Beranda / Romansa / Suami Wasiat dari Suamiku / BAB 2: Tidak Menyangka

Share

BAB 2: Tidak Menyangka

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 20:27:42

Suara sirine ambulance terdengar seiring dengan pergerakan cepat Evelyn membawa Daniel.

Evelyn menutup mulutnya dalam bekapan, menahan tangisan pilunya mendengar suara rintihan Daniel yang kesakitan.

Meski Daniel kini tengah ditangani oleh beberapa tim medis karena mengalami pendarahan dan luka yang cukup parah, sepanjang jalan Evelyn tidak berhenti merapalkan do’a, mengharapkan jika Daniel suamianya akan baik-baik saja.

“Eve..” panggil Daniel menangis ditengah sakit yang harus dia lalui.

“Daniel, ini aku,” isak Evelyn mendekat dan meraih tangannya dengan penuh kehati-hatian.

Bola mata Daniel bergerak pelan, bibirnya yang pucat sedikit terbuka menarik napas dengan kesulitan. Seluruh tubuhnya sangat sakit, hingga disetiap hembusan napas yang harus diambil begitu menyiksa.

Daniel tidak menyangka.

Baru beberapa menit lalu dia merayakan kebahagiaan dengan isterinya karena mendengar kabar bahwa anak yang mereka tunggu selamaa ini telah hadir di rahim Evelyn, tapi kini dia harus melalui sebuah tragedi yang tidak terduga.

Daniel tidak dapat memahami perasaannya sekarang. Dia tidak tahu apakah harus bersedih atau takut?

Yang jelas, pria itu  hanya ingin mendengar suara Evelyn dan melihat wajahnya agar bisa tenang.

Tapi, suara tangisan Evelyn terdengar diantara pendengarnnya yang berdengung.

Bola mata Daniel bergerak kesisi melihat gadis yang dicintainya kini tengah menangis, memohon agar Daniel tetap kuat.

Air mata Daniel terjatuh dari sudut matanya, pria itu menangis berusaha kuat untuk tetap tersenyum. “Aku baik-baik saja Eve. Maaf sudah membuatmu menangis,” bisik Daniel dengan napas tersendat tidak mampu membalas genggaman tangan Evelyn.

Dulu saat Daniel memutuskan ingin menikahi Evelyn, rekan sejawat mereka yang sesama dokter, sangat menentang keras.

Menurut mereka, Daniel dan Evelyn masih terlalu muda.

Larangan orang-orang didasari oleh kepedulian karena keduanya yatim piatu. Apalagi, mereka masih bekerja sebagai dokter magang di rumah sakit.

Namun, Daniel dan Evelyn tetap kukuh dengan niat mereka, tidak ada yang bisa menghentikan keduanya.

Kekhawatiran semua orang dengan pernikahan mereka dipatahkan dengan kesungguhan Daniel.

Semenjak menikah, Daniel mengambil lebih banyak pekerjaan tambahan untuk menabung dan memiliki tempat tinggal yang lebih layak. Daniel bertindak sebagai seorang suami yang tidak hanya mencintai dan menghormati isterinya, dia mampu menjaga Evelyn dalam berbagai situasi dan selalu bersikap dewasa menangani masalah.

Semua orang tahu jika Daniel dan Evelyn harus melewati banyak rintangan berat karena keduanya sebatang kara, anak yang hidup tanpa sosok orang tua dan tumbuh dipanti asuhan, keduanya harus memulai kehidupan dari nol tanpa ada bimbingan keluarga.

Meski begitu, Daniel dan Evelyn sangat bahagia dengan pernikahan mereka, keduanya selalu saling mendukung dan memiliki hubungan sehat.

Seiring dengan berjalannya waktu, Daniel dan Evelyn mampu membuat keraguan semua berubah dan percaya bahwa keputusan mereka menikah muda adalah sesuatu yang tepat.

Sementara itu, Evelyn tampak tertunduk.

