Share

Kehidupan Julia

Penulis: Mirielle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 00:02:09

“Bagaimana menurutmu, yang silver atau gold?”

Julia mengangkat dua potong gaun pendek yang berbeda. Dia sedang bertanya pada suaminya, Billy Sparks. Tapi sang suami malah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Julia seperti hari-hari sebelumnya. Julia paham. Sebagai perdana menteri, Billy amat sibuk. Tapi setidaknya pria itu bisa menyempatkan diri untuk memberikan perhatian pada Julia dan puterinya layaknya suami dan ayah pada umumnya.

“Billy, apa kamu mendengarku?” tanya Julia lagi.

Billy mengangkat wajah, melihat sekilas saja gaun yang diangkat Julia. Billy berpikir, kapan terakhir kali dia menganggap Julia menarik secara seksual. Bukan berarti ada yang salah dalam diri Billy. Julia cantik, Billy mengakuinya. Dengan postur tinggi semampai, rambut pirang bergelombang dan tulang pipi yang menonjol, dia adalah dambaan para pria ketika mereka masih lajang, pun sekarang setelah pernikahan mereka memasuki tahun ke tujuh.

Tapi setelah menikah, Julia ternyata tidak seperti yang diharapkannya. Julia terdidik menjadi seorang puteri yang tidak tertarik pada usaha Tony, atau aset-asetnya. Billy dulu berpikir menikahi Julia akan menambah amunisi untuk kelancaran karirnya. Tapi ternyata, Julia hanya gadis yang menginginkan kehidupan stabil dan sederhana layaknya cerita dongeng.

“Gold,” katanya dingin. “Lagipula, menurutku tidak masalah kamu memakai yang mana. Toh kamu bukanlah pewaris keluarga Hawthorne. Untuk apa menghabiskan waktu mengatur penampilan?”

Julia terhenyak. Sejak pembacaan surat wasiat, Billy mengomel pada Julia tentang posisinya sebagai puteri tertua. Billy menghinanya, mengatakan Julia tidak terlalu cakap dan pintar sehingga Tony tidak memilihnya sebagai ahli waris. Julia hanya mendapatkan beberapa hektar peternakan di sebuah desa milik neneknya serta sebuah villa mewah. Tapi bagi Julia, itu sudah lebih dari cukup.

“Aku memang tidak mengharapkan warisan Dad,” ujar Julia lagi, tetap pada pendiriannya.

“Tapi aku butuh!” Billy berteriak. “Bayangkan sekuat apa posisiku dalam parlemen dengan adanya sokongan dari warisan itu. Tak akan ada yang sanggup menggulingkanku, semua orang akan bertekuk lutut.”

Dia terlalu ambisius, batin Julia. Padahal apa yang Billy dapat sudah membuat posisinya sangat aman. Semua orang menghormatinya, semua mengenalnya sebagai pribadi yang baik. Satu-satunya perdana menteri yang mau turun ke masyarakat kelas bawah dan masyarakat menyukainya. Apa lagi yang kurang?

“Billy...”

“Kalau bukan karena Ellie, aku tidak akan bertahan bersamamu!”

Billy meninggalkannya sendirian dalam ruangan itu. Julia memaksa diri untuk tersenyum, toh ini bukan pertama kalinya dia mengalami hal menyakitkan dari suaminya. Ya, tentu saja. Keberadaan Ellie, puteri mereka, membuat Billy harus bertanggung jawab penuh. Terlanjur memiliki image penyayang keluarga, Billy tentu tidak bisa mengabaikan Julia dan Ellie begitu saja.

Tapi Julia tersiksa. Hari demi hari seperti neraka baginya selama hidup bersama Billy. Obsesi serta haus akan harta membuat Billy selalu mendesak Julia, menghinanya, bahkan tak pelak melakukan tindak kekerasannya.

