Yusuf terus berjalan tak tentu arah perasaan sedih di hatinya membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih sampai dengan detik ini dia belum percaya kalau ibu yang sangat disayanginya ternyata saya tega mengusirnya tanpa mau mendengar penjelasan darinya.Yusuf duduk di pinggir jalan dan menatap kosong ke depan. Penampilannya sekarang sudah seperti gembel, pakaian yang dipakainya pun sudah tidak karu-karuan karena keringat yang terus membasahi seluruh tubuhnya."Selia, kau sungguh tega menghancurkan hidupku. Selama ini aku sudah tulus mencintaimu melakukan apapun untuk membahagiakanmu tapi begini balasan untukku kau bahkan membuatku dibenci oleh ibuku sendiri."Yusuf terus menyesali dirinya dia benar-benar kalut karena tidak punya solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Ingatannya bergulir pada ustad Haikal yang pasti bisa membuatnya lebih tenang dengan memberikannya pencerahan pencerahan terkait masalah yang sedang dihadapinya.Sayup-sayup terdengar suara adzan yang membuat Yusuf ter
Yusuf berusaha berlari sekuat tenaga karena tidak ingin ditangkap oleh orang-orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Sambil berlari Yusuf berpikir siapa kira-kira yang ingin menangkapnya dan ada urusan apa sehingga harus secara paksa seperti ini.Yusuf segera masuk kedalam terminal yang cukup ramai sehingga orang orang yang mengejarnya cukup kesulitan untuk menangkapnya.Yusuf sengaja berbaur dengan penumpang yang sedang menunggu bus yang akan membawa ke tujuan mereka agar leluasa melihat orang orang yang sedang mengejarnya.Yusuf segera bersembunyi diantara penumpang saat melihat salah seorang dari laki laki yang mengejarnya berjalan menuju ke arahnya.Yusuf menarik nafas lega saat orang itu berlalu dan tidak melihatnya. Baru saja merasa sedikit lega dari arah yang lain datang lagi salah seorang dari orang yang ingin menangkapnya dan arahnya tepat ke tempatnya bersembunyi. Yusuf segera menggeser tubuhnya dan menempatkan dirinya diantara barang barang bawaan penumpang sehingga tidak
Yusuf membuka mata dan menemukan dirinya di dalam sebuah kamar yang bagus. dia melihat seluruh isi kamar itu dan memastikan kalau kamar itu bukan gudang seperti yang biasa dipakai oleh penculik.Hal itu membuat Yusuf semakin heran apalagi dia tidak menemukan tangannya terikat."Ini aneh seharusnya penculik itu mengikat dan menempatkanku di gudang yang kotor tapi ini mereka membiarkanku bebas dan istirahat dengan layak seperti ini, ada apa sebenarnya ini?" Pertanyaan-pertanyaan itulah yang memenuhi pikiran Yusuf dan tentu saja tidak menemukan jawaban karena memang semua yang terjadi padanya masihlah misterius dan membingungkan pikirannya.Yusuf terkejut ketika melihat dompetnya yang hilang juga ada di dekatnya buru-buru dia memeriksa isinya dan semuanya masih lengkap buangnya yang tidak seberapa pun masih ada dan semua kartu identitas dan kartu-kartu pentingnya masih ada tidak hilang satupun.Keadaan ini semakin membuat Yusuf bingung dan dalam kebingungannya pintu kamar yang ditempatin
Yusuf akhirnya setuju untuk menemani Bryan di rumah sakit. "Kau bisa menyetir?""Bisa Bu.""Baguslah, mungkin suatu hari itu akan berguna.""Iya Bu.""Kau ikut denganku, untuk melihat Bryan tapi nanti kau jangan bikin ulah dan menjanjikan apa apa pada putraku karena nanti aku yang akan repot. Kau paham!""Iya Bu." Yusuf berjalan mengikuti langkah Bella yang kini keluar dari rumah yang besar dan megah itu. Yusuf berdecak kagum melihat rumah Bella yang lebih mirip istana. "Jangan pernah berpikir untuk kabur.""Tidak kok Bu, saya hanya takjub saja melihat rumah ibu yang layaknya istana."Sejenak Bella melihat Yusuf dan tidak melihat kepura-puraan di wajahnya, dia tulus dengan yang dikatakannya."Ini rumah orang tuaku jadi tidak usah takjub padaku."Yusuf diam dan tidak bicara lagi, sikap Bella yang dingin dan tegas membuatnya merasa serba salah."Baiklah Bu, saya tidak akan bicara lagi sampai ibu meminta saya untuk bicara."Yusuf kemudian naik ke mobil yang sama dengan Bella, bedanya B
