Saat Clara sudah menyelimuti tubuh suaminya, tiba-tiba saja membuka kedua matanya dan Clara yang mengetahui akan hal itu sontak saja terkejut.
"Ma ... Maafkan aku telah membuatmu terbangun," gugup Clara yang ingin menjauh dari suaminya.Namun, dengan cepat Yordan menahan tangannya sang istri dan sedikit menuntun istrinya untuk duduk di dekatnya.Clara tidak bisa berkutik karena tenaganya Yordan besar, akhirnya Clara duduk di sofa didepan perutnya sang suami.Sejenak, Clara menahan napasnya dan sedikit canggung dengan keadaan ini. Karena saat ini tangan suaminya sedang memeluk perut ratanya Clara."Kak..." Clara menjeda ucapannya."Biarkan seperti ini." Yordan kembali mempererat pelukannya pada perut rata sang istri.Clara tidak bisa menolak keinginan suaminya, dan dia mulai mengatur napasnya agar bisa mengatur oksigen lebih teratur. Kini Clara memejamkan kedua matanya yang sedikit mengantuk, dan suaminya juga sudah memejamkan matanya karena mengantuk.Perlahan-lahan tubuhnya Clara langsung tertidur di sofa dan kini dia benar-benar terlelap, sebenarnya tadi dia merasa lapar dan ingin makan.Namun, lihatlah Clara!Dia benar-benar tidur diatas sofa bersama suaminya, dan sang suami yang menyadari jika Clara sudah tertidur.Yordan langsung memakaikan selimut tebal tadi pada tubuh istrinya, dan saat ini pasangan pengantin baru itu sudah berada didalam selimut yang sama.Bahkan, Yordan saja sudah memeluk istrinya dari belakang dan posisi ini membuat Yordan sangat nyaman sekali."Aku tidak menyangka bisa menikahi dirimu," gumam Yordan dengan sangat pelan dan bahkan suaranya hanya terdengar olehnya saja.Perlahan-lahan Yordan kembali memejamkan matanya dan ingin tidur kembali, tapi sebelum itu. Yordan menyempatkan dirinya untuk mengecup kepala istrinya.***Pukul 7 pagi dirumah keluarga Ferdinan. Kini semua keluarganya berkumpul di ruang makan, dan seperti biasa mereka akan menyantap sarapan bersama-sama.Suasana kekeluargaan yang selalu di ciptakan oleh keluarga Ferdinan, tapi saat ini suasana didalam ruang makan itu terasa hening dan mencekam.Semenjak pernikahan Tarra kemarin membuat keluarga Ferdinan murka, terutama pada orang tuanya Tarra. Orang tuanya Tarra benar-benar tidak habis pikir dengan anak bungsunya, Tarra Ferdinan. Bisa-bisanya dia menikahi gadis lain dan membiarkan Clara menikah dengan pria lain.Sebenarnya semalam Tarra sudah menjelaskan kenapa dirinya menikahi gadis lain pada keluarganya, tapi tetap saja orang tuanya Tarra tidak akan menerima gadis lain untuk menjadi menantunya.Bahkan gadis yang saat ini di nikahi oleh Tarra adalah salah satu pegawai dari Ferdinan Company, itu sudah pasti membuat orang tuanya Tarra semakin murka.Lebih murka lagi saat mengetahui asal-usul gadis itu, Yolla. Ternyata Yolla hanya seorang gadis biasa dan memiliki seorang adik, mereka juga hidup sangat sederhana. Sudah pasti keluarga Ferdinan selalu mengutamakan harta dan tahta untuk bisa menjadi keluarga Ferdinan.Tarra paham akan hal itu, tapi mau bagaimana lagi? Tarra sudah menikahi Yolla diatas Altar, dan tidak mungkin juga hari ini dia akan menceraikan istrinya, Yolla. Apa lagi Tarra ternyata sudah mencintai Yolla sejak lama, sejak dirinya sudah menjalin hubungan dengan Clara.Sungguh, Tarra ini tipe pria yang menyebalkan karena selama ini dia tidak mencintai Clara? Astaga, sungguh menyebalkan pria seperti itu."Kalian tidak perlu makan disini!" Adinda menatap sinis kearah Yolla dan Tarra.Sebenarnya Adinda selaku ibu kandungnya Tarra tidak bisa mengusir anaknya begitu saja dari