LOGINPengadilan memutuskan menjatuhkan hukuman mati pada David Castel dan Julia Hawthorne. Semua bukti-bukti tindakan kriminal mereka selama bertahun-tahun telah diserahkan Detektif Don pada pihak kepolisian.Pengadilan itu dilakukan secara terbuka dan disiarkan oleh TV dalam negeri maupun swasta. Kedua pasangan itu terbukti melakukan tindakan pembunuhan berencana pada Tony Hawthorne dan juga Stephani Hawthorne. Sebuah kasus yang mengguncang dunia dan menjadi topik hangat pemberitaan selama berminggu-minggu.Isabelle mematikan saluran televisi. Gadis itu pindah ke balkon, menikmati kesunyian malam yang membelai tubuhnya dengan lembut. Dia butuh pemulihan selama beberapa hari dan harus didampingi oleh psikolog. Sampai detik ini, Isabelle juga harus mengkonsumsi obat penenang agar dia bisa normal kembali.Daun pintu terbuka. Gadis itu menolah, Tristan tersenyum hangat padanya dan membawa segelas susu.“Minumlah. Kamu harus istirahat.”Keduanya belum bicara dengan terbuka sejak kejadian di vi
Ingatan Isabelle tiba-tiba memutar ulang kejadian tiga tahun lalu, ketika kakaknya Stephani menghubunginya beberapa kali, sebelum keesokan harinya dia mendapat kabar jika kakaknya itu kecelakaan. Malam itu, rupanya Stephani tidak sengaja melihat David dan Julia memadu kasih layaknya suami istri, dan dia berniat memberitahu keluarga besar Hawthorne.“Aku hanya mengutak-atik beberapa fungsi mesin mobilnya. Dan bummm, kecelakaan terjadi, dan dia mati,” bisik David tenang.Isabelle menatapnya, marah, lalu tangannya terayun untuk menampar wajah David. Air mata menggenang di wajah Isabelle, namun dia tidak terisak-isak, melainkan diam saja karena dirinya sudah dipenuhi terlalu banyak amarah dan kekecewaan.“Kamu gila!”David tertawa, mengangguk seolah dia membenarkan. “Tapi bagaimana pun juga, kematian Tristan adalah hal yang paling menakjubkan. Bayangkan, kami hanya perlu mengirim beberapa foto dan tangkapan layar percakapan yang sudah diedit, lalu dengan tanganmu sendiri, kamu menusuk tub
Detektif Don berbicara dengan sangat panjang pada dua orang petugas keamanan villa yang berjaga di gerbang tinggi itu. Dia menghabiskan waktu hingga nyaris setengah jam di sana, membujuk agar keduanya mengizinkannya bertemu Isabelle.Tapi kedua petugas itu tetap menolak.“Nona Isabelle sudah berpesan, tidak ada yang boleh masuk ke dalam villa, Tuan.”Detektif Don berdecak, setengah marah, tapi kemarahan bukanlah jalan. Pria itu menatap jauh ke dalam bangunan megah berlantai tiga itu. Dia diam sejenak, menatap kedua petugas yang tampaknya tak mau melonggarkan penjagaannya.“Jadi dia sendiri di sana? Kalian tidak takut pada keselamatannya?”Kedua pria itu saling bertukar pandang.“Kalian juga tahu kalau sekarang keadaan keluarga Hawthorne sedang kacau. Bagaimana kalau Isabelle menghadapi masalah di sana? Kalian bersedia menanggungnya?”Detektif Don masih membujuk, dan kedua pria itu masih saling bertukar tatapan.“Siapa bilang Nona sendirian di sana?”Mata Detektif Don menyipit.“Maksud
Isabelle menyendiri di villa peninggalan ibunya. Villa besar itu tidak pernah ditinggali, tapi dia menempatkan pelayan di sana untuk selalu membersihkannya setiap waktu. Ketika sedang banyak masalah, Isabelle biasanya berada di sana, menghabiskan waktu untuk memikirkan apa pun yang membuatnya gelisah.Dia sudah menangis banyak sekali, sejak malam dimana dia menghabisi nyawa Tristan dengan tangannya sendiri. Menyesal? Sudah pasti. Isabelle berpikir, kenapa dia harus impulsif? Kenapa dia tidak menunggu penjelasan Tristan?Ya, dia memang curiga. Tristan selalu ada di semua kejadian aneh yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Tapi bagaimana kalau perkataan David benar? Bagaimana kalau seseorang menjebaknya? Tapi semua foto itu bukan rekayasa, Isabelle sudah membuktikannya lewat seseorang yang ahli.Tapi ....Sesuatu yang besar hilang dari dirinya. Sesuatu membuat dadanya kosong, meninggalkan lobang yang menganga lebar, yang siap menyedot perasaan dan akal sehatnya. Kini yang tersisa dalam
Judy berdiri di kejauhan, tangannya mengepal kuat, ketika Isabelle berjalan gontai menuju pemakaman. David ada di sisinya, terlihat beberapa kali menyeka air mata di wajah Isabelle. summer mendekat, berdehem pelan hingga Judy memutar tubuh menatapnya.“Kenapa tidak mendekat?” gumam Summer.Judy diam, tidak menyahut sama sekali. Summer menghela napas, tanah yang diinjaknya sedikit lembek karena habis diguyur hujan. Gadis itu menatap punggung Judy lama sebelum akhirnya kembali bergumam, “Maaf, aku tak tahu hubunganmu dan Tristan ternyata hanya sebatas rekan kerja.”Summer memang pada akhirnya tahu, ketika Detektif Don berulang kali menyangkal hubungan ibu kandungnya itu dengan Tristan. Dan malam ketika Tristan dikabarkan meninggal, dia baru saja bertemu pria itu.Tristan mengungkapkan identitasnya pada Summer, dan menyebut jika dia tidak pernah memiliki hubungan ambigu dengan Judy. Malam itu sebelum Tristan pulang, dia menghabiskan banyak waktu untuk mendengar semua hal yang dikatakan p
“Kenapa kamu bertindak sejauh ini?”David mengelus rambut Isabelle, ketika keduanya duduk di kursi tunggu rumah sakit. Ketika David tiba, dia hanya bisa diam menyaksikan tubuh kaku Tristan tergeletak di lantai. Tanpa pikir panjang dipanggilnya pelayan untuk segera membawa Tristan ke rumah sakit.Entah apakah dia masih bisa menyelamatkan nyawa pria itu atau tidak. Tapi David tetap berusaha melakukan yang terbaik selagi dia menenangkan Isabelle.“Bukankah kamu mencintainya? Kenapa kamu melakukannya?”Isabelle diam cukup lama, jemari dinginnnya saling bertaut gelisah. David menghela napas, dia menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah sakit. Lampu indikator ruang operasi masih menyala sejak 30 menit yang lalu, dan entah kapan lampu itu padam dan pintu akan terbuka.David memejamkan mata, lalu bergumam pelan. “Aku tidak akan menghakimimu atas apa yang kamu lakukan. Tapi, bertengkar sampai melukai Tristan, aku tidak bisa membenarkanmu atas semua ini, Belle.”“Dia berkhianat padaku,” sahut Bel