"Iya, om akan menemani Bryan sampai sembuh supaya bisa bermain lagi.""Sungguh?""Iya, makanya Bryan harus segera sembuh dan harus menurut kata kata dokter.""Bryan mau asal om Yusuf berjanji akan selalu menemaniku."Yusuf tidak punya pilihan karena tidak mungkin terang terangan menolak keinginan Bryan yang sedang sakit."Maafkan om, kalau nanti tidak bisa memenuhi janji padamu, saat ini om hanya ingin melihatmu segera sembuh." Itulah yang sedang dikatakan Yusuf didalam hatinya."Apa maksud laki laki ini berkata seperti itu pada putraku, apa mungkin dia sanggup untuk berada di sisi Bryan dalam waktu yang lama. Apa dia punya maksud dan niat terselubung." Lain Yusuf maka lain pula yang sedang dipikirkan oleh Bella. Dia tetap menaruh curiga pada Yusuf yang bersikap sangat manis pada putranya."Pokoknya aku harus berbicara secepatnya dengan laki laki ini dan mencari tahu apa maksud dan tujuannya memperlakukan Bryan dengan sangat manis." Pikiran pikiran buruk dan berbagai prasangka terus s
Yusuf kemudian masuk ke ruang rawat Bryan lagi. Dia tidak ingin membuat Bryan berpikir dia pergi lagi saat nanti terbangun.Dan benar saja, saat membuka mata nama Yusuf yang langsung disebut oleh Bryan. Bryan masih terus menyebut nama Yusuf sampai akhirnya berhenti saat melihatnya sedang melakukan shalat."Om disini sayang?" Yusuf segera menjawab dan mendekat saat sudah mengucapkan salam. Dia bahkan belum sempat berdoa karena segera menjawab panggilan Bryan."Kupikir om pergi lagi seperti saat itu, meninggalkanku saat sedang tidur.""Om sudah berjanji dan janji itu harus ditepati karena kalau tidak ditepati itu namanya orang munafik dan orang munafik itu sangat dibenci oleh Allah.""Apa itu munafik, om?"Yusuf kemudian duduk didekat Bryan dan tangannya mulai membelai rambut anak itu."Apa Bryan belum mempelajarinya di sekolah?"Bryan menggeleng karena selama ini jarang mendapat pelajaran agama di sekolahnya. Yusuf menggeleng karena membayangkan Bryan yang tidak memiliki dasar agama sa
Yusuf segera menghapus air mata yang menetes dari pelupuk matanya saat mendengar Bryan memanggil namanya."Kenapa Om menangis? Apakah Bryan sudah membuat Om bersedih?" Yusuf mencoba tersenyum agar tidak membuat Bryan bertanya lebih jauh lagi tentang alasan yang membuatnya menangis."Om tidak apa-apa, hanya sedang teringat dengan ibu yang sedang sakit di kampung." Jawab Yusuf mengutarakan alasan yang membuat Bryan tidak curiga dan berpikiran lain."Nanti Bryan akan bicara dengan Mama agar membantu biaya pengobatan Ibu om, kalau perlu bawa saja Ibu Om ke sini biar agar tidak bersedih lagi." Yusuf terharu mendengar kata-kata Bryan yang begitu tulus. Dia tidak menyangka anak yang baru dikenalnya beberapa hari ini begitu tulus memberikan perhatian padanya bahkan punya pemikiran lebih jauh yang belum pernah terpikir olehnya sekalipun."Terima kasih sayang, tapi biarlah urusan ibu menjadi tanggung jawab Om." Ingatan Yusuf bergulir saat ibu mengusir dan tidak mengakuinya lagi sebagai anak
Yusuf sudah merapikan semua barang barang Bryan termasuk mainan yang dimintanya selama di rawat dirumah sakit. "Biarkan saja disini, aku masih banyak mainan di rumah.""Tidak boleh seperti itu sayang, tetap saja ini dibeli dengan uang jadi tidak boleh sembarangan dibuang.""Mama tidak pernah mengatakan seperti itu.""Mungkin mama lupa, tapi sekarang om yang jadi pengasuh mu jadi biarkan om yang merapikan semuanya kalaupun nanti Bryan tidak mau lagi menggunakannya bisa diberikan pada anak anak lain yang ingi sekali punya mainan seperti ini tapi tidak punya uang untuk membelinya.""Terserah om saja."Yusuf tersenyum karena Bryan akhirnya mengalah dan tidak mempermasalahkan lagi soal mainan itu."Sekarang kita pulang saja tidak perlu menunggu mama karena mama pasti sibuk." Ucap Bryan tapi Yusuf dapat menangkap kesedihan dalam nada bicaranya."Tunggu mama sebentar lagi, om yakin mama akan datang karena tidak mungkin mama akan melewatkan hal penting seperti ini." Yusuf terus berusaha agar