Share

6. Jangan Mengandung Anaknya

"Jangan berbohong," ucap Sonya pada anak bungsunya.

"Aku benar-benar sudah malam pertama dengan suamiku!" tegas Clara yang sudah berdiri dan menatap kedua orang tuanya yang masih duduk di sofa.

"Ceraikan atau..." Soni menjeda ucapannya dan Clara menatap tajam ke arahnya.

Clara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada didalam pikiran kedua orang tuanya, apa orang tuanya ingin dirinya menjadi janda? Sungguh menyebalkan, pikir Clara.

"Aku sudah menuruti keinginan ayah dan ibu untuk kuliah dalam urusan bisnis dan lain sebagainya, aku juga akan mengurusi perusahaan setelah lulus. Lalu, apa aku salah menikah dengan pilihanku?" Clara akhirnya membuka suaranya, dia benar-benar jengah dengan kedua orang tuanya yang selalu banyak mengatur hidupnya.

Walaupun Clara adalah anak konglomerat tapi hidupnya penuh tekanan, contahnya seperti sekarang. Dia mirip sekali seperti boneka keluarganya, harus menuruti setiap perkataan orang tuanya.

Clara seperti itu karena dirinya ingin membebaskan sang kakak, Haris. Dia ingin sekali melihat kakaknya bahagia dengan keluarga kecilnya, terkadang Clara ingin sekali merasakan hal yang sama seperti sang kakak.

Namun, semua itu hanya hayalan semata saja. Karena sampai kapanpun Clara sulit terbebas seperti itu dari kedua orang tuanya, apa lagi saat ini dirinya sudah menikah dengan pria lain. Pria yang bukan menjadi tipe menantu keluarga Bastian, sudah pasti Clara hidupnya harus terus-menerus mengikuti keinginan orang tuanya.

"Iya, kamu memang harus seperti itu!" Sonya menatap tajam kearah anak bungsunya.

"Ya sudah, lalu aku harus apa lagi? Setelah lulus juga aku akan mengurus perusahaan," ucap Clara.

"Kau tidak boleh mengandung anak dari suamimu!" tegas Soni.

Clara mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kenapa ayah kandungnya mengatakan itu padanya. Sebenarnya pasangan yang sudah menikah pasti menginginkan kehadiran seorang anak, tapi lihatlah ayahnya menentang keras masalah ini.

"Setelah ini kau harus menggunakan KB," sambung Sonya.

"Apa? Kalian kenapa sih, aku menikah juga ingin memiliki keturunan dan aku..." Clara belum sempat melanjutkan ucapannya karena sudah disela terlebih dahulu oleh ayahnya.

"Kau tidak pantas mengandung anak dari pria miskin seperti suamimu," sela Soni yang menghina menantunya sendiri.

Tanpa mereka sadari, ada sosok pria yang sedari tadi berdiri tepat di pintu kamar orang tuanya Clara. Sosok pria itu adalah suaminya Clara, Yordan.

'Aku memang miskin, tapi tak seharusnya mereka memperjelas semua itu,' batin Yordan yang dadanya terasa sesak akibat mendengar percakapan mereka sedari tadi.

Semenjak Clara di panggil ke kamar orang tuanya, sebenarnya Yordan juga mengikuti langkahnya tapi dia tertinggal lebih dulu karena pintu kamarnya mulai tertutup rapat. Artinya pintu itu sudah di tutup oleh Clara, tapi Yordan tetap setia berdiri di pintu itu.

Sebenarnya Yordan tidak menguping pembicaraan mereka bertiga, hanya saja dia ingin mengetahui apakah kedua mertuanya masih tidak menginginkan keberadaannya atau sebaliknya.

Ternyata, kedua mertuanya Yordan masih tidak mau menerima keberadaannya. Hati Yordan sangat sakit, tapi dia sadar diri siapa dia sebenarnya.

"Mau aku punya anak atau tidak, itu urusan aku dengan suamiku karena aku yang menikah dan membuat anak dengannya," jelas Clara dan langsung meninggalkan kamar kedua orang tuanya.

Saat Clara membuka pintu kamar orang tuanya, dia terkejut saat melihat suaminya berdiri didepan pintu.

