Share

Pernikahan Putra Dan Dita

Author: Nanaz Bear
last update Last Updated: 2022-07-12 13:39:38

Keesokan paginya aku sudah bersiap. Sisil bilang, akan menjemputku. Dia menyuruhku membawa barang-barangku pagi ini juga, tak perlu menunggu pulang dari pengadilan Agama.

Demi aku, Sisil dan suaminya izin tak berangkat kerja. Sahabatku itu sangat baik padaku. Sudah sejak lama dia menasehatiku untuk keluar dari rumah ini namun aku bandel. Untuk sementara dia juga melarangku mengontrak rumah. Karena dia takut keluarga benalu ini akan menggangguku di kontrakan. Aku menurut untuk tinggal dirumahnya untuk sementara waktu.

[Bel, aku sudah ada didepan rumahmu!] ucap Sisil lewat panggilan telepon.

[Ok, aku keluar sekarang!]

[Aku bantu angkat barang-barangmu, ya!] ucap Sisil.

[Tidak perlu. Aku cuma bawa baju seperlunya saja, kok] balasku, kemudian mematikan telepon.

Ku edarkan pandanganku ke setiap sudut ruangan kamarku. Banyak sekali kenanganku di kamar ini. Jujur aku sangat tak tega menjual rumah peninggalan orangtuaku ini. Banyak sekali kenanganku bersama mereka. Mataku basah saat sadar aku telah kalah, kalah dari para benalu. Harusnya mereka yang keluar, bukan aku!

Kembali menguatkan diri untuk melangkah, aku tinggalkan semua kenangan tentang rumah ini. Aku tidak boleh ragu, tidak ada cara lain untuk mengusir mereka semua dari sini. Mereka orang yang sangat tebal muka dan tak tau malu.

Ceklek

Ku putar handle pintu. Aku terkejut bukan main melihat tiga benalu sudah ada di depan kamar. Apa mereka sudah tahu rencanaku pergi dari rumah ini?

"Benar kataku, kan. Mobil di depan sana mau jemput Mbak Abel!" ucap adik iparku. Kenapa dia tak sekolah hari ini? dan bukankah biasanya Mas Putra dan Ibu mertuaku juga masih tidur jam segini?

"Kau mau kabur dari sini?" tanya ibu mertuaku sambil melotot.

"Kabur? kenapa aku harus kabur dari rumahku sendiri?" balasku tak kalah bengis dari ibu mertuaku.

"Lalu baju-bajumu dalam koper itu, kemana akan kau bawa?" tanyanya lagi.

"Karena kalian tak mau keluar dari rumah ini, jadi aku yang mengalah keluar."

"Jadi kau memberikan rumah ini pada kami? kau serius?" mata ibu mertuaku berbinar jika sudah membicarakan soal uang ataupun harta. Ini membuatku terkekeh di tengah amarahku.

"Siapa bilang aku kasih ke kalian? Aku cuma mau kalian punya malu dan angkat kaki setelah ku tinggalkan."

Aku sengaja tak memberitahu mereka niatku menjual rumah ini. Ini akan kujadikan kejutan terindah untuk mereka.

"Kami tetap tidak akan pergi dari sini meskipun kamu tak ada disini. Kami tak mengusirmu, salahmu sendiri kenapa tak mau tinggal disini. Jadi mulai sekarang rumah ini jadi milik kami."

Aku tersenyum miris melihat kebodohan ibu mertuaku. Memangnya segampang itu mengaku-ngaku rumah ini miliknya sedangkan sertifikat rumah ini ada di tanganku.

"Terserah apa yang ibu pikirkan. Sekarang minggir, beri aku jalan keluar!"

"Bel, enggak bisakah kita bicarakan baik-baik masalah ini? aku tak mau kau keluar dari rumah kita."

Rumah kita? astaga, suamiku sudah ketularan kebodohan ibu mertuaku.

"Bicara soal apalagi? kau mau berubah? kau mau bekerja? dan kau mau meninggalkan wanita pelakor itu?" ucapku sekedar memancing reaksi suamiku. Aku tak sudi memaafkannya. Hanya saja aku penasaran apa jawaban yang keluar dari mulut lelaki parasit itu.

"Kau tau sendiri, aku tidak suka bekerja. Dan soal Dita, dia akan jadi ladang uang kita.   Nanti kau akan hidup enak. Biar Ayah Dita saja yang kerja kasih duit untuk kita sekeluarga. Kita semua akan hidup bahagia."

