Share

Bab 3

Celotehan Monik Okky memuat kerinduannya terhadap Pinto. Ingin sekali ia menemui Pinto. Saling berbagi buah tutur. Bertukar cerita menarik. Namun sayang, Monik Okky tersandera oleh jadwal padat.

     Kerinduan Monik Okky simetris dengan hasrat Pinto. Pinto terlalu ingin berada di sisi Monik Okky. Menikmati laku agung Monik Okky tanpa penghalang. Secara langsung merasakan kilau aura Monik Okky.

     Pinto enggan mengungkapkan hasratnya. Apabila Pinto mengungkapkan hasratnya, niscaya sangkaan keliru Monik Okky muncul. Dijamin, Pinto dilanda oleh kerepotan. Dia wajib mencurahkan isi perasaan sejatinya. Sudah tentu merembesi penawar kepahitan di sanubari Monik Okky.

     "Aku ada schedule di lokasi biasa hari Sabtu sore," Monik Okky mengabarkan rutinitasnya. "Kalau Kak Pinto pengin dateng, dateng aja."

     Pinto memahami kalimat terakhir Monik Okky. Monik Okky mengirimkan kode tersirat kepadanya.

     Jari tengah Pinto menggosok jidat. "Di situ ada wartawan, nggak? Kalau ada, wartawan berita politik atau infotainment? Dari media apa?" koreknya bak penyelidik.

     "Nggak ada wartawan," jawab Monik Okky berdasarkan informasi yang ia terima.

     Pinto berseri. "Saya bakal datang. Menyaksikan aktivitas pekerjaan kamu."

     Kelegaan menyejukkan Monik Okky. Atmosfer jiwanya terasa segar.

     "Aku berharap, Kak Pinto nggak cuma ngeliat aktivitas pekerjaan aku. Tapi juga komentarin hasil pekerjaan aku," mohon Monik Okky dengan penuh keseriusan.

    "Tenang aja!" seru Pinto. "Saya pasti komentarin hasil pekerjaan kamu," ia bersedia dalam perwujudan permohonan Monik Okky.

     Sepasang bola indah di sebelah kanan dan kiri hidung Monik Okky berbinar benderang. Rona merah bersemarak di pipi tirusnya.

     Senyum Pinto mengembang kala mendapati reaksi roman Monik Okky itu.

     Kendati belum puas menilik rupa Pinto melalui layar gawai, Monik Okky menyudahi obrolan. Niatnya urung membajak banyak waktu kerja Pinto. Alhasil, panggilan video tidak memanggil Pinto dan membuat video interaksi antara Pinto dan Monik Okky lagi.

    Pinto pulang ke situasi awal. Segenap konsentrasinya kembali terbenam pada penyelesaian tugas.

*****

     "Ready semua! ROLL CAMERA ... ACTION!"

     Empat motor balap melaju kencang. Ketika tiba di pertigaan jalan, alas kaki seluruh pengendaranya menginjak bumi. Mereka memisahkan helm dari kepala. Paras ayu mereka terlihat oleh kerumunan manusia di sekitarnya.

     Pengamatan mereka berempat beredar ke sekeliling. Sibuk mencari sesuatu.

     "Sialan!" umpat pengendara pertama sambil menampar kaca spion. Dia merengut kesal. "Kita kehilangan jejak."

     "Terus, kita kudu ngapain?" sahut pengendara kedua.

     "Kita stop pencarian cewek itu!" komando perempuan yang tadi mengumpat kepada tiga pengendara lainnya. Napasnya memburu.

     Laju motor balap keempatnya berlanjut. Melintasi kawasan wisata bertemakan budaya.

     "OKE. BERHASIL!"

     Selesailah sesi adegan tersebut. Tidak ada dua kali pengulangan. Sebagian pemain rehat.

     Perempuan yang tadi mengumpat masuk ke tenda kru produksi. Terlibat dia dalam perbincangan hangat. Sesekali bunyi tawa sejuknya beterbangan di udara.

     Di sela percakapan, sekelompok penggemarnya mengerubungi sang dara. Sama sekali keleluasaannya tak terganggu. Malah cenderung girang. Disertai sikap yang bersahabat, ia melayani permintaan mereka, yakni swafoto kelompok. Keramahannya melahirkan suka cita mereka. Selang tiga ratus detik dia dan motor balap yang dikendarainya mendatangi lelaki yang mengenakan masker, topi, sekaligus kaca mata hitam di dekat Museum Timor Timur.

an masker, topi, sekaligus kaca mata hitam di dekat Museum Timor Timur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status