ruang makan, tapi kalau sudah seperti ini dia bisa apa? Dia hanya malas melihat menantu yang tidak di inginkan, Yolla Rahman."Oke, mulai sekarang aku dan istriku akan tinggal di tempat lain saja!" Tarra menggenggam tangan istrinya, Yolla."Pergi sana, ayah akan mengeluarkan kamu dari keluarga Ferdinan!" Arya selaku ayah kandungnya Tarra mulai mengancam anak bungsunya, Tarra.Yolla langsung menundukkan kepalanya dan sedikit meremas tangan suaminya, Tarra. Yolla benar-benar tidak ingin suaminya menjadi anak yang pembangkang pada kedua orang tuanya, dan Tarra yang paham dengan reaksi istrinya kini dia mengatur napasnya dalam-dalam."Aku sudah jelaskan pada kalian semalam, aku menikahinya karena Clara menikahi pria lain!" tegas Tarra.Hah? Clara menikahi pria lain lebih dulu? Wah, sepertinya disini Tarra sedang memfitnah Clara dan menutupi kesalahannya sendiri? Ya ampun, Tarra benar-benar keterlaluan sekali.Semoga saja Clara tidak mengetahui semua ini, tapi cepat atau lambat sesuatu yang di sembunyikan dan tidak baik seperti ini pasti akan terungkap dengan sendirinya."Aku masih tidak yakin jika Clara menikahi pria lain lebih dulu," celetuk Samuel selaku kakak pertama Tarra."Aku juga sama, aku tidak percaya jika Clara seperti itu," lanjut Nathan selaku kakak kedua Tarra."Terserah kalian, mau percaya apa tidak itu tidak masalah karena yang terpenting saat ini aku sudah jelaskan dengan kenyataan," kekeh Tarra.Yolla yang mendengar keraguan dari kedua kakak iparnya membuat hatinya kesal dan ingin sekali marah-marah, tapi dia tidak bisa melakukan itu. Karena saat ini posisinya Yolla saja tidak diterima dalam keluarga Ferdinan, dia harus bisa masuk kedalam keluarga Ferdinan lebih dulu.***Pukul 7.30 pagi di dalam kamarnya Clara Clara baru saja masuk kedalam kamar kedua orang tuanya, karena beberapa waktu yang lalu dia di perintahkan untuk datang kedalam kamar orang tuanya.Awalnya Clara menolak karena dia ingin pergi ke kampus bersama suaminya, Yordan. Namun, kedua orang tuanya Clara mengancam dirinya kalau tidak datang ke kamarnya.Jadi, mau tidak mau Clara masuk kedalam kamar orang tuanya karena terpaksa."Ada apa, ayah dan ibu?" tanya Clara yang tidak suka berbasa-basi, karena saat ini dia memang harus pergi ke kampus untuk melanjutkan kuliahnya.Clara sudah duduk di sofa didepan orang tuanya yang sedari tadi sudah duduk di sofa itu. Kedua orang tuanya menatap lekat kearah anak bungsunya, Clara."Ibu tidak bisa menerima pria itu," jawab Sonya dengan tatapan tidak suka.Clara menghela napasnya dalam-dalam dan menghembuskan dengan pelan, dia tau jika orang tuanya akan membahas ini."Aku gak mau jadi janda," ucap Clara dengan jujur.Apa yang di katakan oleh Clara memang benar, dia tidak mau menjadi janda. Apa lagi dia baru saja menikah sudah bercerai, apa kata orang-orang nantinya jika dirinya baru menikah sudah bercerai saja? Pasti pikiran orang-orang akan negatif tentang dirinya."Tidak apa, nanti ibu dan ayah akan mencarikan pria lain untukmu lagi pula ibu tau kalau kamu belum melakukan malam pertama," ujar Sonya sambil menatap lekat tubuh sang anak.Clara bangun dari duduknya dan berkata. "Aku sudah malam pertama semalam dengan suamiku, bahkan kami melakukannya berkali-kali dan mungkin saja minggu depan aku akan mengandung anaknya!" Clara kesal dan akhirnya dia berbohong mengatakan itu pada kedua orang tuanya.Kedua orang tuanya Clara langsung mengerutkan keningnya masing-masing, mereka tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh anak bungsunya itu."Apa?!"
