Home / Rumah Tangga / Suami Tukar Tambah / Bab. 5 Jungkir Balik Dunia Kahiyang

Share

Bab. 5 Jungkir Balik Dunia Kahiyang

Author: Ice_Cupse
last update Last Updated: 2025-05-21 22:24:01

“Makasih ya, kamu udah berdamai dengan dirimu sendiri. Aku harap kedepannya kamu nggak usah lagi ngrepotin Bapak. Kasihan, udah tua bukannya punya anak berbakti. Malah bikin malu keluarga,” oceh Swasti saat Kahiyang baru selangkah keluar dari rumah.

Dengan kedua tangan terlipat di depan dada, serta mengulas senyum penuh kemenangan Swasti mengantar kepergian adik bungsunya.

“Apa kamu senang udah menghancurkan hidupku?” tanya Kahiyang. “Sebenarnya aku salah apa sih sama kamu, Swasti? Kok kamu tega sampe fitnah aku sekejam ini?”

Kahiyang bersusah payah menahan bulir-bulir yang sudah bergumul di pelupuk matanya. Tidak ingin terlihat lemah dimata saudaranya yang sudah menghancurkan impiannya.

Swasti memutar bola matanya malas. Lagi-lagi Kahiyang membahas perdebatan mereka semalam. Tuduhan yang sudah dibantah olehnya, nyatanya Kahiyang masih saja bersikeras menuduhnya. Membuatnya semakin geram.

“Udah-udah. Nggak usah nambah masalah dengan bikin keributan lagi. Kamu itu cuma nambah beban keluarga ini tahu. Bapak dari tadi nggak keluar kamar karena sakit, itu gara-gara ulahmu. Mending kamu cepet pergi!” usir Swasti pada adiknya seraya mengibaskan tangannya. Menyuruhnya menjauh seakan Kahiyang adalah seorang pengemis yang meminta sedekah.

“Kamu yang udah fitnah aku, maling kok teriak maling,” gerutu Swasti sembari masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya rapat. Tapi sedetik kemudian Swasti membuka pintu kembali.

“Oh ya, sebelum kamu pergi aku mau bilang makasih. Terima kasih udah kasih Andra buat aku. Lagian, Andra yang seorang General Manager itu nggak cocok sama kamu yang cuma guru honorer. Lebih cocok sama aku yang seorang perawat. Dari gelar nama aja kita udah beda jauh,” imbuhnya dengan dibarengi tawa.

Air mata yang sudah payah Kahiyang tahan, kini tumpah. Pertahanannya goyah karena kata-kata tajam yang dilontarkan Swasti. Tubuhnya jatuh di atas lantai, tangannya memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Dunianya benar-benar terjungkir hanya dalam waktu satu malam.

Kahiyang bangkit, dia menyeka jejak air matanya. Kemudian memantapkan hatinya untuk meninggalkan tempat yang selama 28 tahun itu disebut rumah. Dia menatap bangunan dengan warna dominan putih tersebut. Mengulang setiap cerita indah yang tercipta di dalamnya sebelum menarik napas berat. “Aku akan buktikan sama Bapak, kalau aku nggak bersalah. Dan suatu hari, aku akan kembali dan membersihkan namaku,” janji Kahiyang pada dirinya sendiri.

Sekarang, gadis dengan perawakan tinggi itu mantap meninggalkan rumah orang tuanya dengan dua koper dan satu tas besar yang berisi barang-barangnya. Dia hanya membawa barang-barang yang menurutnya penting. Jangan tanyakan pria yang kemarin sudah menikahinya. Pria itu tak nampak batang hidungnya sejak pagi. 

“Mana suamimu? Kok kamu bawa barang-barangmu sendiri?” tanya Andra sembari mencari sosok yang bernama Benua. Pertanyaannya bukan karena peduli, melainkan sebuah ejekan yang bermaksud membuat mental Kahiyang hancur.

Kahiyang menatap pria yang berdiri di hadapannya tersebut. Pria yang sangat dia kagumi hingga kemarin. Kemudian tersenyum miring, dia tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Senang karena dia tahu wajah asli pria itu, atau sedih karena ucapan yang dilontarkannya sangat menusuk bak jarum.