Tangisannya pecah kala mendengar kata-kata Daniel yang berhasil membuat hatinya hancur. Seharusnya kini Evelyn yang menguatkan Daniel, bukan sebaliknya.

Perjalanan itu terasa lambat.

Kala ambulance akhirnya sampai di rumah sakit, ranjang yang membawa Daniel didorong keluar dan segera dibawa pergi dengan bantuan dokter yang telah menunggu.

Disusul oleh ambulance yang membawa Noah.

“Eve!” Indila berlari menghampirinya.

“Dokter, Daniel akan baik-baik saja kan?” tangis Evelyn memeluk erat Indila untuk menumpahkan seluruh kesedihan yang telah menderanya.

“Daniel akan baik-baik saja, kita harus yakin dan mendo’akannya. Kau harus kuat Eve,” bisik Indila meyakinkan.

Hanya saja, harapa Evelyn menipis.

Gadis itu kini terduduk lemas di sisi ranjang tempat Daniel berada.

Dokter mengatakan jika benturan keras yang Daniel alami telah mematahkan tulang dadanya, dan beberapa tulang patah itu telah masuk ke dalam paru-paru Daniel hingga menyebabkan kerusakan.

Lebih menyedihkannya lagi, tulang leher Daniel ikut patah dan mengalami cedera serius yang semakin membuat Daniel kesulitan bernapas dan menghambat peredaran darah ke otaknya.

Kini dokter tengah mendiskusikan operasi besar yang harus segera dipersiapkan untuk Daniel.

Evelyn mengusap sudut matanya dengan tangan gemetar, wanita itu meringis sedih tidak dapat menghentikan tangisannya melihat keadaaan Daniel yang kini terbaring tidak berdaya.

Dokter yang menangani Daniel tidak banyak berbicara mengenai keadaan Daniel karena Evelyn sendiri bisa memahami kendisinya hanya dengan melihat beberapa hasil catatan medisnya.

Masalanya, karena Evelyn tahun keadaan Daniel, kini wanita itu tidak dapat berhenti mengkhawatirkan keadaan Daniel.

Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Kejadian menakutkan ini terjadi begitu saja seperti sebuah mimpi panjang yang terus menjebak dan menyiksanya.

Senyuman indah Daniel, suara tawanya yang manis, hangat pelukannya masih bisa Evelyn rasakan, namun suaminya yang telah memberikan kebahagiaan itu kini tengah terbaring tidak berdaya.

“Eve..” panggil Daniel dengan suara yang dalam nyaris tidak terdengar.

Sekali lagi Evelyn mengusap air mata yang telah membasahi pipinya. “Iya Sayang, ada apa?” jawab Evelyn segera berdiri dan mengusap wajah Daniel yang dihiasi banyak lebam dan goresan.

Bola mata Daniel bergerak pelan, sepasang matanya yang biru itu terlihat gelap dipenuhi oleh kesedihan, menceritakan duka yang harus Daniel lewati tanpa mampu dia ungkapkan melalui kata mengenai seberapa sakit tubuhnya saat ini.

“Aku mencintaimu Eve,” bisik Daniel dengan penuh perjuangan.

Hati Evelyn tercubit sakit mendengar kata yang selalu membuatnya tersenyum tersipu malu, justru kini membuatnya menangis. “Aku juga mencintaimu Daniel, bertahanlah, kita akan melewati ini semua bersama-sama. Aku akan merawatmu sampai kau kembali sembuh.”

“Eve,” bisik Daniel kembali memanggil, “tolong jaga anak kita ya, aku minta maaf.”

Evelyn menggeleng dengan berat. “Aku tidak akan memaafkanmu jika kau tidak sembuh Daniel. Kau harus sembuh untuk mendapatkan maafku,” jawab Evelyn dengan suara bergetar terdesak oleh tangisan yang sulit dia hentikan.

