Pov RajaSudah seminggu aku menyembunyikan Abel di suatu tempat tanpa di ketahui siapapun kecuali Ikhsan teman kerjaku. Malam ini, aku berniat mengunjungi wanita itu, namun sebelumnya aku harus pulang dulu sekedar untuk membersihkan diri dan bertukar seragam.Saat aku memasuki halaman rumahku, beberapa mobil sudah terparkir di sana. Sepertinya aku sedang kedatangan tamu tak diundang. Baguslah, ternyata lelaki jahat itu punya nyali juga datang ke rumahku.Aku turun kemudian mendorong pintu rumahku yang sudah di rusak oleh tamu tak di undang itu. Ku lihat sosok lelaki yang beberapa hari lalu lolos dari jeratan hukum itu sedang duduk di sofa tanpa di persilahkan si oleh pemilik rumah. Jadi lelaki inilah yang membuat wanita malang itu sangat ketakutan selama ini?"Sudah lama menunggu?"Aku bersikap biasa, ekspresiku seperti sedang menyambut teman akrab yang sedang datang kerumah."Jangan sok akrab. Kita tak saling mengenal. Katakan saja dimana kau sembunyikan calon istriku?" tanyanya to t
Pov Ibu MertuaSudah hampir sore, aku dan Citra sudah membereskan semua pekerjaan rumah. Kenapa Dita belum pulang juga, dia belum membelikan makan kami dari pagi. Aku dan Citra sangat kelaparan, kurangajar dia.Putra lagi, anak tak bergunaku itu. Semalam pamit mau merampok di rumah besanku yang kaya tapi pelit itu. Katanya mumpumg mereka masih keluar negeri, jadi pasti akan lebih mudah merampok disana. Rumah dalam keadaan kosong. Paling pembantu dan satpam rumah itu saja yang ada. Aku yakin Putra dan teman-trmannya bisa mengatasinya.Hari sudah semakin sore, tapi kenapa Putra sampai sekarang belum pulang ataupun kasih kabar juga? Awas kamu Put, kalau nikmati hasil rampokan itu sendirian. Awas juga nanti kalau kamu pulang dengan tangan kosong, karena sudah kau habiskan uang hasil dari merampok itu untuk berjudi."Bu, ayolah pergi dari sini! Jual kalung ibu, kita ngontrak rumah sendiri, kan enak kalau kita ngontrak rumah sendiri, gak usah jadi babu seperti ini. Citra cape, Bu. Diperlak
Pov RajaBeberapa hari ini, aku disibukan dengan kasus perampokan sekaligus pembunuhan Ayah dari istri kedua suami Abel. Bimbang ingin ku beritahu Abel atau tidak, takut menambah beban pikirannya jika aku memberitahunya.Hari ini, hari liburku. Aku akan kembali menjenguknya. Karena terlalu lelah, aku tak larat pergi ke sana selama hampir dua minggu ini, jadi kuputuskan untuk pergi siang ini juga.Satu ponsel sudah ku siapkan untuk Abel. Sejak dia kabur, dia tak berani menyalakan ponselnya. Aku bingung jika ingin menghubunginya sekedar menanyakan kabar.Mobil segera ku hentikan sejenak di depan sebuah supermarket. Aku membeli susu hamil dan beberapa kebutuhan dapur untuk Abel.Di supermarket ini, temanku Ikhsan kembali datang. Dia memberikan kunci mobil sewaanya beserta jaket, kumis palsu, topi dan kacamata. Aku segera pergi toilet untuk memakai barang-barang pemberian temanku. Ini untuk mengecoh penguntit yang diam-diam mengikutiku. Aku yakin, Heru belum menyerah juga. Dia pasti masi
Pov PutraAku tak menyangka hidupku sesial ini. Baru sehari jadi buronan polisi aku sudah kelaparan. Tak ada barang berharga apapun yang bisa ku tukar dengan uang. Akhirnya akupun terpaksa hidup jadi gembel di kolong jembatan. Hidupku makin berantakan setelah gagal merampok. Kenapa sih, aku nekad memukul penipu itu. Harusnya ku kuras saja uang gajinya, dengan mengancamnya akan menceraikan putrinya kalau dia tak mau memberikan gajinya padaku.Ingin sekali ku hubungi ibu, namun aku tak berani. Dia tinggal di kontrakan Dita. Bagaimana nasibnya dan Citra setelah Dita tahu akulah pembunuh Ayahnya. Tak terasa cairan bening memaksa keluar dari pelupuk mataku. Ini pertama kalinya aku menangis. Seandainya saja dulu aku tidak menghianati Abel hanya demi wanita murahan seperti Dita dan yang lainnya, hidupku takan serumit ini. Kurang apa coba Abel terhadapku, meski dia sering mengomeliku yang tak kunjung kerja setelah pernikahan kami, namun dia tak pernah melupakan tugasnya sebagai istri. Bahkan
