Pintu ruangan Cleo dibuka oleh seseorang dan orang itu adalah Bram.
"Maaf mbak Cleo! Laki laki ini memaksa masuk dan mengancam akan merusak barang barang butik!
Nina segera menjelaskan situasi yang sedang terjadi diluar.
"Tidak apa apa Nina! Biar ini menjadi urusanku! Suruh saja security berjaga didepan siapa tahu aku membutuhkannya untuk menyeret laki laki tidak tahu malu ini. " Ucap Cleo ketus bercampur geram menatap Bram.
"Baik mbak!"
Nina bergegas melakukan yang diperintahkan Cleo.
"Apa maksudmu seperti itu? Kau ingin mengusirku paksa!"
"Iya karena kau sangat mengganggu ketenangan tempat ini."
"Karena kau sedang berduaan dengan laki laki miskin ini sehingga kau berkata kasar padaku!"
Surya langsung terusik mendengar kata kata hinaan untuknya itu tapi masih mencoba ditahannya karena ingin tahu siapa laki laki kurang ajar ini.
"Untuk apa lagi kau datang ketempat ini! Kita tidak punya hubungan apapun sejak bebera
Haikal baru saja menyelesaikan shalat berjamaah dan bermaksud untuk beristirahat sejenak sebelum memantau kembali proses pembangunan mesjid seperti yang diminta oleh Jelita. Ibu Jelita memang memintanya memantau dan mengirimkan laporan setiap perkembangan pembangunan mesjid itu. Haikal baru saja memejamkan mata saat pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Hati Haikal sebenarnya sedikit dongkol karena dia hampir saja tertidur tapi karena ketukan pintu itu membuat rasa kantuknya seolah terbang entah kemana. Haikal kembali memakai pakaian muslimnya dan merapikan dirinya sebelum beranjak untuk membuka pintu. Pintu terbuka dan Haikal langsung terkejut melihat seseorang yang berdiri didepan pintu. "Lila!" Seseorang itu memang Lila tapi seperti sedang menyamar karena tidak berpakaian tidak seperti sebelumnya saat datang bersama suaminya. Haikal tahu kalau itu agar tidak membuat orang orang curiga. "Apa kabar mas?" Sebuah sapaan yang te
Yusuf sengaja memarkir mobilnya diluar pekarangan rumah karena tidak ingin membuat Selia, istrinya curiga dan tau kepulangannya. Sudah beberapa hari ini Yusuf curiga telah terjadi sesuatu dengan Selia. Awalnya Yusuf menganggap hal itu biasa saja tapi melihat sikap Selia yang semakin mengacuhkannya membuat dirinya bertanya tanya apa yang sudah terjadi. Kecurigaan Yusuf semakin kuat setelah beberapa kali memergoki Selia berbicara sembunyi sembunyi dengan seseorang di telpon dan ketika bertanya Selia justru marah dan mengatakan itu bukan urusannya. Yusuf melihat sebuah mobil lain yang sedang terparkir di garasi. "Siapa yang mengunjungi, Selia?" Yusuf mendengungkan pertanyaan itu dalam hati. Yusuf bergegas masuk dan tidak menemukan siapapun di ruang tamu. Yusuf langsung terkejut saat mendengar suara suara yang mencurigakan dari kamarnya yang ada dilantai dua. Pikiran pikiran buruk mulai menguasai kepalanya tentang apa yang dilakukan oleh Selia dikamar pribadi mereka dengan seorang lak
Yusuf perlahan mengambil map yang berserakan dilantai dan melihat isinya. Yusuf terkejut dan menggeleng tidak percaya dengan apa yang terlihat didalam map itu. "Apa ini?" "Seharusnya aku yang bertanya mengapa mas tega melakukan perbuatan ini padahal selama ini aku sudah percaya sepenuhnya dengan mas Yusuf, tapi ternyata mas menyalahgunakan kepercayaan ku dan ingin mengambil semua harta warisan ku." "Aku tidak tahu menahu tentang soal ini, mas sama sekali tidak pernah membuat surat ini, ini fitnah, Selia." "Apanya yang fitnah jelas jelas di surat itu tertulis nama dan ada tanda tangan mas jadi tidak perlu mengelak lagi." "Pak Ferdi, tolong jelaskan ini, Pak Ferdi tahu semua yang sudah terjadi kalau saya tidak pernah melakukan apapun." "Maaf Yusuf kali ini saya tidak bisa membantumu, aku tidak mau membohongi Selia. Selia ini adalah istri yang baik yang harusnya kau lindungi tapi kau suami yang jahat dan punya niat ingin menguasai semua harta kekayaan Selia." "Kebohongan apalagi ya
Yusuf hanya menggeleng mendengar kata-kata istrinya yang sama sekali tidak lagi mempercayainya. Selia dan Ferdi memilih untuk turun ke lantai bawah dan menunggu Yusuf yang sedang mengemasi barang-barangnya. Yusuf kemudian memasukkan beberapa potong bajunya ke dalam koper, dia menatap foto pernikahan yang ada di meja diambilnya foto itu kemudian di dekap nya. "Mas sangat mencintaimu dan selalu akan mencintaimu tak peduli berapapun rasa sakit yang kau berikan kepada mas." Bisik hati Yusuf dengan kesedihan yang sangat mendalam. Yusuf memasukkan foto pernikahan itu ke dalam kopernya dia sama sekali tidak mengambil barang-barang apapun milik Selia karena dia tau itu bukan barang barangnya. Jam tangan yang dipakainya pun dilepas dan di taruh nya dimeja karena itu hadiah ulang tahun yang diberikan oleh Selia. Mengingat itu saja sudah membuat air mata Yusuf tidak berhenti mengalir. Yusuf melihat lagi kamar yang sudah ditempatinya selama lima tahun bersama Selia. Banyak hal yang sudah terj
