Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tarra menaiki mobilnya dan melajukan mobil itu keluar dari area kampus menuju Ferdinan Company.Beberapa notifikasi dari teman-temannya yang menanyakan kenapa dirinya tidak masuk ke kelas dan meninggalkan kampus begitu saja, hanya diabaikan oleh Terra. Padahal hari ini akan diadakan ujian harian untuk beberapa mata kuliah, tetapi Tarra malah menghilang.Tarra tahu jika dia tidak mengikuti ujian harian hari ini maka itu akan berpengaruh pada nilainya, apalagi kampusnya terbilang sangat ketat dalam memberikan nilai pada mahasiwa. Namun, lupakan saja. Tarra sudah terlampau malas untuk masuk ke kelas hari ini.Sepanjang perjalanan pikirannya tidak tenang memikirkan apa yang terjadi dengan istrinya, Yolla, mengingat Yolla masuk kerja hari ini dan bisa saja hal buruk terjadi padanya.Kemacetan panjang terjadi di sepanjang jalan menuju perusahaan Ferdinan Company, berkali-kali Tarra memaki untuk melampiaskan rasa kesalnya pada kemacetan jalan yang me
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya bagi Clara untuk pulang. Dia juga sudah menghubungi Yordan dan pria itu mengatakan dia sudah dalam perjalanan menuju kampus Clara.Lima belas menit Clara menunggu hingga akhirnya senyum merekah Clara terbit ketika melihat motor beat yang dikendarai oleh sang suami bergerak ke arahnya.Yordan melepas helm yang melindungi kepalanya, dan menampilkan senyum manisnya pada Clara."Udah selesai?" tanya Yordan basa basi."Iyalah, kalau belum gak mungkin aku suruh jemput," jawab Clara membuat Jordan tertawa kecil. Memang sifat kekanak-kanakan Clara kadang membuat Yordan gemas sendiri."Yaudah ayo," ajak Yordan.Dia memakaikan helm pada Clara membuat gadis itu tersipu.Setelah selesai memakaikan helm pada Clara, Yordan menyuruh sang istri untuk segera naik di motor dan setelah itu motor beat itu bergerak melaju meninggalkan kampus Clara.Jalanan mulai lengang, udara sore mulai terasa dingin, langit juga mulai menunjukkan semburat jingga yang
Clara dan Yordan baru saja memasuki rumah dan langsung disambut oleh Sonya dan Soni di ruang tamu dengan wajah yang tidak bersahabat."Kamu itu dari mana aja? Sudah jam segini baru pulang!" Bentak Sonya ketika mendapati putrinya baru saja pulang saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Ini pasti karena laki-laki itu! Dia benar-benar pengaruh buruk buat kamu!" Soni menambahkan.Senyuman yang sejak tadi hadir di bibir Clara kini tergantikan oleh raut wajah kesal. "I ... ibu, ini bukan salah Clara. Tadi—""Diam kamu! Dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan ibu, karena saya tidak pernah menerima kamu sebagai menantu saya!" bentak Sonya memotong perkataan Yordan."Cukup! Aku capek sama kalian," ucap Clara dengan airmata yang mulai menetes.Clara langsung berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Yordan. Sedangkan Sonya dan Soni hanya terdiam ditempat mereka."Clara!" Panggil Yordan berusaha menyusul Clara, tetapi gadis itu tidak berhenti.Clara memasuki kamarnya, dia berjalan
Jam menunjukkan setengah enam pagi dan Yolla sudah sibuk di dapur. Dia mengolah nasi sisa semalam untuk dijadikan sebagai menu sarapan hari ini.Yolla hanya menyiapkan sarapan seadanya untuk sang suami dan adiknya, karena stok bumbu dapur yang sudah habis dan Yolla belum pergi berbelanja. Pikirannya terlalu sibuk memikirkan kemana dirinya akan mencari pekerjaan untuk menggantikan pekerjaannya di Ferdinan Company.Setelah memutuskan untuk meninggalkan rumah keluarga Ferdinan, kini Tarra dan Yolla tinggal di rumah sederhana milik Yolla. Rumah yang sangat jauh berbeda dari rumah mewah milik keluarga Ferdinan. Kadang, Yolla merasa kasihan pada sang suami yang setiap malam kesulitan tidur karena kepanasan dan harus mengantri untuk pergi ke kamar mandi. Namun, itu adalah pilihan Tarra, dan Yolla tahu jika Tarra sudah memutuskan maka keputusan itu tidak dapat diganggu-gugat.Setelah selesai menyiapkan sarapan, Yolla segera menata makanan di meja makan. Sarapan hari ini hanya nasi goreng sede