Daniel tersenyum lemah, memejamkan matanya, dia tidak mampu untuk berbicara lebih banyak lagi karena dadanya sangat sakit dan kesulitan bernapas.

Titttt!

Suara bedside monitor terdengar nyaring membuat Evelyn menangis. "DANIEL!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Baru bab 2 udah dibikin mewek, huaaa ToT
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Wasiat dari Suamiku   Selesai

    Sudah lebih dari lima belas menit Noah menunggu, tidak ada tanda-tanda Evelyn akan segera kembali. Noah tidak menduga jika percakapan antara Evelyn dan ibunya akan jauh lebih lama dari apa yang diperkirakan.Apakah mungkin, telah terjadi suatu hal buruk dan pembicaraan tidak berjalan sesuai dengan apa yang harapkan? Noah menurunkan jendela mobilnya, dia memutuskan untuk menunggu lima menit lagi dan jika Evelyn belum kembali, maka Noah akan masuk menyusul masuk untuk memastikan keadaan.Getaran handpone terdengar disaku, Noah melihatnya sekilas sekadar membaca pesan singkat dari Paul bahwa dia telah selesai menyiapkan semua yang Noah perintahkan.Tubuh Noah menegak seketika begitu melihat sosok ibunya keluar dari restaurant seorang diri sambil mengusut matanya dengan sapu tangan.Noah segera keluar dari mobil, namun belum sempat dia memanggil ibunya. Sarah telah dipersilahkan masuk oleh sopirnya, dan mobil yang ditumpangi Sarah bergerak cepat meninggalkan area parkiran restaurant.Dil

  • Suami Wasiat dari Suamiku   Chapter 69

    Evelyn terpaku kaget mendengar permintaan maaf yang kembali terucap dari mulut Sarah. Seorang wanita yang selama ini begitu membencinya dan selalu merendahkan statusnya sebagai seorang janda yatim piatu.Satu tahun lebih Evelyn mengenal Noah, dan selama itu pula Sarah membencinya seakan tidak ada satu kebaikan pun yang pantas Evelyn miliki.Apakah kini Evelyn senang Sarah tiba-tiba meminta maaf padanya? Dibandingkan senang, justru Evelyn bingung, mengapa setelah sekian lama, kini tiba-tiba Sarah meminta maaf kepadanya? Apa karena pengaruh keluarga Evelyn yang mau tidak mau harus Sarah akui bahwa kini mereka sederajat.Ataukah mungkin Sarah melakukannya semata-mata hanya untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan NoahTangan Evelyn terkepal dibawah meja, memandangi wajah sendu Sarah yang banyak tertunduk tidak tidak seangkuh biasanya. Dapat Evelyn lihat kantung matanya yang membengkak menandakan bahwa dia tidak kurang beristirahat.“Apa yang membuat Anda bersedia meminta maaf kep

  • Suami Wasiat dari Suamiku   Chapter 68

    Milia duduk meringkuk di sudut ruangan bersama puluhan wanita lainnya, terkurung dalam sel sempit dengan berbagai orang criminal lainnya yang terlibat dalam kasus hukum. Wajahya yang babak belur masih menyisakan bekas luka meski telah berlangsung berhari-hari. Ada cekungan yang dalam di wajahnya, rambutnya terlihat kusut terikat sembarangan tanpa disisir. Milia yang selalu tampil cantik sempurna, setiap saat merawat diri, kini keadaannya nyaris tidak kenali. Baru satu malam Milia dikurung di balik jeruji besi. Begitu keadaannya sedikit membaik, pulang dari rumah sakit kedua tangan dan kakinya diborgol dan langsung digelandang ke tempat penahanan. Tidak ada waktu untuk dirinya berisirahat dan mendapatkan sedikit ketenangan. Sejak kematian Alex, setiap malam Milia selalu menangis terbayang-bayang kenangan mengerikan yang telah terjadi. Setiap kali terbayang kejadian itu, Milia sering kali menangis histeris berpikir bahwa saat ini dia telah terjebak dalam dunia mimpi. Milia m

