SUAMI WARISAN
138 –Firasat
Merindu itu berat.
Layaknya janji, rindu harus ditunaikan.
Namun saat ini, tak ada yang bisa Narendra lakukan. Dia hanya berbaring di atas kasur, dirawat oleh Ipah dan melamun menunggu yang tak pasti.
Dia sudah nekat mencoba menelepon Rengganis, namun nomor Rengganis tak bisa dihubungi. Dia hendak menelepon Mahesa, tapi kemudian mengurungkan niatnya.
Mana mungkin dia menelepon Mahesa mencari keberadaan istrinya.
Terpaksa Narendra menunggu dengan resah. Selama dirawat oleh Ipah, tubuhnya yang tadinya lemah mulai berangsur pulih. Kemudian Narendra merasakan keanehan pada dirinya.
Awalnya Narendra tidak menyadari keanehan itu, dia fokus memulihkan dirinya agar bisa kembali ke Jakarta. Namun lama-kelamaan dia menyadari bahwa dia telah kehilangan sesuatu.
“Pah, saya mau kembali ke Jakarta. Kamu sebaiknya tinggal di rumah Uwak kamu saja.”
Ipah yang sedang member
SUAMI WARISAN139 – Aku, Dirimu, Dirinya“Anak-anak tadi kaget aku datang ke kantor tiba-tiba.” Mahesa membuka percakapan ketika mereka berdua asyik nonton TV di kamar.Rengganis yang menyandar di dada Mahesa mendongak pada suaminya, “Terus?”Mahesa menatap layar TV sambil mengelus rambut Rengganis perlahan-lahan, “Mereka mau ngadain pesta.”“Pesta apa lagi?” tanya Rengganis heran.“Project terbaru yang gol. Karena aku udah pulang, jadi mereka mau ngadain secepatnya. Tadinya mau tunggu aku pulang, hahaha…” Mahesa tertawa mengingat ekspresi terkejut dari anak buahnya ketika melihat kedatangan sang Bos Besar yang tiba-tiba. “kamu gimana? Ada kabar apa hari ini?”Rengganis tidak mungkin mengatakan kalau Narendra tadi meneleponnya, dia hanya menggeleng, “Enggak ada yang seru. Aku tidur seharian. Ibu belanja dan kayanya beliau berharap
SUAMI WARISAN140 – Pencuri HatiPandangan mata Narendra mengikuti setiap langkah Rengganis, dia menunggu selama beberapa saat sebelum menyusul perempuan itu.Setelah memastikan Mahesa asyik mengobrol dengan kawan-kawannya, Narendra menyelinap pergi. Untung saja dia sempat menangkap bayangan Rengganis yang berbelok di tikungan. Ada beberapa orang yang nongkrong-nongkrong di koridor, menghindari kebisingan dalam ruangan, namun masih ingin tetap berada di pesta.Narendra menahan langkahnya agar terlihat santai walau dia ingin buru-buru menyusul Rengganis. Kepalanya sesekali menengok ke belakang, memastikan tidak ada yang mengamati gerak-geriknya. Detak jantungnya bergemuruh memekakkan telinga, adrenalin mengalir deras. Dirinya seperti seorang pencuri yang akan melakukan aksinya.Namun, sekarang dia akan mencuri Rengganis dari Mahesa, mengklaim kembali kepemilikan atas diri perempuan yang sempat terlepas darinya.Begitu berb
SUAMI WARISAN141 – Kala Cinta MenggodaDua minggu.Dua. Minggu.Narendra tidak melihat Rengganis setelah pesta.Rindunya membuncah. Dia gelisah.Kewalahan oleh berbagai macam pikiran yang membuatnya tak berdaya. Narendra berbaring telentang di atas kasurnya, mencoba menahan diri agar dia tidak melakukan hal nekat yang akan disesalinya nanti.Tindakan mereka sewaktu pesta sudah melewati batas.Hanya nasib baik yang memayungi mereka karena berhasil keluar dari kamar mandi itu tanpa ada satu pun orang yang memergoki.Rengganis kembali pada Mahesa dan Narendra hanya bisa memandang dari kejauhan.Waktu sudah menjelang pagi namun Narendra tak bisa memejamkan mata barang sedetik pun, bolak-balik dia gelisah di atas ranjangnya. Ingin tidur namun tak bisa, ingin melakukan sesuatu namun tak tau apa.Alhasil Narendra keluar dari kamar dan menyalakan TV. Memandang layar tanpa benar-benar menontonny
SUAMI WARISAN142 – Terlalu Singkat“Kenapa tiba-tiba?” tanya Narendra heran.Dia benar-benar tidak menyangka akan mendengar kalimat itu meluncur dari bibir Rengganis. Pun tidak menyangka bahwa Rengganis mengutarakan keinginannya yang tidak biasa pada pertemuan mereka setelah dua minggu tak bersua.Buat apa Rengganis memintanya untuk membawanya ke masa lalu?Sial, ketika dia benar-benar penasaran dengan isi otak Rengganis, kemampuannya sudah hilang.Narendra mengerutkan keningnya memandang Rengganis lekat-lekat, berharap menemukan secercah jawaban dalam biji mata bening yang balik menatapnya.Senyum cantik merekah di bibir Rengganis, dia bertanya, “Kamu bisa ‘kan bawa aku?”“Buat apa?” tanya Narendra heran.Mata Rengganis mengerling pada pintu dan berbisik, “Aku enggak bisa jelasin sekarang. Yang jelas, kamu mau ‘kan bawa aku ke sana?”