Yusuf kemudian melaksanakan salat ashar dengan khusuk. Segala rasa sedih, galau dan sakit hatinya di tumpahkan di dalam doanya, air matanya sampai tidak tertahan setiap kali dia memanjatkan doa dan meminta pertolongan atas nasib yang sudah menimpanya. "Ya Allah ampuni hamba mu ini, hamba hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Hamba memohon pertolonganmu ya Allah, saat ini hamba sedang dalam fitnah orang lain, bantulah hamba untuk mencari kebenaran dan membersihkan nama baik hamba. Ya Allah ya Robbi bila memang garis jodoh dengan istri hamba sudah putus, hamba rela dan ikhlas menerima semua takdirmu." Yusuf berdoa begitu khusu sampai tidak sadar kalau seseorang sudah duduk di dekatnya dan memperhatikan sejak dia mulai berdoa. Orang itu tampak ikut prihatin melihat keadaan Yusuf. "Sepertinya kau sedang dalam masalah besar." kata orang itu membuat Yusuf segera menoleh dan melihatnya. "Maaf pak ustad saya tidak sadar kalau pak ustad ada disini." "Sepertinya kau orang
Yusuf dan Haikal sedang menikmati sarapan pagi yang mereka buat bersama. Mereka saling menertawakan status mereka. "Sepertinya kita harus buat grup suami suami yang tersakiti deh, jadi nanti anggotanya adalah suami suami yang disakiti istrinya." "Ustad suka benar deh kalau bercanda." Mereka tertawa lagi seperti sudah melupakan semua masalah mereka. "Kenapa ustad tidak menikah lagi?" "Yang satu aja belum selesai, masa nambah masalah lagi, lagi pula siapa yang mau pada laki laki miskin sepertiku." "Ustad masih lebih beruntung. Lah saya, sudah di gugat cerai, di usir pula jadi sempurna sudah penderitaan ku." Mereka saling menertawakan keadaan masing masing lagi. "Jadi temanmu sudah membalas pesan mu?" "Iya ustad, nanti dia jemput kesini dan untuk sementara tinggal di rumahnya dulu sambil nyari kerja." "Padahal kau bisa tinggal disini, sampai mendapatkan kerja." "Tidak enak sama ustad takutnya merepotkan." "Saya malah senang ada teman ngobrol, sudah lama tidak punya teman untuk
Yusuf tersenyum dan itu membuat Surya menjadi sedikit heran."Apa kau sedang menertawakan penderitaanku?""Bukan seperti itu hanya saja aku sedang teringat kata-kata ustad Haikal kalau kita itu adalah suami suami yang tersakiti.""Iya juga sih, sepertinya kita memang harus buat grup suami suami yang tersakiti."Yusuf dan Surya tertawa bersama dan melupakan perlakuan Erni yang membuat sakit hati. Erni yang penasaran mengintip dan melihat Surya dan Yusuf tertawa lepas seperti tidak ada beban. Erni hanya mendengus kesal."Dasar laki laki tidak berguna." Kata Erni masuk ke kamar setelah membanting pintu."Mak lampir ngamuk lagi." Kata Surya yang dibalas senyum oleh Yusuf.Pagi harinya, Yusuf ikut dengan Surya untuk melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja.Tapi ternyata sesuatu terjadi. Surya minta maaf pada Yusuf karena pekerjaan yang dijanjikannya ternyata sudah diisi oleh orang lain."Tidak apa-apa bro ini bukan salahmu mungkin saja belum rezeki ku untuk bekerja di tempat ini.
Yusuf sengaja menunggu Selia dan Ferdi di parkiran. Ada suatu hal penting yang ingin dikatakannya pada Selia menyangkut hubungan mereka. Yusuf segera menghampiri Selia dan Ferdi yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Selia sedikit terkejut melihat kedatangan Yusuf apalagi melihat wajah lelaki yang masih berstatus suaminya itu tampak sangat sedih dan menanggung banyak beban. Selia hendak menyapa Yusuf tapi Ferdi lebih dulu menyerang Yusuf dengan kata-kata yang menyakitkan hati. "Mau apa lagi kau lelaki pecundang? Belum puas kau menipu Selia? Atau kau mau dilaporkan polisi saat ini juga." Cecar Ferdi tidak memberi kesempatan pada Yusuf untuk berbicara dengan Selia. "Selia masih berstatus istriku sampai dengan detik ini jadi aku masih berhak untuk berbicara dengannya itu pun kalau kau masih punya malu." Yusuf sengaja menekankan kata kata masih istriku untuk membuat Ferdi sadar diri. "Kau..." Ferdi bermaksud untuk memukul Yusuf tapi dengan sigap