"Mas Putra...Mas Putra...! Kau menjijikan sekali. Dalam kepalamu selalu memikirkan uang yang bukan milikmu. Kamu pikir aku tergiur dengan tawaranmu. Najis!"

"Kau sudah tak bisa diajak bicara baik-baik, Bel. Jangan salahkan aku jika kali ini aku kasar!" Mas Putra memberi kode pada Ibu dan adiknya. Mereka berdua kemudian memegang tanganku. Aku berteriak karena Mas Putra mulai membuka koperku mencari sertifikat rumahku atau apapun barang berharga yang bisa di tukarnya menjadi uang.

"Sisil... Mas Heru...tolong...!"

Karena teriakanku, Sisil dan suaminya ingin masuk. Namun sayang pintu terkunci dari dalam. Mas Heru segera bertindak cepat dengan mendobrak pintu masuk rumahku.

"Apa yang kalian lakukan pada, Abel?" Sisil menarik mertuaku kemudian mendorongnya sampai dia terjatuh ke lantai Mertuaku bangkit kemudian menyerang Sisil. Saat Sisil dan mertuaku sedang saling jambak, adik iparku menarik hand bag ku dan segera kabur. Aku tidak bisa mengejar gadis kecil itu karena takut terjadi apa-apa dengan kandunganku.

Mas Heru pun tak bisa mengejar adik iparku karena dia fokus menghajar suamiku yang awalnya sedang mengacak-acak isi koperku. Tak berapa lama kemudian Mas Putra sudah tergeletak lemah di lantai karena pukulan suami Sisil. Ibu mertuaku juga sudah menyerah karena tak sanggup melawan tenaga Sisil.

"Hand bag mu? kenapa tak kau kejar adik iparmu?" tanya Sisil marah ke arahku.

Ibu mertuaku tersenyum ditengah kekalahannya. Mungkin dia sedang membayangkan uang enam juta kini menjadi miliknya.

"Sudah, biarin saja! kita pergi dari sini saja." ajakku pada Sisil.

"Tapi, Bel. Barangmu yang ada dalam hand bag mu gimana? uangmu juga pasti kau letakan didalam sana kan?"

"Sudah. Kita sedekahkan saja hand bag itu beserta isinya buat para belalu ini." ucapku mencoba bersikap santai.

"Kau gila, Bel! kau bodoh atau gimana!" teriak Sisil makin marah padaku.

"Sudah, Sil. Biarkan saja. Kita pergi dulu dari sini, nanti aku ceritain." bisikku pada sahabatku itu.

"Bel, jangan pergi! Mas enggak mau kehilanganmu! Mas cinta sama kamu!"

Setelah apa yang dia lakukan barusan, dia masih bisa bilang cinta. Lelaki tak tahu malu.

"Kalau kamu enggak mau aku pergi dari sini. Kalian yang harus pergi!"

Suamiku terdiam. Darah menetes dari lubang hidungnya. Suami Sisil menghajarnya sampai babak belur seperti ini. Rasakan!

"Sudah jangan buang waktu. Dia enggak mungkin mau pergi dari sini!" sindir Sisil kemudian menarikku pergi.

"Bel..!" panggil suamiku lagi dengan keras. Aku tak menggubrisnya dan meneruskan langkahku menuju mobil milik Sisil.

"Bel!" Mas Putra mengejarku, namun aku sudah ada didalam mobil.

"Bel! tolong jangan pergi!" ucap Mas Putra sambil mengetuk kaca mobil.

Aku menunduk. Air mataku kembali keluar. Bukan menangis karena kasihan pada suamiku. Aku hanya menangisi nasib malangku saja.

"Mas, cepat jalan!" perintahku pada Mas Heru. Mobil sudah melaju dan Mas Putra hanya menatap kepergiaanku dengan tatapan pasrah. Aku tidak boleh kasihan padanya. Dia lelaki jahat!

"Kau Bel! kau punya paket kebodohan lengkap. Kenapa kau biarkan adik iparmu membawa handbag milikmu!" geram Sisil di tengah perjalanan kami. Aku yang tadinya menangis berubah tertawa melihat ekspresi kesalnya.

"Itu tas kosong. Dompet dan ponsel aku letakan dalam saku dasterku." kekehku.

"Wah, temanku ini. Sejak kapan otaknya bisa berpikir normal. Biasanya bodoh bin tolol. Sekarang kok beda!" goda Sisil.