"Jangan berbohong," ucap Sonya pada anak bungsunya."Aku benar-benar sudah malam pertama dengan suamiku!" tegas Clara yang sudah berdiri dan menatap kedua orang tuanya yang masih duduk di sofa."Ceraikan atau..." Soni menjeda ucapannya dan Clara menatap tajam ke arahnya.Clara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada didalam pikiran kedua orang tuanya, apa orang tuanya ingin dirinya menjadi janda? Sungguh menyebalkan, pikir Clara."Aku sudah menuruti keinginan ayah dan ibu untuk kuliah dalam urusan bisnis dan lain sebagainya, aku juga akan mengurusi perusahaan setelah lulus. Lalu, apa aku salah menikah dengan pilihanku?" Clara akhirnya membuka suaranya, dia benar-benar jengah dengan kedua orang tuanya yang selalu banyak mengatur hidupnya.Walaupun Clara adalah anak konglomerat tapi hidupnya penuh tekanan, contahnya seperti sekarang. Dia mirip sekali seperti boneka keluarganya, harus menuruti setiap perkataan orang tuanya.Clara seperti itu karena dirinya ingin membebaskan sang k
Setelah Yordan dan Clara menempuh jarak yang tidak terlalu jauh dari rumahnya menuju kampus, kini pengantin baru itu baru saja sampai tepat didepan gerbang kampusnya Clara.Yordan memberhentikan motornya didepan gerbang kampus sang istri. Namun, istrinya tidak turun dari jok motor itu membuat Yordan sedikit bingung.Yordan lekas membuka kaca helm yang saat ini masih dia gunakan di kepalanya, lalu Yordan menoleh kebelakang dan berkata. "Ra, kamu tidak mau masuk ke kampus?" tanya Yordan yang masih menatap kearah sang istri."Mau," jawab Clara. "Lalu, kamu menyuruh aku jalan dari gerbang ke kampus?" Clara mengerutkan keningnya saat mengatakan itu pada sang suami.Karena saat ini jarak dari gerbang ke dalam kampusnya lumayan jauh kalau jalan, dan karena Clara tipe gadis yang sangat manja sudah pasti itu membuat Clara malas berjalan kaki."Siap tuan putri, aku antar kamu sampai kedalam kampus tapi kamu gak malu diantar pake motor?" tanya Yordan.Sebenarnya Yordan memberhentikan motornya di
Yordan melajukan motor beat milik sang istri membelah jalanan kota yang sudah mulai ramai dengan aktivitasnya. Saat ini tujuannya adalah Ferdinan Company, yaitu tempatnya bekerja.Pikiran Yordan berkelana pada ucapan kedua orang tua Clara tadi pagi yang mengatakan jika mereka tidak ingin Clara mengandung anaknya benar-benar membuat Yordan merasa sakit hati. Sepertinya meskipun telah berstatus sebagai seorang suami, tetapi Yordan tidak mendapatkan hak terhadap sang istri. Yordan akan berusaha memaklumi hal itu karena pernikahannya dengan Clara yang terjadi secara dadakan dan Yordan bukanlah sosok pria yang seharusnya bersanding dengan Clara, sang putri bungsu keluarga Bastian. Yordan sadar betul akan posisinya.Jika saja kedua pasangan mereka tidak saling mencintai dan meninggalkan mereka sendirian di hari pernikahan mereka, maka pernikahan Yordan dengan Clara tidak mungkin akan terjadi. sekarang Yordan bertanya-tanya apakah Yolla, mantan calon istrinya itu bahagia menikahi putra bungs
Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tarra menaiki mobilnya dan melajukan mobil itu keluar dari area kampus menuju Ferdinan Company.Beberapa notifikasi dari teman-temannya yang menanyakan kenapa dirinya tidak masuk ke kelas dan meninggalkan kampus begitu saja, hanya diabaikan oleh Terra. Padahal hari ini akan diadakan ujian harian untuk beberapa mata kuliah, tetapi Tarra malah menghilang.Tarra tahu jika dia tidak mengikuti ujian harian hari ini maka itu akan berpengaruh pada nilainya, apalagi kampusnya terbilang sangat ketat dalam memberikan nilai pada mahasiwa. Namun, lupakan saja. Tarra sudah terlampau malas untuk masuk ke kelas hari ini.Sepanjang perjalanan pikirannya tidak tenang memikirkan apa yang terjadi dengan istrinya, Yolla, mengingat Yolla masuk kerja hari ini dan bisa saja hal buruk terjadi padanya.Kemacetan panjang terjadi di sepanjang jalan menuju perusahaan Ferdinan Company, berkali-kali Tarra memaki untuk melampiaskan rasa kesalnya pada kemacetan jalan yang me
