Share

bab 6

last update Last Updated: 2025-01-11 12:47:19

Sementara di kamar rawat Idham, Lani merasa lega karena suaminya sudah sadar, selang oksigen terpasang untuk membantu pernapasan.

"Maya mana, Bu?" tanya Idham sambil mengamati di mana dia sekarang.

"Sebentar lagi pasti sampai, lagi dijemput Nak Firhan." Lani membenarkan selimut yang menutupi perut suaminya. Di dekatnya Rudi dan Lidya menatap wajah lelah besannya yang terbaring lemah.

"Pak Rudi," panggil Idham pada besannya.

"Iya, Pak." Rudi lantas mendekat.

"Saya mohon maaf, kalau sekiranya nanti saya lebih memilih bagaimana keputusan Maya untuk kelanjutan pernikahan dia dengan Nak Firhan. Saya tahu saya juga salah, karena tidak meminta persetujuannya saat calon suaminya harus diganti Nak Firhan."

"Jangan bicarakan ini dulu, Pak. Sekarang ini, kesehatan bapak lebih penting. Saya yakin Maya pun bisa--"

"Assalamua'aikum." Suara salam menghentikan perkataan Rudi, Maya memasuki kamar rawat ayahnya dengan tergesa.

"Pak, Bapak baik-baik saja, kan?" Wajah panik dan sedih Maya semakin membuat Idham merasa bersalah.

"Bapak hanya kecapean, May," jawab Idham mengusap tangan Maya yang berdiri di dekat brankar.

"Bapak jangan banyak pikiran, Bapak harus sembuh, ya?!" ujar Maya dengan mata berkaca-kaca.

"Iya. Bapak hanya kaget pas mendengar kamu ingin pernikahan dengan Nak Firhan--"

"Tidak, Pak, jangan bahas tentang itu dulu, ya?!"

"Tidak, May. Mumpung masih bisa dibicarakan, mumpung--"

"Pak." Kali ini Firhan yang menyela perkataan Idham. "Maya sudah berbicara dengan saya tadi, kalau kami memutuskan untuk mencoba melanjutkan pernikahan ini. Bukan begitu, May?" kata Firhan sambil memberi kode yang dia harap bisa dimengerti Maya.

Maya yang merasa mendapat todongan tiba-tiba, hanya menatap tajam Firhan. Namun saat matanya beradu tatap dengan Lani, dia tahu kalau dia harus mengikuti apa yang Firhan katakan demi kebaikan ayahnya.

"Apa benar begitu, May?" tanya Idham dengan terlihat berharap kalau Firhan tidak sedang membohonginya.

Maya tergagap, namun dengan ragu akhirnya kepala gadis itu bergerak ke bawah.

"I-iya, Pak. Maya akan mencoba menerima pernikahan ini," ucap maya akhirnya dengan menekan segala emosi yang ada. Dia kesal karena Firhan memutuskan seenaknya sendiri.

Ada kelegaan yang tersorot jelas di wajah Idham begitu mendengar jawaban Maya. Meski tadi dia sempat memberikan pernyataan, kalau dirinya akan mengikuti keinginan Maya andai anaknya ingin membatalkan pernikahan, jauh di dalam hatinya tentu Idham ingin anaknya mencoba menerima takdir yang sudah tertulis untuknya.

"Alhamdulillah, Bapak lega mendengarnya. Memang sebaiknya kalian berdua mencoba menerima takdir ini. Mungkin, memang seperti ini cara Allah mempertemukan jodoh kalian."

"Tapi Maya minta syarat, Pak," kata Maya tanpa diduga.

Firhan lantas menatap Maya lekat, menunggu kata apa lagi yang akan diucapkan, sebagai syarat yang dimaksud Maya tadi.

Semua orang menunggu tanpa ada yang menyela, hingga kemudian suara Maya menyambung perkataannya.

"Maya ingin resepsi ditiadakan. Juga biarkan Maya tetap bekerja, jangan ada yang ikut campur dalam urusan rumah tangga Maya dengan ... Bang Firhan."

Bukan tanpa alasan Maya mengatakan hal itu dia tahu Firhan tinggal di luar kota, sudah pasti setelah ini dia harus ikut dengan Firhan, kalau dia tetap bekerja, itu artinya dia akan tetap berada di rumah ayahnya.

"Kalau itu, kamu bisa membicarakan dengan Nak Firhan, May. Ibu pikir syarat apa," kata Lani yang sempat merasa cemas dengan syarat yang akan diajukan Maya.

"Kalian bisa bicarakan tentang itu, Nak Maya. Kalau soal resepsi, kalau memang Nak Maya merasa tidak perlu diadakan, tak masalah. Kita akan membatalkannya." Rudi menimpali. Tak masalah buatnya membatalkan resepsi. Meskipun tentunya mereka akan kehilangan uang yang sudah masuk untuk mengadakan resepsi nanti.