Jam menunjukkan pukul delapan pagi ketika Juno tiba di kampusnya.Baru saja dia turun dari motornya, tiba-tiba saja sebuah motor beat berhenti di samping motor milik Juno. Terlihat dua sosok yang sangat dia kenal berada di motor itu. Siapa lagi kalau bukan Clara dan Yordan, teman dan mantan calon kakak iparnya. Juno sedikit terkejut ketika Clara datang ke kampus dengan menggunakan motor karena biasanya Clara selalu diantar oleh Pak Ari menggunakan mobil mewah."Pa ... pagi, Juno," sapa Clara dengan sedikit canggung ketika dia turun dari motor."Pagi juga, Ra. Mas Yordan," sapa balik Juno yang hanya dibalas senyuman oleh mantan calon kakak iparnya itu dan sang sahabat."Yaudah, aku pergi dulu. Telpon kalau sudah pulang, nanti aku jemput," ucap Yordan pada Clara sambil melepaskan helm yang dipakai Clara."Iya, kak. Mungkin pulangnya agak sore soalnya hari ini ada kegiatan di organisasi," papar Clara. Nyatanya memanggil Yordan dengan sebutan 'sayang' masih terlalu malu dilakukan oleh Cla
Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya Tarra sampai di cafe yang Yolla singgahi. Tarra mengedarkan pandangannya berusaha mencari sosok sang istri setelah dia telah memasuki cafe itu. Mata Tarra berhenti pada tempat duduk di dekat jendela sebelah kiri tempat perempuan yang begitu familiar baginya sedang duduk sendirian menikmati segelas es jeruk.Tarra segera menghampiri Yolla, dia menepuk pelan bahu Yolla ketika telah berada di belakang wanita itu hingga Yolla sedikit terkejut, tetapi senyuman merekah langsung ditunjukkan oleh Yolla ketika dia melihat Tarra telah berdiri di belakangnya."Apa sih yang kamu pikirin sampe gak sadar aku sudah datang?" tanya Tarra dan mengambil tempat duduk di depan Yolla, diatas meja telah ada satu lagi segelas es jeruk yang sepertinya telah Yolla pesankan untuk Tarra."Aku mikirin kamu," jawab Yolla membuat Tarra tertawa geli.Tarra menyeruput es jeruk yang berada di meja hingga hanya tersisa setengah."Jadi gimana pekerjaan baru
Yordan telah selesai dengan pekerjaannya, tetapi Clara msih belum menghubungi dirinya. Mengambil inisiatif, Yordan akhirnya memutuskan untuk menghubungi sang istri.Sedikit lama Yordan menunggu hingga nada sambung itu berubah menjadi suara lembut milik Clara yang menyapa dirinya dari balik telepon."Halo, Clara. Kamu masih lama di kampusnya?" tanya Yordan."Masih ada rapat organisasi, Kak. Kakak, sudah selesai kerjanya?" tanya balik Clara.Yordan dapat mendengar suara bising dari balik sambungan telepon yang menandakan jika Clara tidak sendirian."Iya, sudah selesai. Gimana, aku kesana saja sekarang atau gimana?""Boleh, ini juga sebentar lagi selesai kok.""Yaudah, kalau begitu aku kesana sekarang."Dari seberang sana Clara mengangguk meski dirinya tahu jika Yordan tidak bisa melihat anggukannya itu.Setelah saling berpamitan akhirnya sambungan telepon itu terputus. Yordan segera membereskan barang-barangnya yang berada diatas meja kerja dan segera memasukkan semuanya kedalam tas ran
Hari minggu, baik Yordan dan Clara keduanya sama-sama libur dari rutinitas mereka. Di rumah hanya ada Clara dan Yordan juga Ana yang merupakan pembantu keluarga Bastian, sedangkan Sonya dan Soni sedang pergi melakukan pekerjaan di luar kota hingga satu minggu ke depan.Awalnya Sonya merasa berat meninggalkan Clara bersama Yordan, tetapi apa boleh buat? Kepada siapa dia akan menitipkan Clara selama dirinya tidak ada, pada Haris? Itu tidak mungkin. Jadi dengan berat hati Sonya membiarkan Clara tinggal di rumah bersama Yordan, tentu saja dengan berbagai larangan yang harus Clara patuhi, terutama bagi Yordan yang mendapat ancaman dari Sonya sebelum dirinya dan Soni pergi meninggalkan rumah.Clara sedang bersiap-siap di dalam kamar sedangkan Yordan sedang menunggu Clara di ruang tamu sambil memainkan ponsel miliknya.Karena sedang akhir pekan dan orang tua Clara sedang tidak ada di rumah, jadi mereka memutuskan untuk pergi keluar menikmati akhir pekan mereka tanpa ada gangguan dari Sonya m