Wanita itu duduk muram di hadapan meja rias kayu kenari dari zaman Louis XII yang mahal, yang mereka dapat di lelang amal tiga tahun silam. Julia menyukainya, tapi Billy menolak membawanya ke rumah tinggal mereka pribadi dengan alasan mereka tidak butuh meja itu. Akhirnya, Julia menempatkannya di kamar pribadinya di kediaman Hawthorne.

Julia bergegas mengganti pakaiannya dengan gaun silver yang dia rasa lebih tepat untuk tema pesta malam ini. Setelah memperbaiki kembali riasannya, wanita itu menatap dirinya sendiri dalam pantulan cermin. Dia sempurna. Wajah cantik dan tubuh tingginya terasa sangat pas dibalut gaun silver glitter yang memukau. Sayangnya, Billy tidak bisa melihat semua itu dari diri Julia.

Dia turun ke bawah, berjalan menuju taman dimana after party pernikahan Isabelle dan Tristan dilaksanakan. Puterinya Ellie berlarian ke sana kemari bersama beberapa anak lainnya, membuat pengasuh terlihat sedikit kewalahan.

Ini pesta pernikahan yang bergengsi. Keluarga Hawthorne membuat pesta besar mengingat Isabelle adalah puteri bungsu dan puteri terakhir yang akan menikah. Para pesohor berdatangan, mulai dari miliuner, politisi, supermodel, artis dan masih banyak lainnya, berkumpul di taman luas itu.

Billy terlihat berbicara dengan salah satu senator penting di kota beserta istrinya. Di tempat lain, Isabelle dan Tristan pun menyambut tamu-tamu yang hadir. Kali ini, mereka bertemu dengan Will Raffe, salah satu raja wall street yang terkenal di Amerika Serikat.

Julia menyesap anggurnya, melihat bagaimana wajah sang adik tersenyum penuh bahagia. Julia tidak iri, dia tidak akan terpengaruh oleh desakan Billy dan cemoohannya. Sebaliknya, Julia tahu Isabelle berhak mendapatkan semua ini. Sebagai puteri bungsu, Isabelle satu-satunya anak yang tidak merasakan kasih sayang ibu mereka karena ibu mereka meninggal dua bulan setelah melahirkan Isabelle.

Jadi Julia meyakinkan dirinya untuk tidak akan pernah cemburu pada kehidupan Isabelle. Dan fakta bahwa hanya tinggal mereka berdua keluarga Hawthorne yang tersisa, Julia ingin memberikan Isabelle kebahagiaan yang penuh.

“Aku ingin tahu apa yang kamu pikirkan. Aku melambaikan tangan dan memanggilmu, tapi kamu bahkan tidak mengetahuinya,” keluh Isabelle, tahu-tahu sudah berdiri di sisi Julia.

Julia terkejut, namun dia tersenyum memeluk sang adik. “Mana suamimu?”

“Di sana,” tunjuk Isabelle. “Dia berbicara dengan kata-kata yang sulit ku mengerti, tentang keadaan politik, saham, aku tidak mengerti,” keluh Isabelle. “Untung saja aku melihatmu.”

Julia mengelus kepala Isabelle. “Kamu harus segera mempelajarinya. Sebagai penerus perusahaan, kamu harus mengerti semua kata-kata itu.”

“Ya, kamu benar. Seandainya saja Dad memilihmu, aku tidak akan merasa terbebani seperti ini.”

Dad mungkin tahu Billy akan lupa diri kalau dia mewariskan hartanya padaku. Memberikan kuasa padamu sudah pilihan tepat, pikir Julia.

“Omong-omong, apakah hubunganmu dengan Billy baik-baik saja?”

“Kenapa bertanya seperti itu?”

“Kalian tidak pernah bersama. Maksudku, saat pemberkatan tadi dan juga sekarang. Kalian duduk bersama tapi ada jarak diantara kalian, dan sekarang, Billy sendirian menyapa para tamu. Apa kalian ribut soal harta warisan Dad? Billy keberatan?”

Julia menggeleng, menatap Billy di kejauhan. “Politik membuatnya seperti itu,” kata Julia, berusaha menutupi kenyataan pahit perilaku Billy. “Aku tahu profesinya penuh dengan tekanan dan aku hanya berusaha menjadi istri yang pengertian. Dia bisa ikut dalam acara keluarga saja sudah membuatku puas.”