"Ka ... Kak, kok disini?" Clara sedikit gugup saat melihat suaminya yang sudah berdiri didepan pintu kamar orang tuanya, bahkan dia berpikir apa suaminya mendengar semua pembicaraan mereka? Semoga saja tidak, batin Clara.

"Iya aku sengaja disini karena mau mengajak kamu pergi ke kampus, soalnya ini sudah jam hampir kesiangan hehe," ucap Yordan yang berbohong pada istrinya.

Seketika Clara melirik kearah jam tangannya. "Oh iya, ya sudah ayo kita pergi!" Clara menggenggam tangan suaminya.

"Kalian pergi dengan supir saja," celetuk Sonya saat melihat anak dan menantunya berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Tidak perlu, aku ingin naik motor dengan suamiku," ujar Clara yang menolak saran dari ibu kandungnya.

Yordan tidak bisa berbuat apa-apa, dia juga langsung membungkukkan badannya pada kedua mertuanya. Yordan berpamitan, dan tangannya lekas di tarik oleh sang istri.

'Untung suamiku tidak mendengar pembicaraan kami didalam,' batin Clara sambil bernapas lega.

Sebenarnya Clara tidak tau jika suaminya sedari tadi sudah berdiri didepan pintu kamar orang tuanya, tapi Yordan selaku suaminya Clara tidak ingin memberitahu masalah ini dan bahkan dia ingin berpura-pura tidak tau saja untuk pembahasan tadi.

Yordan lebih memilih berpura-pura dari pada harus membahas ini dengan istrinya, karena menurutnya itu sangat menyakitkan.

"Yakin mau naik motor? Nanti kepanasan loh," celetuk Yordan pada sang istri.

Saat ini kedua pengantin baru sudah berada diluar pintu rumah keluarga Bastian. Mereka juga sudah membawa tas masing-masing.

"Yakin, aku suka panas-panasan kok," ujar Clara sambil tersenyum manis.

Yordan membalas senyuman manis pada istrinya, dia benar-benar suka dengan istrinya yang selalu tampil apa adanya. Oleh sebab itu, Yordan menikahi Clara.

Karena menurut Yordan, Clara adalah tipe gadis yang apa adanya dan bisa diajak suka maupun duka. Namun, Yordan tidak ingin membuat istrinya menderita.

"Tapi, motorku masih dirumah," ucap Yordan yang baru menyadari saat kemarin dirinya tidak membawa motor hanya membawa perlengkapan pakaian dan beberapa barang yang di butuhkan.

"Pakai motorku aja!" Clara kembali menarik tangan suaminya dengan semangat.

Clara mengajak suaminya menuju garasi yang berada disamping rumahnya, saat mereka berdua masuk kedalam garasi itu.

Kedua matanya Yordan melotot tak percaya, garasinya mirip sekali dengan showroom motor. Didalam garasi ini banyak pilihan motor, dan Clara mulai melepaskan genggaman tangannya.

"Pilih, mau pakai motor yang mana?" tanya Clara sambil menatap kearah sang suami.

"Aku bingung pilih yang mana," jawab Yordan dengan jujur.

Clara tersenyum dan paham dengan perubahan sikap suaminya. "Pakai motor sport aja biar aku duduknya nungging biar kayak cewek-cewek diluaran sana hahaha." Clara tertawa saat mengingat kejadian lucu diluaran sana.

Sebenarnya Yordan tidak tau kenapa istrinya mengatakan itu, tapi dia paham dengan arah pembicaraan istrinya.

"Jangan pakai itu, kita pakai motor beat aja biar bensinnya irit," kata Yordan.

"Oke, terserah suamiku aja." Clara hanya manggut-manggut dan menuruti apa yang di katakan oleh suaminya.

Clara mengambil kunci motor yang akan di gunakan oleh suaminya dan dirinya pergi.

Yordan dan Clara sudah memakai helm masing-masing dan mereka sudah duduk diatas jok motor. Kini Yordan mulai mengendarai motor itu dengan pelan-pelan.

Tanpa mereka sadari ada sepasang suami-istri yang sedari tadi memantau gerak-gerik pasangan pengantin baru itu, siapa lagi kalau bukan orang tuanya Clara.

"Dasar pria miskin, sudah menikah dengan Clara masih aja sikap miskinnya di tunjukkan," ucap Sonya yang kesal dengan menantunya itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status