"Aku sudah jaga-jaga dari awal. Aku tahu keluarga benalu itu akan melakukan segala cara untuk mencuri uangku. Yang aku takutkan tadi hanya soal sertifikat rumahku yang ku letakan dalam koper. Aku benar-benar ketakutan, takut mereka berhasil mencurinya."

"Ini sebuah pelajaran bagi kamu. Kalau kejahatan suamimu dan keluarganya tidak bisa disepelekan. Kau harus ekstra hati-hati mulai sekarang." ucap suami Sisil menasehati.

"Iya, Mas. Aku tidak akan keluar rumah sendirian. Aku benar-benar takut mereka menyerangku kembali diluar."

"Tenang, Bel. Kita akan selalu bersama. Aku takan membiarkan keluarga benalu itu menyakitimu lagi." Sisil memelukku, aku merasa sangat beruntung mempunyai sahabat seperti dia.

****

Setelah mengisi formulir pendaftaran perceraian di pengadilan agama, aku kembali pulang. Tapi kali ini langsung pulang ke rumah Sisil. Rasa sedih dan merasa asing meski di rumah sahabatku sendiri ku rasakan. Aku ingin sekali mengontrak rumah sendiri, hanya saja aku takut dengan gangguan keluarga benalu itu lagi.

Keesokan paginya, ponselku berdering. Sebuah panggilan masuk dari mbak Lia, tetangga sebelah rumahku. Dia mengabarkan bahwa sekarang Mas Putra sedang melakukan ijab kabul dirumahku.

Aku membenci Mas Putra, aku jijik dengannya. Namun entah kenapa perasaan sakit dan terluka tetap ku rasakan.

Harusnya aku senang karena bisa terbebas dari keluarga benalu itu. Tapi hati ini kenapa lemah sekali. Membayangkan bayiku lahir tanpa seorang Ayah membuat air mataku tak mau berhenti menetes.

"Cukup, Abel. Jangan tangisi lelaki biadab itu! kau bisa hidup bahagia tanpanya. Kau pesti bisa!" lirihku menyemangati diriku sendiri. Ku usap kembali airmataku, berusaha tegar dan berjanji pada diri sendiri bahwa tidak ada satu tetespun airmataku yang akan keluar lagi karena lelaki itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Tamat

    Pov Liam"Mingkem Liam, nanti kemasukan nyamuk mulutmu!"Aku baru sadar setelah Irish menyuruhku menutup mulutku. Malu? tentu saja begitu."Kamu lama sekali!" aku pura-pura geram pada Irish."Ngantri. Pengunjung salon bukan aku saja!" jawabnya.Aku membukakan pintu mobil untuknya."Aku pakai mobilku saja!" ucap Irish."Jangan membantah kenapa? Masuk!"Irish pasrah dan menuruti perintahku. Sepanjang perjalanan memang kami saling diam tapi mataku jelalatan curi-curi pandang kearahnya.Mobilku telah sampai di depan hotel yang sudah di sewa sebagai tempat pernikahan Viola dan Yudha. Aku menuntun Irish selayaknya kami betulan sepasang kekasih.Saat masuk kedalam, aku melihat Viola dan suaminya sedang sibuk mengobrol dengan tamu lainnya."Irish menunduk dan sama sekali tak berani menatap mantan pacarnya. Aku tahu hatinya sedang sangat hancur tapi dia harus mengangkat wajahnya agar tidak terlihat lemah seperti ini."Jangan nangisin jodoh orang gitu!" ucapku menggoda Irish."Siapa yang nangis

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Pernikahan Yudha dan Viola

    Pov Liam"Polisi sudah datang. Maaf, telah membuatmu malu di depan umum. Aku tak mau kamu kabur dan kembali menyakiti Irish!" ucapku. Vikha sangat marah melihat beberapa polisi datang ingin menangkapnya."Brengs*k kamu Liam. Kamu temanku tapi kenapa kamu malah membela wanita itu!" teriak Vikha saat polisi akan membawanya pergi. Pengunjung restoran yang datang semua menatap kearah Vikha.Vikha memang temanku. Kami cukup akrab semasa SMA dulu tapi bukan berarti aku diam saja saat dia melakukan kejahatan.Aku kasihan pada Irish. Hidupnya sudah sangat berantakan karena Vikha. Aku harap Irish akan kembali mendapat haknya setelah Vikha dan yang lainnya tertangkap.Setelah urusan Vikha selesai aku langsung pulang kerumah."Kau sudah makan?" tanyaku saat Irish membuka pintu rumah."Belum. Kamu sendirikan yang melarangku makan sebelum kamu pulang!" jawabnya datar. Aku tersenyum karena senang dia menuruti perintahku."Aku mandi dulu, kamu siapkan makan malamnya!" perintahku. Dia mengangguk dan