Sang kakak menatap Isabelle lagi dan berkata, “Sebaliknya, aku justru khawatir padamu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suami Wasiat sang Nona Muda   Tristan, Apakah itu Kamu?

    Sayangnya, detektif Hudson harus menelan kekecewaan saat layar komputer tidak menampilkan sesuatu yang membuatnya puas. Sejauh ini, Tristan pria yang teratur. Semua cacatan keuangannya jauh dari kata kotor, atau mencurigakan.Walau beberapa akun mencacat bahwa pria itu mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar wanita, detektif Hudson merasa itu adalah hal yang wajar. Dia juga pernah melakukannya, jadi kenapa pria lain tak bisa?Tristan adalah pria normal yang membutuhkan penyaluran hasratnya. Detektif Hudson tak akan membuat poin itu sebagai kekurangan Tristan untuk menjatuhkannya. Tidak. Dia pasti menyembunyikan sesuatu, pikir detektif Hudson.“Sepertinya dia pria baik-baik.” Summer membuang sisa permen karetnya, sengaja mengorek informasi yang diketahui oleh detektif Hudson.“Jika keuanganmu tidak bermasalah, bukan berarti kamu bersih, Nona,” sahut detektif Hudson santai.“Kamu curiga padanya?”“Sejak awal aku menangani kasus ini, ya, aku mencurigainya dan juga satu orang lainnya. T

  • Suami Wasiat sang Nona Muda   Bukan Takdir

    “Kamu baik-baik saja?”Isabelle setengah berlari menyusul Mellany yang sedang duduk di lobi rumah sakit. Mellany terlihat manyun, namun begitu melihat Isabelle, air matanya malah menetes. Mellany tidak tahu apa yang sedang dia rasakan, perasaannya terlalu tulus untuk pria itu.Tapi dia menikah dan punya anak! Waktu pertama kali bertemu, Ben mengatakan istri dan anaknya meninggal. Sepertinya, waktu itu dia menggunakan alasan itu untuk menjauh dari Mellany. Tapi Mellany kembali lagi dan bertemu secara tidak sengaja dengan Ben.Dia pikir itu adalah sebuah takdir, tapi tak tahu, itu adalah bencana.“Kamu menangis?” Isabelle terkejut. “Bukankah kamu bilang hanya medical check biasa? Apa ada yang salah dengan hasilnya?”Mellany menggeleng. “Hasilnya belum keluar.”“Lalu apa yang kamu tangisi?”“Aku bertemu pria itu lagi.” Tangisan Mellany mereda. “Saat pertama kali bertemu dia, dia mengatakan baru saja kehilangan anak dan istrinya. Tapi tadi, aku melihatnya menunggui seseorang dan itu puter

  • Suami Wasiat sang Nona Muda   Takdir

    Ben menggosok matanya saat melihat nominal biaya pengobatan yang harus dikeluarkannya untuk Sora. Sora membutuhkan setidaknya dua jenis operasi untuk mneyelamatkan nyawanya dan Ben memang berniat untuk bertanggung jawab.Dia hanya tidak menyangka kalau ternyata biayanya akan sebanyak ini.Pria itu menyerahkan kartu kreditnya. Entah bagaimana caranya untuk membayar tagihan kartunya bulan depan, namun dia akan berusaha. Saat ini, menyelamatkan nyawa Sora jauh lebih penting. Dia masih bisa mencari pekerjaan lain di luar sana sementara Sora mungkin hanya memiliki kesempatan hidup kali ini saja.Dia menghela nafasnya dalam-dalam. Kepalanya berdenyut sakit. Dia berkendaraan untuk mencari sedikit celah untuk kasus minyak esensial yang merenggut nyawa istri dan anak dalam rahim istrinya. Dia tidak bisa mengandalkan orang-orang itu lagi walau mereka berjanji akan menegakkan keadilan untuknya.Nyatanya, setelah Revive Orion dinyatakan tidak bersalah, kasus itu langsung tenggelam. Tak ada stasiu

  • Suami Wasiat sang Nona Muda   Karena Kamu!