"Hanya itu syaratnya?" Firhan ikut bersuara.

"Iya," jawab Maya cepat.

"Saya setuju," balas Firhan lagi.

"Lainnya akan kita bahas nanti." Maya melanjutkan ucapannya dalam hati.

***

"Jangan ada kontak fisik sebelum aku mengizinkan," kata Maya saat mereka sudah berada dalam mobil lagi menuju pulang.

Firhan yang tahu kalau hal itu pasti akan Maya katakan, hanya menjawab pendek.

"Hmm."

"Kalau Abang mau pulang, silakan. Karena besok, aku akan masuk kerja."

Firhan menoleh cepat. "Kamu ngusir saya?"

"Terserah Abang akan mengartikan apa. Hanya aku mengatakan tentang apa yang aku rencanakan. Bukankah abang tahu kalau aku tinggal di mess? Jadi untuk apa Abang ada di sini kalau aku harus pergi kerja?"

Ya, Firhan tahu kalau Maya tinggal di mess yang disediakan perusahaan dari cerita Arman.

"Saya akan tetap di sini sampai cuti saya habis," ucap Firhan kemudian. Dia memang mengambil cuti selama empat hari untuk pernikahan Arman dan Maya.

"Tapi untuk apa?" Maya menatap suaminya yang fokus menatap ke depan.

"Menjaga bapak mertua saya. Beliau sedang sakit. Saya akan merawat sampai beliau sembuh. Sudahlah anaknya tak peduli, biar saya yang memperdulikan beliau," balas Firhan sedikit menyindir Maya.

Maya berdehem untuk mengusir canggung. Bagaimana bisa dia lupa kalau bapaknya sedang berbaring di rumah sakit?

Ternyata keinginan untuk menjauh dari Firhan membuatnya tak bisa berpikir panjang.

"Kamu bebas melakukan apa pun, Dik. Selama kamu masih ingat, kalau kamu seorang wanita yang sudah menikah."

Maya terdiam. Bukankah dia juga yang sudah menyetujui untuk melanjutkan pernikahan tak diharapkannya itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Titipan Mantan   bab 63

    Seperti rencana semula, acara resepsi pernikahan Maya dan Firhan pun digelar dua minggu kemudian. Yang awalnya berniat digelar sederhana, akhirnya pesta itu pun berlangsung cukup meriah. Firhan mengundang semua kenalan juga rekan kerjanya. Begitu juga dengan Maya meskipun dia sudah tidak lagi bekerja. Mereka mau datang, syukur. Tidak pun tak jadi masalah untuk Maya. Apalagi acara tersebut digelar di kota tempat tinggal Firhan, kemungkinan teman-teman Maya yang bekerja di perusahaan cabang, tentu sangat kecil bisa datang. Namun Maya tak berkecil hati, cukuplah dengan adanya Nova sebagai temannya yang hadir di hari bersejarah untuknya itu. Ucapan selamat juga doa restu mengalir dari para tamu. Maya terlihat anggun dengan gaun putih panjang dan jilbab yang menutup rambutnya. Ya, Maya memutuskan untuk berhijab seperti niatnya dulu. Dia akan menggunakan penutup aurat itu saat dirinya sudah menikah. Jadi tak ada alasan lagi untuk menunda niat baiknya. "Ih, cantik banget kamu pake j

  • Suami Titipan Mantan   bab 62

    "Ap-apa maksud kamu, Man?" Anna memucat wajahnya, apalagi tatapan semua orang kini tertuju padanya. "Kamu tidak pernah kehilangan ingatan kamu kan, Anna?! Kamu sudah membohongi aku hingga aku merasa bersalah, dan meninggalkan dia yang seharusnya menjadi istriku saat ini!" Arman berteriak lantang, semua kata yang sudah dia ucapkan tentang keikhlasan atas gagalnya pernikahan dengan Maya, kini seakan disesalinya begitu sadar Anna sudah membohonginya. Menipunya mentah-mentah. Siapa yang bodoh sebenarnya? "Man, bicarakan baik-baik." Lidya menghampiri Arman, mengusap punggungnya dengan lembut berharap Arman bisa menahan kemarahannya. "Anna tidak mengerti apa yang Arman katakan, Mama," kata Anna mencari simpati Lidya, sayangnya Arman sudah tidak percaya. "Bohong," desis Arman. "Kita bicarakan nanti. Tak enak dengan pak Idham dan bu Lani." Rudi menyela, "Nak Angga, bisa antar Anna pulang, Nak? Arman butuh menenangkan diri," lanjutnya pada Angga yang dengan sigap mengangguk. "Ten