Pov Author"Bang Ikhsan, tolong Abel, Bang!" ucap lemah Abel. Putra terkejut melihat Abel ternyata mengenal polisi yang ada di samping mobilnya. Karena tak mau tertangkap Putra segera kembali melajukan mobilnya tanpa peduli keselamatannya. Dia terus melajukan mobilnya dikecepatan tinggi. Satu mobil polisi dan dua motor mengejarnya."Bel, kau kenapa?"Tangan kiri Putra menyentuh lengan Abel."Bel, bangun!"Abel tak kunjung bangun, fokus menyetir Putra hilang."Bel, bangun. Asalkan kamu bisa bertahan aku janji bisa lepas dari kejaran polisi-polisi itu dan segera membawamu ke rumah sakit."Hidung dan mata Putra mendadak merah. Untuk pertama kalinya ia menyesali perbuatan kasarnya pada istrinya.Mobil masih melaju dikecepatan tinggi."Aku hanya kalap karena terlalu cemburu denganmu, Bel. Bangunlah! aku minta maaf."Air mata Putra keluar juga. Pertahaannya jebol.Mobil terus melaju, hingga saat mobil Putra sedang melintas di jembatan besar. Putra menghentikannya ditengah jembatan."Maaf, k
Pov CitraAku tak menyangka Mbak Dita tega sekali dengan keluargaku. Dulu dia tega menjadikan kami seperti pembantunya. Setelah itu dia rela melaporkan aku dan ibu ke polisi. Aku yang kesal saat itu justru membuka kedokku dan ibuku sendiri di depannya dan polisi yang sedang menyamar bersamanya. Aku baru tahu maksud ibu menamparku saat itu. Itu karena aku terus membongkar kebusukan kami yang justru membuat celaka aku dan ibuku.Tak sampai di situ saja kekejaman Mbak Dita. Dia tega merampas emas-emas ibu sampai membuat penyakit jantung ibu kumat. Ibu meninggal dan aku harus mendekap di penjara beberapa hari saat itu.Tiga hari aku di penjara, namun tiba-tiba perempuan sinting itu mencabut tuntutannya. Aku pikir saat itu dia mencabut tuntutannya karena merasa bersalah karena kematian ibu. Tapi ternyata tidak. Perempuan itu dengan tega menjualku pada lelaki hidung belang. Dan lelaki itu kini menyekapku di sebuah rumah mewah dengan penjagaan ketat karena aku terus melakukan perlawanan dan
Pov DitaWaktu berlalu, semenjak kepergian Ayahku, ibuku menjadi seperti orang gila. Tiap hari dia menangis dan tertawa seorang diri. Karena sikapnya yang seprti itu majikannya memecatnya dari pekerjaannya. Kini aku titipkan ibuku pada keluarga budhe ku.Meski aku sudah membalas dendamku pada keluarga benalu itu, aku masih sangat-sangat membenci keluarga itu. Bayangan rasa bersalah pada Ayahku terus menghantuiku. Aku menyesal telah menghadirkan menantu brengsek seperti Mas Putra pada Ayahku.Malam ini aku kedatangan tamu tak diundang. Rumah kontrakanku di datangi pereman entah suruhan siapa. Aku segera menelpon Pak Raja. Lumayankan, aku jadi bisa bertemu dengannya tanpa harus mendatangi rumahnya. Ini kesempatan emasku untuk berpura-pura menangis dan lemah padanya nanti setelah dia datang menghajar para pereman. Kemudian saat ia lengah, aku akan memasukan obat tidur dan menjebaknya hingga dia mau menikahiku.Namun semua rencana itu hanya menjadi angan-anganku saja. Lelaki tampan itu ma
Pov Author"Demi aku? jangan ngelantur lagi, dech! jangan bawa-bawa namaku lagi dalam masalahmu. Sekarang keluar dari ruanganku sebelum aku panggil polisi yang berjaga di depan untuk mengusirmu!" ancam Abel sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah pintu keluar."Ok, aku akan keluar. Tapi ingat, Bel. Aku enggak akan menyerah cuma gara-gara kamu mengusirku.""Dasar sinting! aku rasa kau perlu ke psikiater, Mas! Jiwa dan pikiranmu pasti bermasalah. Kau perlu berobat." maki kembali Abel yang semakin jijik dengan ucapan suami temanannya itu."Terserah kamu, Bel. Mau anggap aku gila, sinting atau lainnya. Tapi tolong jangan marah-marah lagi. Kamu baru pulih dari sakitmu." ucap Heru menenangkan Abel."Makanya cepat keluar dari sini, kalau enggak mau lihat aku tambah mengamuk!"Heru mengikuti ucapan Abel, dia akhirnya mengalah keluar.Abel kembali menetralkan emosinya sepeninggalan Heru.Di dalam mobil Heru terdiam. Dia masih belum juga melajukan mobilnya. Rasanya dia sudah kehabisan akal u