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Vikha Dicerai

    Pov LiamAwalnya aku sangat marah karena mantan istri temanku selalu saja membuat masalah. Aku kesal wanita itu selalu membuatku hampir celaka, namun setelah mendengarkan cerita menyedihkannya, semua perasaan benciku hilang. Namun meski begitu aku tak mau melepasnya begitu saja. Dia harus tetap ku hukum.Setelah keadaannya membaik aku membawanya pulang ke rumahku. Mobilnya masih di bengkel jadi dia menurut begitu saja saat aku menyuruhnya masuk ke dalam mobilku.Irish sangat rajin, dia mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan sangat rapih. Masakannya juga sangat enak. aku heran dengan Alan. Bagaimana dia bisa membuang wanita seperti Irish demi wanita egois seperti Vikha dan keluarganya."Kamu sudah makan?" tanyaku ketika akan makan malam."Sudah." jawabnya sambil menyiapkan makanan di atas meja makan."Lain kali jangan makan sendirian. Kamu harus tunggu aku sampai pulang." ucapku."Ok!" jawabnya singkat padahal aku ingin dia lebih cerewet seperti biasanya. Tapi yang tetjadi malah seba

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Keluarga Alan Bangkrut

    Pov AlanAku tak menyangka Irish tega menghancurkan kepercayaan Ayahku. Untuk apa coba dia menjual rumah dan toko pemberian Ayahku kalau bukan untuk memberi Yudha bantuan.Aku tahu keuangan Yudha pasti sedang hancur untuk mengurus ibunya. Jadi lelaki itu menggunakan Irish untuk menyelamatkannya dari kemiskinan.Awalnya aku tak percaya Irish menjadi wanita sebodoh itu demi Yudha. Nmaun setelah Vikha memberiku bukti bahwa Irish benar-benar sudah menjual toko dan rumah aku baru percaya.Meski aku tahu kesalahan Irish fatal, melihat wanita itu di maki secara kasar oleh Ayahku, aku menjadi tak tega. Entah aki masih terus menyukainya atau perasaan ini hanya perasaan kasian saja."Kamu sedang memikirkan apa, sayang?" tanya Vikha sambil mendekat kearahku. Sebelah wajahnya masih sangat menakutkan, tapi syukurnya dia sudah bisa menerima kenyataan."Aku masih saja tak habis pikir dengan perbuatan Irish. Kenapa dia makin bodoh setelah bercerai denganku. Dulu meski aku jahat, aku tak peelrnah meni

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Terusir Dari Rumah Sendiri

    Mataku hampir saja terpejam, namun bel di rumahku terus-terusan berbunyi tanpa jeda. Aku yakin orang datang berniat cari masalah.Pintu ku buka, ada lima lelaki berbadan kekar berdiri di depan pintu. Apa orang-orang ini adalah orang suruhan dari orang yang sudah menipuku kemarin?"Kami akan memberi waktu satu jam dari sekarang untuk kamu mengemas barang-barang kamu!" ucap salah satu dari mereka."Kenapa aku harus mengemas barangku?" tanyaku sambil menatap nyalang para lelaki itu."Jangan pura-pura bodoh! kamu sudah menjual rumah ini pada bos kami!" bentak lelaki tadi."Bos kalian gila. Dia sudah menjebakku. Aku tak pernah menjual rumah ini padanya!""Jangan banyak bicara kamu atau kamu akan menyesal!" lelaki yang dari tadi bicara memberi kode pada temannya untuk menyeretku. Aku melakukan perlawanan, tapi tenagaku tidak ada apa-apanya di banding mereka. Aku terlempar keluar pintu rumah.Beberapa lelaki yang tadinya masuk ke dalam rumah kembali dan membawakanku koper berisi baju-bajuku.