  • Suami Titipan Mantan   bab 61

    Tanah Merah itu masih basah. Raga yang terbaring di dalam sana kini sudah tak merasakan sakit lagi. Segala beban dan masalah yang dirasakannya selama hidup sirna sudah, meninggalkan seseorang yang baru mengenalnya tapi justru kini dipaksa pisah lebih jauh lagi. Tak ada kesempatan bertemu, tak ada kesempatan bertanya kenapa dulu dirinya seakan dibuang. Arman terpekur dengan mata sembabnya, menatap kayu nisan yang bertuliskan nama wanita yang baru diketahuinya sebagai ibunya. Ada Anna, Angga, juga keluarga yang selama ini dikenal sebagai orang tua dan kakak lelakinya. Tanpa keberadaan Maya. Pencariannya dalam menemukan sang ibu berhasil, namun saat hendak mempertemukan ibu kandungnya dengan Lidya dan Rudi, kecelakaan malah menghentikan rencana mereka. Mobil Arman ditabrak oleh truk yang melaju kencang, saking kerasnya benturan membuat sang ibu yang tidak mengenakan sabuk pengaman, terpental keluar, hingga nyawa pun terlepas di tempat kejadian. Arman terluka cukup parah, tiga hari

  • Suami Titipan Mantan   bab 60

    Hening. Hingga beberapa saat kemudian tautan bibir keduanya terlepas. Maya langsung menunduk, namun Firhan menahan dagunya agar Maya terus bersitatap dengannya. "Apa abang bisa meminta hak dan memenuhi kewajiban abang sekarang?", tanya Firhan dengan tatapan mulai berkabut. Maya menenangkan debaran jantungnya yang menggila, namun dia pun tak bisa mengatakan tidak, hingga anggukan kepalanya sebagai izin yang diberikan, membuat Firhan kembali melabuhkan kecupan di bibirnya. Tak lama tubuh Maya pun melayang saat Firhan menggendongnya, membawanya menuju peraduan. Maya terpekik lirih, dengan sigap dia memeluk leher Firhan dengan mata keduanya yang terus bertukar tatap, senyuman terus Firhan sunggingkan, seakan menenangkan Maya bahwa semua akan baik-baik saja. "Percaya pada abang, kita akan bersenang-senang. Ibadah." Maya mengangguk dan mempercayakan semuanya pada Firhan. Membiarkan semua mengalir seperti apa harusnya. Dia hanya pasrah, saat apa yang dia jaga selama ini dan akan

  • Suami Titipan Mantan   bab 59

    "Sampe kaget gitu," ledek Maya menertawakan Firhan, padahal dia sendiri tengah mencoba menenangkan dirinya imbas perkataannya sendiri. "Harus minggir dulu, biar bisa fokus." Firhan menepikan mobil, lalu menatap Maya yang sudah memerah wajahnya. "Coba bilang sekali lagi ... yang jelas," kata Firhan menggenggam lembut tangan Maya, matanya lekat menatap manik mata sang istri. "Apaan sih, Bang. Ayo jalan lagi, katanya mau ke rumah bapak?" elak Maya menahan senyum. Firhan menggeleng merasa dipermainkan Maya. "Nggak jadi. Mau ajak ke hotel aja." "Ya ayo! Kemana aja abang mau bawa Maya, Maya ikut," balas Maya. Firhan tersenyum lebar, diciuminya tangan Maya. "Yakin?" Firhan masih mencari celah apa kebohongan itu ada. Maya menarik napas panjang, lalu mengangguk dengan sangat yakin meski wajahnya kini semakin merah saja. "Beneran sudah siap jadi istri abang sepenuhnya?" lirih Firhan membelai pipi Maya, gadis itu merasakan tubuhnya panas dingin. "Y-ya," sahut May

  • Suami Titipan Mantan   bab 58

    "Kamu pulang ke mana, May?" tanya Nova saat jam kerja habis. Setelah semua orang tahu tentang status pernikahannya dengan Firhan, Nova yakin Maya tidak akan tinggal di mess lagi. "Rumah abang," jawab Maya dengan malu. "Udah aku tebak, sih. Huh, aku jadi nggak ada temen ngegosip. Sepi," keluh Nova sedih namun dibalut canda. "Maaf, ya?! Abis mau gimana lagi?" ucap Maya, mereka tengah berjalan menuju keluar bangunan produksi, dia sudah tidak terlalu menjadi perhatian setelah para karyawan tahu dirinya istri Firhan, meski tentu saja sikap Rima jadi berubah drastis padanya. Atasannya itu jadi judes, sangat menyebalkan. Tapi Maya memilih abai, selama Rima tak membuat kontak fisik untuk menyakitinya, meski jadi suka membentak kalau memberikan perintah padanya. Biarlah, mungkin Rima sangat berharap pada Firhan sebelumnya, jadi begitu tahu laki-laki yang disukainya ternyata sudah menikah, dia jadi kecewa dan patah hati. "Loh, ya nggak papa, May. Aku paham, kok. Emang seharusny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status