SUAMI WARISAN
84 – Keresahan Dua Lelaki
Ada yang salah.
Sangat salah.
Dia tau seharusnya dia tidak di sini.
Panggilan itu berdenging di telinganya namun ototnya tak satu pun yang mampu bergerak.
Narendra terpaku di tempatnya, matanya memandang sosok yang berdiri tak jauh darinya.
“Kang Pitar?” sapaan lembut itu membuatnya terpana.
Sudah sekian lama dia tidak mendengar nama itu disebut oleh seorang manusia. Dadanya kembali berdegup, suara itu ….
“Kang Pitar, naha aya di dieu?” perempuan berkain batik itu menghampirinya dengan tanda tanya besar di matanya. Di tangannya ada keranjang belanjaan, rambutnya di sanggul di tengkuk dan pakaiannya sederhana. Tak ada polesan make up di kulitnya.
(Kak Pitar, kenapa ada di sini?)
Narendra terperanjat ketika menyadari dia tidak seharusnya ada di sini, “Oh.”
“Kang…” perempuan yang jel
SUAMI WARISAN85 – Di Antara Dua TakdirSemoga saja dia belum terlambat.Semoga saja Rengganis menerima kedatangannya walau pun ini sudah tengah malam.Benar perkataan pemuda rambut jagung itu. Jalan menuju ke vila rusak parah. Terjal dan seringkali mobil sedan mahal Mahesa hampir selip.Mahesa mencatat dalam hati agar membawa mobil off -road jika hendak kemari lagi. Rubicon yang biasanya nangkring di garasinya mungkin bisa menaklukkan jalanan yang keras ini.Dua buah motor meliuk-liuk di depannya menghindari lubang dan bebatuan yang terjal, sementara mobilnya terpaksa menerima apa adanya. Untung saja suspensi mobilnya masih bagus, lonjakan-lonjakan itu bisa teredam cukup baik, namun tetap saja Mahesa sering meringis mengingat tragisnya perjuangan dia untuk bertemu dengan Rengganis.Siapa sih Rengganis?Pastinya banyak orang bertanya kenapa seorang Mahesa, lelaki yang biasanya tidak peduli dengan keadaan ses
SUAMI WARISAN86 – Menantang SupremasiManners maketh man.Itu salah satu motto hidup Mahesa, bukan karena itu quote dari film favoritnya ‘Kingsman’ namun karena Mahesa dibesarkan oleh orang tua yang cukup tegas; terutama ibunya.Sikap itu sudah mendarah daging pada dirinya hingga di saat genting seperti ini, dia bisa tetap terlihat tenang.“Bawa, cepat!” seru Mahesa sambil menarik Rengganis.Narendra tidak sempat untuk membantah. Kedua lelaki itu berenang menggiring tubuh Rengganis ke tepian, di mana Ipah sudah menunggu dengan wajah panik.Mahesa naik ke daratan lebih dulu, namun ketika dia hendak menarik Rengganis, Narendra sudah menggotong perempuan itu dalam gendongannya. Lelaki itu berdiri gagah berani dengan tubuh polos tanpa pakaian sehelai pun.Mahesa ternganga, “Kamu ….” Giginya gemeletukan bersamaan dengan hawa dingin yang merayapi tulang belakangnya.
SUAMI WARISAN87 – Terjebak CemburuRengganis terguncang menyadari bahwa ada dua orang lelaki di dalam kamarnya saat ini.“Saya yang salah. Saya telah lalai menjaga Rengganis.”Rengganis melarikan pandangannya ke lantai, detak jantungnya makin tidak karuan.“Baguslah kalau kamu mengakuinya, Narendra.” suara Mahesa yang biasanya hangat kini terdengar kaku dan dingin. Dia bahkan tidak menoleh pada Narendra yang berdiri di belakangnya, tatapannya lurus pada Rengganis yang tertunduk di hadapannya.“Ya.” nada Narendra juga mengambang. Pandangannya juga tertuju pada Rengganis yang bersembunyi di balik tirai rambutnya yang basah. Dia bisa merasakan kegelisahan dari istrinya itu kemudian berdeham “Ini sudah larut malam. Ny—Rengganis harus istirahat. Anda boleh menggunakan salah satu kamar tamu, Pak Mahesa.”“Oh, terima kasih.” Mahesa akhirnya menoleh pada Na