“Aku bisa bawa sendiri, kenapa harus orang lain yang membawa barang-barangku?” ucap Kahiyang tenang. Dia sudah berdamai dengan hatinya sendiri. Rasa cinta dan kagum yang dilimpahkan pada Andra kini habis sudah tersapu ombak pengkhianatan yang dilakukan pria itu.

“Cih! Ya, itulah dirimu! Sombong dan angkuh. Kamu bersikap seperti wanita suci di depanku, tapi nyatanya kamu nggak jauh beda dari wanita pinggir jalan yang menjajakan—”

“plak!”

Tanpa pikir panjang Kahiyang mendaratkan telapak tangannya pada pipi Andra. Membuat pria itu mengusap-usap pipinya yang terasa panas. Ini adalah pertama kali baginya, bersikap sangat emosional pada seseorang.

“Apa bedanya dengan kamu?” tanya Kahiyang. “Aku masih ingat, selama tiga tahun kita pacaran kamu selalu membujukku untuk tidur denganmu. Bukanya kamu sama aja, dengan wanita yang kamu maksud itu? Atau, jangan-jangan kamu juga sering beli dagangan salah satu dari mereka?” balas Kahiyang dengan cibiran yang dilontarkan Andra.

Merasa tidak terima dengan penghinaan yang diucapkan Kahiyang, Andra naik pitam. Matanya merah menyala, menyiratkan sebuah emosi. “Dasar wanita sialan—”

Andra tersungkur jatuh ke tanah. Tangannya melayang di udara hendak balas menampar Kahiyang. Tapi Benua datang dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh. Yang tentu saja semakin memancing amarahnya. Antara sakit dan malu, Andra kembali berteriak, “Dasar sialan!”

“Hobimu teriak-teriak, ya?” ledek Benua. “Laki-laki kok mukul wanita sih? Nggak malu ya?” ejeknya kemudian. Tak lupa pula dengan dibarengi dengan sebuah tawa, yang semakin membuat Andra marah. Otot wajahnya menegang, yang dibarengi dengan giginya yang mengencang hingga menimbulkan bunyi gemlutuk.

Andra bangkit. “Bukan urusanmu, tapi urusanku dengan—”

Benua menyembunyikan Kahiyang dibelakangnya, kemudian menahan Andra yang hendak memukul Kahiyang, lalu mendorongnya hingga mundur beberapa langkah.

Benu ikut maju beberapa langkah, mendekat ke wajah Andra kemudian berbisik, “Langkahi dulu aku kalau mau pukul Kahiyang. Kamu tahu kan kalau dia sudah jadi istriku.”

Andra menjauhkan wajahnya dari Benua. Melihat tubuh Benua yang tegap dan penuh otot, membuat nyalinya menciut. Amarah yang awalnya berapi-api, sekarang padam seketika. Berdehem sembari merapikan bajunya, Andra melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

***

“Mau kemana?” tanya Benua pada Kahiyang. Mereka berdua sudah keluar dari rumah kemana Burhan Wijaya. Kahiyang menyeret dua kopernya menjauh dari bangunan itu, dan diikuti oleh Benua. 

“Bukan urusanmu!” balas Kahiyang ketus. Dia tidak berharap Benua berperan sebagai suaminya dan bertanggung jawab dengan hidupnya. Karena baginya, Benua hanya orang asing yang tidak sengaja terlibat dengannya dan ikut terseret masalah. Dia bahkan menolak saat Benua ingin membantunya membawa koper.

Kahiyang berhenti mendadak, membuat Benua menaikkan satu alisnya tidak mengerti. Gadis itu kemudian berbalik. “Ok. Kita perjelas. Kita nggak ada hubungan apapun, dan karena kita udah keluar dari rumah, kamu bisa pergi kembali ke asalmu. Dan aku minta maaf karena sudah membuatmu terlibat masalahku. Sekarang kita berpisah disini.”

Sebuah mobil berjenis MPV berhenti, itu adalah mobil yang dipesan Kahiyang. Setelah memasukkan barang-barangnya ke mobil, dia berpamitan sekali lagi pada Benua sebelum dia menutup pintu mobilnya.