  • Suami Wasiat dari Suamiku   Chapter 67

    Langit sore memantulkan cahaya yang cerah dan hangat. Edgar duduk diantara Noah dan Evelyn yang mengantarnya, anak itu memeluk erat lengan Evelyn menyalurkan kegelisahan yang kembali datang menjelang keberangkatannya yang akan pulang diantar oleh Agatha.Edgar tidak tahu apakah perpisahan ini harus dia tangisi atau justru harus dia rayakan dengan penuh rasa syukur.Edgar sedih karena harus berpisah dengan orang-orang terkasihnya, disisi lain dia begitu bahagia karena perpisahan ini akan menjadi mulai proses pengadopsiannya. Mimpinya, do’anya, Tuhan telah menjawabnya dan memberikan jauh-jauh lebih besar dari apa yang Edgar minta.Ditengah kegelisahan Edgar, Diam-diam Evelyn dan Noah saling memandang dan melempar senyuman hangat. Mungkin perpisahan sementara ini sedikit akan sedikit menyedihkan, namun mereka sangat yakin akan ada sesuatu yang luar biasa menanti.Noah mengusap bahu Edgar beberapa kali. “Nanti saat kau kembali, akan ada kamar baru untukmu. Kau mau kamar cat warna apa?” t

  • Suami Wasiat dari Suamiku   Chapter 66

    Hari ini, hari keberangkatan Edgar setelah beberapa hari lamanya tinggal.Kebahagiaan yang sempat hadir harus kembali Evelyn lepas utuk sementara waktu, mengikhlaskan Edgar dibawa oleh yayasan yang akan melindunginya sebelum sebelum Evelyn dan Noah berhasil mendapatkan surat putusan pengadilan bahwa Edgar menjadi anak adopsinya.Cukup berat melepaskan Edgar pergi, kehadiran anak itu sudah mewarnai hari-hari rumah tangga Evelyn bersama Noah. Melukiskan banyak kenangan indah yang sempat Evelyn mimpikan di masa kecilnya.Evelyn bahagia, begitupun dengan Noah yang selama beberapa hari terakhir ini telah berperan baik sebagai seorang ayah untuk Edgar.Perpisahan sementara ini mungkin akan sedikit menyakitkanEvelyn yakin, saat ini Edgarpun merasakan kesedihan yang sama. Sepanjang pagi ini anak itu terlihat gelisah dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Evelyn terbangun dari lamunan kecilnya begitu mendengar suara klakson, samar keningnya mengerut melihat mobil Noah yang sudah berada di

  • Suami Wasiat dari Suamiku   Chapter 65

    Noah terhenyak kaget mendengar permintaan maaf yang tidak pernah dia bayangkan akan tercetus dari mulut ibunya yang selama ini selalu merasa benar sendiri dengan segala pandangan hidupnya.Apa yang telah membuat Sarah akhirnya meminta maaf? Apa dia sudah mulai menyadari kesalahannya? Atau mungkin Sarah berpura-pura?Tapi Sarah bukanlah seseorang yang suka berpura-pura dihadapan Noah, dia selalu blak-blakan karena itu juga mereka sering kali berdebat.Melihat keraguan Noah, Sarah menggenggam tanganya dengan senyuman sedih bercampur malu. Sarah mengerti jika Noah tidak percaya dengan kesungguhannya yang meminta maaf, Sarah sudah terlalu sering membuat kesalahan dan mengecewakan Noah.Dengan suara bergetar Sarah berkata, “Ibu telah salah Noah, maaf atas semua kesalahan yang sudah ibu lakukan padamu dan Eve selama ini. Ibu berjanji, ibu tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi, tidak akan pernah lagi mengganggu ketentraman rumah tangggamu lagi, tidak akan pernah berbicara bur

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status