berdebar tak karuan. Seperti ingin keluar dari tempatnya. 

“Saya sudah patuh dengan permintaan kamu tadi, sekarang saya ingin bayarannya dari kamu. Jikalau tidak maka sekarang saja juga saya keluar dari kamar kamu,” ucap Rajendra seakan mengancam Khanza. 

“Kamu pasti tahu kalau istri saya tahu saya keluar dari kamar kamu. Dia pasti akan curiga sama kamu dan pastinya akan memecat kamu,” ucapnya lagi. 

Khanza hanya bisa menghela nafas panjang. Saat ini dia tidak ada pilihan lain selain patuh pada lelaki itu. 

“Apa kamu mau istri saya tahu kalau kamu sudah menyembunyikan saya di dalam kamar kamu?” bisik Rajendra. 

“Apa mau, Bapak? Apa yang Bapak inginkan dari saya?” Khanza bertanya dengan suara yang sudah mulai meninggi.

Rajendra tersenyum. Akhirnya ART itu terjebak dengan permaainannya. Dia tidak akan biarkan kesempatan emas itu berlalu begitu saja. Ia akan gunakan itu untuk bersama wanita itu malam ini. Ia ingin menghabiskan malam panjang bersama Khanza. 

“Saya menginginkan kamu. saya ingin kamu temani malam panjang saya. Saya ingin kamu jadi teman ranjang saja,” ucap Rajendra. 

Mendengar itut tubu Khanza seketika membeku. Dia semakin menegang dengan penuh ketakutan. 

Berbeda dengan Rajendra. Tangannya mengapit dagu Khanza dan membawanya lebih dekat dengannya hingga bibir mereka saling menyatu. 

“Pak—,” 

Bersambung…

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
10 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status