"Lihat kan?! Apa saya bilang?! Mereka berdua pasti melakukan hal tidak senonoh di desa kita!!" Riri kaget bukan main saat mendengar teriakan dari salah satu orang yang datang menghampirinya. Riri menoleh kearah laki-laki yang masih saja melihatnya tanpa berkata apa pun. "Bu-bukan seperti itu, kami tidak melakukan apa-apa, saya hanya sedang berteduh sebentar di sini, saya tidak memiliki niat yang lainnya apa lagi melakukan hal yang aneh-aneh." "Halah! Kamu pasti sudah bermain-main dengan dia kan?! Jujur saja kamu!." "Sudahlah! Nikahkan saja mereka supaya desa kita tidak terkena bala!." Riri di buat panik dengan teriakan beberapa warga yang meneriakinya agar menikah dengan laki-laki yang sudah dari tadi bersamanya. "Saya benar-benar tidak melakukan apa-apa, dari tadi saya hanya berdiam diri saja di sini." "Mana ada maling yang mau mengaku?!. Tampangmu saja yang terlihat alim, tapi nyatanya tidak berbeda jauh dengan para wanita malam." Mata Riri melotot tajam karna tidak t
"Iya kita hanya bercanda. Tapi, Selamat ya karna sudah menikah. Jadi nggak sabar aku nunggu ponakan baru.” Leon mengeram kesal mendengar ucapan temannya yang lagi-lagi berusaha untuk menggodanya. “Ponakan pala bapak kau! Nggak ada kerjaan banget aku bikin anak!” Mereka kembali tertawa terbahak-bahak mendengar ekspresi wajah Leon yang terlihat sedang kesal. “Gimana? Mau pindah lo? Dari informasi yang gue dapat dia asli Bandung.” Ucap alah seorang di antara mereka. “Hah informasi?... Informasi apa? Mereka dapat dari mana? Apa mereka mengorek informasi mengenai kehidupanku? Tapi bagaimana bisa?! Apa mungkin ktpku tertinggal dan di baca oleh mereka?" Riri mencoba untuk menebak-nebak mengenai bagaimana dan apa saja yang sudah mereka dapatkan mengenai dirinya. Di saat Riri tengah di sibukkan dengan pikirannya, sebuah kata-kata yang di lontarkan Leon terdengar kembali di telinga Riri. “Ya gimana apanya?! Biarkan saja dia melakukan hal yang dia suka. Dia sama sekali tidak ada urusa
“Saya tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu Bu! Saya berani sumpah!” Riri yang sudah gemetar karena marah, sudah mencoba berkali-kali membela diri dan beradu mulut dengan beberapa warga. Saat ini dia sedang dituduh melakukan perbuatan zina dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.Padahal, Riri hanya berteduh. Dan secara kebetulan, tempatnya berteduh itu adalah rumah pria asing itu yang juga ditinggali bersama teman-temannya.“Jangan mencoba mengelak kamu! Sudah jelas ada saksi di sana!” ucap ibu-ibu yang sendari tadi mengoceh dan terus-terusan menuduh Riri.'Bahkan tidak ada satu pun saksi yang mengatakan kami berzina!' batin Riri kesal dengan fitnahan Bu Ajeng yang sedari tadi terlihat begitu vokal memojokkannya.“Tenang dulu ibu-ibu bapak-bapak kita bicarakan ini baik-baik...” Ketua Rt mencoba untuk menenangkan situasi. Namun belum selesai dia menyelesaikan kata-katanya, salah satu ibu yang sedari tadi memanasi keadaan mencubit pinggang Pak RT dan berbisik, “Ssttt..