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya bagi Clara untuk pulang. Dia juga sudah menghubungi Yordan dan pria itu mengatakan dia sudah dalam perjalanan menuju kampus Clara.Lima belas menit Clara menunggu hingga akhirnya senyum merekah Clara terbit ketika melihat motor beat yang dikendarai oleh sang suami bergerak ke arahnya.Yordan melepas helm yang melindungi kepalanya, dan menampilkan senyum manisnya pada Clara."Udah selesai?" tanya Yordan basa basi."Iyalah, kalau belum gak mungkin aku suruh jemput," jawab Clara membuat Jordan tertawa kecil. Memang sifat kekanak-kanakan Clara kadang membuat Yordan gemas sendiri."Yaudah ayo," ajak Yordan.Dia memakaikan helm pada Clara membuat gadis itu tersipu.Setelah selesai memakaikan helm pada Clara, Yordan menyuruh sang istri untuk segera naik di motor dan setelah itu motor beat itu bergerak melaju meninggalkan kampus Clara.Jalanan mulai lengang, udara sore mulai terasa dingin, langit juga mulai menunjukkan semburat jingga yang
Clara dan Yordan baru saja memasuki rumah dan langsung disambut oleh Sonya dan Soni di ruang tamu dengan wajah yang tidak bersahabat."Kamu itu dari mana aja? Sudah jam segini baru pulang!" Bentak Sonya ketika mendapati putrinya baru saja pulang saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Ini pasti karena laki-laki itu! Dia benar-benar pengaruh buruk buat kamu!" Soni menambahkan.Senyuman yang sejak tadi hadir di bibir Clara kini tergantikan oleh raut wajah kesal. "I ... ibu, ini bukan salah Clara. Tadi—""Diam kamu! Dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan ibu, karena saya tidak pernah menerima kamu sebagai menantu saya!" bentak Sonya memotong perkataan Yordan."Cukup! Aku capek sama kalian," ucap Clara dengan airmata yang mulai menetes.Clara langsung berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Yordan. Sedangkan Sonya dan Soni hanya terdiam ditempat mereka."Clara!" Panggil Yordan berusaha menyusul Clara, tetapi gadis itu tidak berhenti.Clara memasuki kamarnya, dia berjalan
Jam menunjukkan setengah enam pagi dan Yolla sudah sibuk di dapur. Dia mengolah nasi sisa semalam untuk dijadikan sebagai menu sarapan hari ini.Yolla hanya menyiapkan sarapan seadanya untuk sang suami dan adiknya, karena stok bumbu dapur yang sudah habis dan Yolla belum pergi berbelanja. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan kemana dirinya akan mencari pekerjaan untuk menggantikan pekerjaannya di Ferdinan Company.Setelah memutuskan untuk meninggalkan rumah keluarga Ferdinan, kini Tarra dan Yolla tinggal di rumah sederhana milik Yolla. Rumah yang sangat jauh berbeda dari rumah mewah milik keluarga Ferdinan. Kadang, Yolla merasa kasihan pada sang suami yang setiap malam kesulitan tidur karena kepanasan dan harus mengantri untuk pergi ke kamar mandi. Namun, itu adalah pilihan Tarra, dan Yolla tahu jika Tarra sudah memutuskan maka keputusan itu tidak dapat diganggu-gugat.Setelah selesai menyiapkan sarapan, Yolla segera menata makanan di meja makan. Sarapan hari ini hanya nasi goreng sede
Jam menunjukkan pukul delapan pagi ketika Juno tiba di kampusnya.Baru saja dia turun dari motornya, tiba-tiba saja sebuah motor beat berhenti di samping motor milik Juno. Terlihat dua sosok yang sangat dia kenal berada di motor itu. Siapa lagi kalau bukan Clara dan Yordan, teman dan mantan calon kakak iparnya. Juno sedikit terkejut ketika Clara datang ke kampus dengan menggunakan motor karena biasanya Clara selalu diantar oleh Pak Ari menggunakan mobil mewah."Pa ... pagi, Juno," sapa Clara dengan sedikit canggung ketika dia turun dari motor."Pagi juga, Ra. Mas Yordan," sapa balik Juno yang hanya dibalas senyuman oleh mantan calon kakak iparnya itu dan sang sahabat."Yaudah, aku pergi dulu. Telpon kalau sudah pulang, nanti aku jemput," ucap Yordan pada Clara sambil melepaskan helm yang dipakai Clara."Iya, kak. Mungkin pulangnya agak sore soalnya hari ini ada kegiatan di organisasi," papar Clara. Nyatanya memanggil Yordan dengan sebutan 'sayang' masih terlalu malu dilakukan oleh Cla