Benua—pria itu hanya menatap mobil yang ditumpangi Kahiyang menjauh. Tanpa sadar, sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dan seorang pria berjas setengah berlari menghampirinya. “Tuan, saya ditugaskan untuk menjemput anda.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Tukar Tambah   Bab.7 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    “Kamu benar-benar nggak waras, Swasti. Tega kamu ya? Gimana cara kamu bertanggung jawab nantinya?”“Bertanggung jawab sama siapa?” sergah Swasti. Yang tentu saja jawaban itu membuat kening Kahiyang mengerut. “Dengar ya, Kahiyang Wijaya. Aku nggak perlu bertanggung jawab pada siapapun karena kamu yang mulai. Kamu yang lebih dulu tidur dengan pacarku. Jadi, aku pikir cukup adil aku menggantikanmu menikah dengan Andra. Dan kamu juga menikah dengan Benua.”Alis Kahiyang semakin menukik tajam mendengar penuturan Swasti. Cukup adil katanya? Bukankah dalam hal ini Kahiyang yang paling dirugikan? Pernikahannya hancur, menjadi bahan gunjingan orang dan dia sudah menghabiskan banyak uang tabungannya untuk pernikahan tersebut.“Gimana rasanya tidur dengan pacar kakakmu sendiri. Apa begitu menyenangkan?” cibir Swasti pada Kahiyang.Kahiyang terdiam, tidak merespon ucapan Swasti barang sedikitpun. Tiba-tiba dia teringat, jika Benua pernah bercerita jika hubungannya dengan Swasti hanya sebatas sal

  • Suami Tukar Tambah   Bab.6 Senang Melihatmu Menderita

    “Kalau butuh sesuatu, bisa panggil aku di kamar paling ujung,” pesan seorang wanita paruh baya pada Kahiyang seraya menunjuk salah satu kamar yang berada jauh dari kamarnya. Kamar dengan warna cat yang sama, dengan angka sebagai pembeda. Kahiyang hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian wanita itu pamit meninggalkan Kahiyang masih sibuk memindai kamar yang dia sewa.Kahiyang mengecek setiap jengkal ruangan yang hanya berukuran dua kali dua meter tersebut. Dia cukup teliti untuk memeriksa kamar sewanya, takut jika ada lubang atau sejenisnya yang kadang disalah gunakan oleh orang lain. Karena kamar itu hanya berdinding triplek yang dicat dengan warna putih.“Buat sementara, nggak papa lah sambil cari kontrakan yang nyaman,” gumam Kahiyang sembari meletakkan tasnya. Meskipun ada sedikit kekhawatiran di hatinya. Apalagi kamar mandi berada di luar yang letaknya selisih beberapa kamar dari kamarnya.Karena cukup lelah, kahiyang memutuskan untuk memikirkan hal itu nanti. Dia bisa mandi leb

  • Suami Tukar Tambah   Bab. 5 Jungkir Balik Dunia Kahiyang

    “Makasih ya, kamu udah berdamai dengan dirimu sendiri. Aku harap kedepannya kamu nggak usah lagi ngrepotin Bapak. Kasihan, udah tua bukannya punya anak berbakti. Malah bikin malu keluarga,” oceh Swasti saat Kahiyang baru selangkah keluar dari rumah.Dengan kedua tangan terlipat di depan dada, serta mengulas senyum penuh kemenangan Swasti mengantar kepergian adik bungsunya.“Apa kamu senang udah menghancurkan hidupku?” tanya Kahiyang. “Sebenarnya aku salah apa sih sama kamu, Swasti? Kok kamu tega sampe fitnah aku sekejam ini?”Kahiyang bersusah payah menahan bulir-bulir yang sudah bergumul di pelupuk matanya. Tidak ingin terlihat lemah dimata saudaranya yang sudah menghancurkan impiannya.Swasti memutar bola matanya malas. Lagi-lagi Kahiyang membahas perdebatan mereka semalam. Tuduhan yang sudah dibantah olehnya, nyatanya Kahiyang masih saja bersikeras menuduhnya. Membuatnya semakin geram.“Udah-udah. Nggak usah nambah masalah dengan bikin keributan lagi. Kamu itu cuma nambah beban kel