“Mempelai wanita bisa mencium tangan mempelai pria.”Suara pak penghulu membuyarkan lamunan Riri. Gadis itu terlalu lama melamun memikirkan dari mana Leon mendapatkan uang itu, sampai-sampai dia tak sadar bahwa acara ijab kabulnya sudah selesai. Riri melihat ke arah Leon yang sudah dibalas Leon dengan tatapan yang sangat tajam sambil menyodorkan tangannya. Riri menghela napas pasrah, dia hanya bisa mengikuti alur takdir yang sedang mempermainkannya. Mau mengeluh juga sudah terlambat. Pernikahan mereka telah sah secara agama dan negara.“Saya titip anak saya ya, Nak. Tolong dijaga baik-baik.” Bu Khana, ibunya Riri kembali berpesan pada laki-laki yang telah jadi menantunya itu. Dilihat dari penampilannya, dua orang tua Riri itu jelas sudah tahu tahu apa pekerjaan menantunya. , begitu juga dengan Ayah Riri yang sudah lepas tangan terhadap anak sulungnya. “Iya bu.” Hanya itu saja jawaban Leon.Selepas itu, Bu Khana dan yang lainnya membubarkan diri.Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam,
'Apa aku tadi terlalu kelihatan ya ngupingnya?'Riri tersentak kaget, dirinya tak menyangka akan ketahuan secepat ini.“Iya!” balas Leon dengan suara sedikit meninggi.Untuk yang kedua kalinya Riri dibuat kaget dengan ucapan suaminya. 'Dia bisa baca isi pikiranku?'“Nggak bisa.” Lagi-lagi.'Apa dia cenayang ya?'“Bukan.”Kali ini, rasa penasaran Riri sudah tak terelakkan lagi. Untuk itu, dia berteriak dengan sangat kencang. “Kamu bisa baca isi pikiranku?!!” “Kenapa?” Nada suara laki-laki itu terdengar meremehkan.Riri kaget bukan main. Perlahan-lahan, dia memutar badannya dan menengok ke arah Leon berada.Di sana terlihat Leon yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.“Udah sana tidur! Awas saja kalau berani berisik lagi!... Aku tak akan segan-segan untuk mengusirmu dari sini!” Pria itu mengancam.“Tapikan yang berisik dari tadi dia. Kok malah aku sih yang disalahin?” Riri berucap pelan. Akhirnya, karena tak mau memperpanjang masalah, Riri pun memilih untuk tidur saja.Me
“Ya ampun! Padahal yang mau menikah itu kakak kamu, tapi kok bisa sih keduluan sama kamu?”Setelah selesai bersih-bersih di rumah lama sang suami, Riri dan Leon pergi ke rumah tantenya. Dan di sinilah mereka, di rumah sepupunya Riri. Namun baru saja dia dan Leon sampai dan turun dari motor, Riri dan Leon sudah disambut dengan suara-suara tak mengenakkan dari mulut saudara-saudara ibunya.Inilah yang Riri sebalkan dari keluarga besar ibunya. Semuanya punya mulut biadab yang tidak bisa direm kalau sudah membicarakan orang lain.'Baru juga sampe udah pada nyinyir aja tuh emak-emak rempong!'Kesal Riri hanya bisa disuarakan dalam hati. Bisa gawat kalau dia menghujat tante-tantenya langsung di depan. Bukannya takut, Riri hanya tak mau saja hubungan ibunya dengan saudaranya merenggang hanya karna kemarahannya saja.Pandangan Riri kini beralih pada Leon yang sepertinya juga tak suka pada omongan tantenya.Sambil menyenggol tangan Leon, Riri berbicara dalam hati, 'Yang sabar, ya. Emang gitu mulutny
Teriakan Riri yang sangat nyaring membuat orang-orang berhenti sejenak dari aktivitasnya untuk melihat apa yang tengah terjadi.“Apa sih! Nggak jelas.”Sedangkan, wanita yang diteriaki Riri justru masih duduk di atas pangkuan Leon, menatapnya dengan pandangan tak suka.Riri menatap tajam ke arah Leon untuk meminta penjelasan mengenai siapa wanita yang saat ini sedang duduk di pangkuannya.“Teman sekelas waktu SMA.” Respon Leon yang terlihat sangat santai membuat Riri memikirkan satu hal ‘dia sudah terbiasa'. Tak terlihat pergerakan sama sekali dari suaminya, Riri memutuskan untuk meletakkan piring satenya dan menarik wanita itu untuk menjauh dari suaminya. “Minggir!!” Bukannya menyingkir dari pangkuan Leon, wanita itu justru merangkul leher Leon dengan kedua tangannya.Dan lagi-lagi, Leon tak bergerak sedikit pun ketika wanita itu sedang memeluk lehernya.Kesal karna tak dapat mengusir wanita itu, Riri menghentakkan kakinya berkali-kali seperti bocah kecil yang sedang merajuk. “Leon!!” Kemu
“Itu mahar.” Leon menjawab pertanyaan Riri yang menggebu dengan santai.Mata Riri melotot karna tak terima. Walaupun sudah mendapatkan jawabannya, dia tetap saja kesal dengan hal yang dilakukan orang tua dan suaminya di belakang tanpa sepengetahuannya. “Tetap aja kenapa nggak bilang dulu ke aku? Kalian anggap aku itu apa?!”Leon menatap Riri yang sudah meneteskan air mata dengan tatapan kosong, entah apa yang saat ini ada dipikiran laki-laki berbadan kekar itu.Karena melihat orang-orang di sekelilingnya yang sudah mulai menggosipkannya, Riri melepas baju Leon dan pergi meninggalkan suaminya begitu saja.Leon tak banyak bicara dan hanya mengikuti Riri dari belakang dengan berbagai pikiran yang sedang berkecamuk diotaknya.'Aku harus tanya sama ibu secepatnya! Bisa-bisanya mereka sembunyiin hal besar seperti ini dari aku!' Riri berhenti lalu menengok ke kanan dan kiri untuk mencari angkutan umum. Namun setelah 10 menit berlalu, tak ada satu pun kendaraan umum yang lewat di depannya.“Kita na