SUAMI WARISAN143 – Istri TerakhirMobil SUV hitam dengan kaca gelap itu berhenti di depan pintu basement. Rengganis keluar dari dalaml lift dengan kepala tertunduk yang tertutupi topi baseball. Sebuah tas gym tersampir di bahunya, kelihatan penuh dan berat.Tanpa banyak bicara dan toleh kiri-kanan, Rengganis membuka pintu bagasi dan menaruh tas gymnya kemudian bergegas membuka pintu penumpang depan.“Hai,” sapanya begitu duduk di jok depan dan meraih seatbealt.“Sayangku.” Narendra mencondongkan kepalanya dan mencium Rengganis tanpa permisi.“Ooops…!” Rengganis terkaget-kaget tapi kemudian tertawa, dia mendorong dada Narendra sedikit menjauh darinya agar dia bisa bernapas “cepat pergi dari sini sebelum ada yang lihat.”Narendra tersenyum dan mengangguk. Moodnya yang beberapa hari ini berantakan, kini membaik begitu ada penawarnya. Dia bergegas menyetir mobil k
SUAMI WARISAN144 – Mesin WaktuKicau burung melayang menggoda pendengaran Rengganis ketika akhirnya kesadaran menerpa dirinya. Sinar mentari pagi yang hangat jatuh di atas kulitnya yang terbuka. Rengganis membuka matanya dan menyadari bahwa dia tertidur di atas dada Narendra.Kepalanya naik turun seiring dengan dada Narendra yang menarik dan mengembuskan napas teratur. Lelaki itu masih lelap dalam tidurnya. Sebelah tangannya memeluk punggung Rengganis, telapak tangannya yang hangat terasa di atas kulitnya.Selimut tipis hanya menutupi setengah badan mereka. Rengganis bisa merasakan ‘morning wood’ Narendra di dekat pahanya.Rengganis mengerjapkan matanya, kantuk masih mendekapnya, namun perlahan-lahan peristiwa semalam membanjiri ingatannya. Dia mengembuskan napas lelah namun puas.Narendra tidak pernah gagal memuas hasratnya. Semalaman lelaki itu menikmati tubuhnya, memberikan kehangatan yang didambakan Rengg
SUAMI WARISAN145 – Pakuan PajajaranMemburu menjangan bukan hal yang sulit bagi Narendra.Dia tau harus mencari kemana dan bagaimana cara menangkapnya. Tidak kurang dari dua jam, dia sudah berhasil menangkap seekor menjangan muda yang dia panggul di atas bahunya.Darah menetes-netes di belakang langkahnya ketika Narendra membawa menjangan yang sudah mati itu turun gunung menuju pasar.Bola matanya yang besar terbuka lebar memandang langit ketika kepala menjangan itu lunglai berada di atas bahu Narendra. Menjangan yang ditangkapnya kebetulan jantan, jadi harganya bisa lebih tinggi. Narendra berencana membeli satu stel pakaian dan sandal untuk Rengganis, aksesoris rambut dan kain agar Rengganis bisa berbaur dengan wanita-wanita lainnya.Dia juga akan membeli lauk pauk untuk persediaan makan mereka.Pasar yang ramai ketika Narendra melangkahkan kaki memasuki kawasan jual-beli. Orang-orang sibuk melakukan transaksi. N
SUAMI WARISAN146 – Mojang SundaMakan malam mereka sangat sederhana; nasi setengah gosong dengan ayam bakar minim bumbu. Narendra lupa membeli bumbu, yang ada di dapur hanya garam jadinya mereka harus puas makan seadanya.Keduanya sama-sama cemberut. Makan dalam diam.Rengganis mengunyah perlahan-lahan, aroma nasi yang gosong berpadu dengan bakaran ayam yang hanya berasa asin sama sekali bukan seleranya, namun terpaksa dia telan karena lapar.Narendra sebaliknya, dia mengganyang sisa potongan ayam sebagai kompensasi nasi yang gosong. Seandainya tadi dia sempat memetik sayur untuk lalapan dan cabai, pasti makan malam mereka bisa diselamatkan rasanya.Setelah berjibaku menyalakan tungku api untuk bakar ayam dan menyelamatkan sisa nasi yang masih bisa dimakan, diselingi oleh omelan Narendra dan Rengganis yang membela diri, akhirnya pasangan itu duduk di atas dipan menikmati makan malam mereka.Ini malam pertama merek