  • Suami Tukar Tambah   Bab.4 Aku Pamit

    “Lihat, inilah kesenjangan di antara kita. Aku sibuk kemas baju buat pergi liburan, tapi lihat wanita menjijikan ini. Dia mengemas pakaiannya karena diusir,” ejek Andra yang disertai dengan tawa pada Kahiyang.Pria itu berdiri diambang pintu kamar Kahiyang, untuk menghinanya setelah mendapat cerita kalau mantan calon istrinya baru saja diusir oleh ayah mertuanya. Keputusan yang cukup membuatnya merasa puas.“Sebenci itu kamu sama aku, Ndra? Sampai kamu nggak ada henti-hentinya hina aku dari tadi. Kamu bahkan nggak mau dengar penjelasanku tapi terus-terusan mengejekku,” dengus Kahiyang pada Andra.“Emang kamu wanita hina, pelacur! Buat apa aku dengerin penjelasanmu? Kamu hanya akan beralasan aja dan nyalahin Swasti,” balas Andra dengan nada sinis. Kahiyang hanya diam saja mendengar hinaan dari pria yang pernah dicintainya sepenuh hidupnya. Jika dulu kalimat pujian manis yang keluar dari mulut pria itu, tidak untuk sekarang. Kata-katanya selalu berisi cibiran dan hinaan yang ditujukan

  • Suami Tukar Tambah   Bab.3 Diusir

    “Ini semua gara-gara kamu!” teriak Kahiyang seraya melempar bantal ke arah Benua yang sedang duduk di sofa kamarnya. Pria itu terlonjak kaget dengan Kahiyang yang tengah meluap-luap. Bantal-bantal yang ada di atas kasur dalam sekejap sudah berpindah tempat.Kahiyang melemparkan barang-barang di kamarnya membabi buta. Benua mencoba menghentikan gadis itu dengan mengunci kedua tangannya. Jarak diantara mereka sangat tipis. Deru napas mereka pun terdengar satu sama lain. Kedua pasang manik hitam itu saling beradu, menimbulkan kecanggungan yang tiada arti.“Lepasin!” teriak Kahiyang setelah sadar akan tipisnya jarak antara mereka. Benua buru-buru melepaskan cengkraman tangannya seraya meminta maaf atas kelancangannya.“Kalau bukan gara-gara kamu, pernikahanku nggak akan gagal seperti ini,” gerutu Kahiyang seraya menyugar rambutnya kebelakang merasa frustasi. Kemudian berbalik, berdiri membelakangi Benua.“Malah nyalahin aku sih!” Tidak terima disalahkan, Benua ikut berteriak membela diri.

  • Suami Tukar Tambah   Bab.2 Tuduhan Menyakitkan

    “Dasar laki-laki nggak modal! Ternyata kamu adalah gelandangan. Dari mana kamu kenal gelandangan ini, Swasti?” hina Andra saat prosesi pernikahan Benua dan Kahiyang akan dilaksanakan.Benua, pria itu beralasan tidak memiliki uang. Sejak dia membuka mata, ponsel beserta dompet miliknya entah pergi kemana. Dia juga tidak bisa menghubungi siapapun.“Ah, dari seorang teman,” jawab Swasti dengan gugup. Yang dibalas oleh Benua dengan kerutan di dahinya. Benua ingin membuka mulutnya membantah ucapan Swasti, tapi tidak memiliki kesempatan karena Andra kembali mengejeknya.Andra dan Swasti sengaja curi waktu untuk menyaksikan prosesi pernikahan Kahiyang dan Benua. Tanpa mereka duga, Benua tidak memiliki apapun yang bisa dijadikan mahar, membuat Andra mengejek Benua dengan sangat puas.Kahiyang tertunduk mendengar hinaan yang diucapkan Andra padanya, setelah menatap kakak perempuannya dengan amarah. Kebaya yang dia impikan menjadi saksi janji suci pernikahannya, nyatanya dipakai oleh orang lain

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status