SUAMI WARISAN88 – PamungkasBodoh.Bodoh. Bodoh. Bodoh.Narendra mengutuki dirinya sendiri karena lengah. Sedangkan Rengganis tersenyum menang. Perempuan itu mendorongnya menjauh dan memakai pakaiannya, menjaga jarak darinya.“Cukup sampai di sini, Narendra.” ujar Rengganis. Dia menatap lelaki yang duduk di atas ranjang bersamanya dengan tegas, “kita enggak bisa selamanya begini, ya ‘kan?”“Maksud Nyai?”“Mahesa ada di sini sekarang. Itu berarti sesuatu bukan?” tanya Rengganis, dia menatap Narendra dan bertanya satu pertanyaan yang membuat Narendra terdiam seribu bahasa, “dia memang jodohku, ‘kan?”Narendra memalingkan wajahnya. Rahangnya terlihat mengeras.“Naren,” panggil Rengganis lagi, “perasaanku ini bukan bohongan, ‘kan? Perasaan ini bukan sekadar kagum atau suka saja, benar? Aku pernah bilang padamu
SUAMI WARISAN89 – Menentukan Pilihan“Nyonya, bangun, Nyonya.”Ipah menggoyang-goyangkan badan Rengganis yang baru bisa tidur menjelang subuh. Majikannya itu hanya bergumam pelan namun matanya masih terpejam.“Nyah…” panggil Ipah lagi, matanya melirik ke jendela kamar Rengganis. Di luar, dia bisa melihat dua orang lelaki sedang berdiri berhadapan, di antara mereka ada meja yang biasa Rengganis gunakan untuk bekerja.Mata Ipah memandang dua orang lelaki itu dengan waspada.“Nyonya! Bangun, ih!” akhirnya Ipah jadi panik sendiri, dia menggoyang-goyangkan lengan Rengganis lebih keras.Akhirnya Rengganis membuka matanya dan bergumam pelan, “Hmmmm…. Kenapa, Pah?”“Bangun, Nyah. Udah pada nungguin, tuh.”Rengganis mengucek matanya, “Nungguin? Siapa…?” dia menarik punggungnya dari kehangatan ranjang dan duduk.
SUAMI WARISAN90 – Jangan Jatuh CintaPonsel yang berada di tangan Rengganis tiba-tiba saja menerima sinyal dan berbunyi. Nama yang tertera di layar adalah Sarah.Rengganis buru-buru mengangkat panggilannya.Fiuh, saved by the bell!“Halo?”“Hey, I tau kemarin bilang enggak akan ganggu liburan you, but I need you now, Ganis. Can you come over the office today?”(Bisa kamu datang ke kantor hari ini?)Sarah tidak membuang waktu, dia langsung pada pokok masalah alasannya menelepon Rengganis.“Ada apa?”“It’s …. Urgent.”“Ada apa, Bos?”Terdengar helaan napas panjang kemudian suara Sarah terdengar pelan, dia menangkupkan telapak tangannya di depan speaker HP dan berbisik, “Something came up. And I need to talk to you about that.”(Sesuatu terjadi. Dan aku perlu membicarakannya denganmu.)
SUAMI WARISAN91 – Pesona MahesaPerjalanan pulang ternyata tidak menyeramkan ketika pertama kali dia datang. Berkat Rengganis yang tau jalan, Mahesa tidak tersesat lagi.“Ternyata kalau pulangnya kerasa lebih cepat, ya?” komentar Mahesa ketika akhirnya mobil keluar dari hutan dan kini menyusuri jalan desa yang cukup ramai.Rengganis mengangguk, “Kalau sudah tau jalan lebih cepat sampai.”“Ya, tapi penuh tantangan.” balas Mahesa lagi, mobil bergoyang-goyang melewati jalan berlubang, “lain kali ingatkan aku untuk pakai SUV bukannya sedan.”Rengganis tertawa, “Apa nanti bakal ada lain kali?”Mahesa terkekeh, “Honestly, I like your villa. It’s stunning. Aku jadi kepikiran untuk membangun rumah di tengah hutan. Ngomong-ngomong gimana caranya membangun rumah di sana? Bukannya ini lahan konservasi alam? Ada izin pembangunannya?”Sesunggu
SUAMI WARISAN92 – Ada Cinta“Kamu mau diantar ke mana?”Rengganis menoleh pada Mahesa yang menyetir. Mood lelaki itu terlihat naik level daripada sebelumnya, “Maksud kamu?”“Kamu mau langsung pergi ke kantor atau pulang dulu?”“Pulang?”Mahesa memandangnya seakan tumbuh tanduk di kepala Rengganis, “Sudah jelas kemarin Papa kamu kelihatan khawatir karena anaknya enggak ada kabar. Bukankah sebaiknya kamu pulang dulu ke rumah supaya keluargamu enggak khawatir?”“Oh.” Dia tidak pernah merasa perlu memberi kabar pada keluarganya. Rengganis sudah terbiasa tidak memberi kabar selama berbulan-bulan sebelumnya, dan mereka tidak pernah keberatan dengan sikapnya itu.“Mau aku antar ke rumah?”“Kamu tau jalannya?”Mahesa tersenyum, “Aku punya ingatan yang bagus.”“Hm, kalau gitu &hellip