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Tertipu

    Pov Irish"Apa enggak ada cara lain ya, Bik? aku enggak tega menyerahkan sertifikat rumah dan toko pemberian Ayah Adit pada mereka. Aku takut Ayah Adit akan marah jika tahu.""Dia takan tahu, Bu. Rahasia ini cuma kita berdua yang tahu. Toko ibu cukup ramai sebelumnya. Anda pasti pelan-pelan bisa mencicil uang yang anda pinjam." balas bik Linda. Benar juga ucapannya, bisnis kueku cukup ramai, aku yakin bisa dengan cepat membayar cicilan hutangku."Baiklah, Bik. Kapan kita temui orang itu?" tanyaku pada Bik Linda."Kapanpun anda ingin menemuinya saya akan antarkan." jawabnya."Kalau gitu besok kita akan ke rumah orang itu.""Baik bu, esok jemput langsung saja saya di rumah kontrakan saya."Aku mengangguk setuju. Kemudian bik Linda pamit pulang. Setelah kepergiannya aku merasa kembali kesunyian di rumahku sendiri. Mengingat penghianatan Yudha aku kembali menangis. Selemah ini memang aku sekarang.Semua fotoku saat bersama Yudha sudah aku hapus, nombornya pun sudah ku blokir. Barang-baran

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Irish Patah Hati

    Pov IrishHari ini aku menemui pemilik perusahaan yang beberapa waktu lalu mengorder kueku. Butuh waktu lama dan perjuangan keras agar bisa langsung menemui orang itu. Itu karena dia selalu menyuruh asistennya untuk menyelesaikan semuanya tanpa mau bertemu langsung denganku. Aku tak puas hati hanya menyelesikan masalah dengan bawahannya yang keras kepala itu saja.Nasib para karyawanku di pertaruhkan, aku akan melakukan apa saja demi menyelamatkan mereka dari fitnah kejam ini. Aku yakin seseorang sedang dengan sengaja menjebak kami.Dalam pertemuan kami, lelaki yang menjadi bos perusahaan tersebut bilang akan mengurungkan niatnya melaporkan kami asal kami mambayar denda sebesar 500juta. Sepertinya mereka memang menginginkan kehancuranku. Tapi bisa apa aku sekarang? aku tak mau karyawanku menderita, aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkan mereka.Setelah pertemuanku dan bos gila itu berakhir, aku segera menghubungi Yudha untuk meminta pendapatnya. Namun entah kenapa kali ini Yudh

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Perubahan Yudha

    Pov YudhaAku rasa dunia sedang sangat kejam kepadaku. Masalah datang bertubi-tubi. Keadaan ibuku kritis, aku bingung harus bagaimana sekarang.Kenapa aku seceroboh ini. Harusnya aku tak perlu dulu memberitahu ibuku tentang lamaranku pada Irish. Saat ini ibuku sangat butuh dukungan, harusnya aku bisa mengontrol diri agar keadaannya tidak menjadi seperti ini.Beberapa hari setelah ibuku berhasil melewati masa kritis, akhirnya dia sembuh juga. Aku bisa tersenyum lega sekarang.Perasaan bahagiaku tidak bertahan lama. Setelah kesembuhan ibuku, dia sama sekali tidak mau di jenguk olehku. Aku benar-benar tak tahu dengan cara apa aku bisa memandapatkan maafnya.Di tengah perasaan kacauku, aku teringat pada sebuah kartu nama yang ibuku berikan.Aku kemudian membuka dompetku lalu mengambil kartu nama itu.'Viola Amalia' itu nama wanita yang ibu bilang menginginkanku. Mungkin aku butuh bantuannya untuk bisa mendapatkan maaf wanita yang sudah melahirkanku.Aku melajukan mobil menuju perusahaan w

  • Suami Pengangguranku Izin Poligami   Yudha Diusir

    Pov Yudha Sekitar jam satu siang aku sudah sampai di depan rumah Om Adit. Meski dalam keadaan terdesakpun aku tetap mengantarkan Irish menggunakan taksi sampai ke rumahnya. Sebenarnya aku sama sekali tak punya nyali menginjakan kaki di rumah Om Adit lagi. Namun mengingat kebaikan Om Adit aku harus belajar bermuka tebal. Aku ingin minta maaf pada keluarga Om Adit, meskipun itu takan membuat lelaki itu mencabut tuntutannya pada ibuku."Den, Yudha?" satpam di rumah Om Adit langsung membukakan pintu setelah melihatku di depan gerbang. Akupun segera masuk namun baru beberapa langkah masuk aku di halangi."Den maaf, sesuai perintah Tuan saya hanya di tugaskan memberikan beberapa koper itu jika anda pulang." Mang Ucup menunjuk kearah beberapa koper yang ada di sebelah post satpam."Itu apa, Mang?" tanyaku padanya."Itu barang-barang anda."Sontak aku sangat terkejut, apakah aku sudah di usir dari rumah mewah ini setelah kejahatan ibuku pada keluarga Om Adit terbongkar?"Benarkah Tuan yang m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status