    Judy membereskan barang-barang terakhirnya saat dia mendengar sebuah bunyi mencurigakan di luar apartemen. Dia seperti mendengar derap langkah dengan tempo tak biasa, seperti orang-orang yang tengah mengerubuti bangunan itu.Setelah Tristan memberitahunya soal kemungkinan persembunyiannya diketahui, Judy segera meminta orang-orangnya untuk memindahkan sejumlah komputer dan juga beberapa kardus berkas terlebih dahulu. Dan setelah barang-barang utama itu dipastikan selamat oleh Judy, baru dia menyusul.Namun siapa yang menyangka kalau ternyata langkahnya akan terlambat beberapa menit. Orang-orang ini sudah mengepung apartemen tempatnya dan Tristan melakukan pertemuan, Judy bisa melihat bayangan mereka dari celah bagian bawah pintu.Wanita itu mengambil pistolnya, menyematkannya ke belakang tubuh. Judy membuka jendela, menyelempangkan ranselnya dan segera turun melalui tingkap yang sedikit menjorok. Dia menempel tubuhnya ke dinding, menggeser kakinya selangkah demi selangkah hingga dia t

  • Suami Wasiat sang Nona Muda   Tabrakan

    “Gagal!” kata Tristan lewat ponselnya.Dia mengurut keningnya pelan. Dia menghembuskan asap rokok ke udara saat dia berada dalam ruangan khusus untuk perokok. Jepang memang kota yang unik dan tegas. Jika di Amerika dia bisa merokok kapan saja dan dimana saja, di negara ini berbeda.Isabelle menunggu di luar. Gadis itu terlihat sedih karena kematian Tetsuka. Saat mengetahui kalau yang dibawa polisi adalah mayat Tetsuka, Isabelle menangis tak karu-karuan. Apalagi ketika istri Tetsuka meraung sambil meneriakkan nama puteri mereka, tangisan Isabelle makin tak terkendali.Bulan madu ini membawa bencana, pasti begitu pikir Isabelle.Tristan menunggu sampai akhirnya Judy bicara, lebih tepatnya meneriakinya. “Apa yang kamu lakukan selama di sana? Bukankah kamu bilang tujuanmu untuk mencaritahu rahasia Tony? Atau, kamu malah terlalu fokus menghabiskan waktumu dengan Isabelle?”“Judy, apakah kamu tahu bukan itu masalahnya?”“Lalu apa?” teriak Judy lagi.“Seseorang mengikuti kita, mengerti!” Tri

  • Suami Wasiat sang Nona Muda   Aksi Bunuh Diri

    Mereka menghabiskan waktu mengunjungi beberapa tempat di Jepang. Seumur hidup, ini adalah perjalanan yang paling mengesankan bagi Isabelle. Bagaimana tidak, dia hanya membawa pakaian yang melekat dalam badannya, dan ketika mereka tiba, ternyata di dalam kamar hotel sudah tersedia setidaknya empat pasang gaun Yves Saint Laurent di atas tempat tidur.Ternyata, Tristan benar-benar sangat mempersiapkan bulan madu mereka. Hal itu membuat Isabelle merasa sangat dicintai oleh pria itu. Dia tidak akan melupakan hal ini seumur hidupnya.Keduanya berjalan menyusuri Shibuya, berpapasan dengan banyak pengunjung lainnya seperti mereka. Shibuya adalah kota yang hidup selama dua puluh empat jam. Banyak toko-toko branded di sini, salah satunya adalah toko Revive Orion yang dikunjungi oleh keduanya dengan sengaja.“Halo, Tuan Tristan. Senang melihat Anda kembali,” sapa sang manager, Shiba Tetsuka.Pria berusia lima puluhan itu membungkukkan tubuh pada Tristan dan Isabelle, dan keduanya melakukan hal y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status