Share

Bab 101

Penulis: Sri Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 19:17:08

Malam Pertemuan

Restoran klasik di jantung kota berselimut cahaya temaram dan lantunan piano yang mengalun pelan. Malam itu menggantungkan ketenangan palsu di udara. Arfan datang lebih awal, duduk di sudut ruangan yang sudah dipesan atas namanya. Kemeja hitam membalut tubuhnya, rambutnya tersisir rapi. Tapi sorot matanya, ah, sorot itu tak bisa berbohong, sendu, kosong, seperti jiwanya tertinggal entah di mana.

Yuliana sudah memastikan semuanya. Arlena akan tiba pukul tujuh tepat.

"Bersikaplah terbuka, Fan. Jangan dingin seperti biasanya," pesan ibunya sebelum ia pergi, berharap putranya membuka hati yang beku itu, walau hanya sedikit.

Arfan hanya mengangguk. Sebuah gerak refleks tanpa makna.

Beberapa menit kemudian, seorang wanita tinggi bergaun putih pastel masuk, seolah mengalir masuk ke ruang itu. Senyumnya anggun, langkahnya terukur. Ia mendekati meja Arfan.

“Arfan?” sapanya, lembut.

Arfan berdiri. Menyambut dengan senyum sopan. “Arlena?”

“Ya. Senang akhirnya bisa bertemu,” ucapn
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 103

    Arlena duduk dibalik kemudi mobilnya, jari-jarinya mencengkram setir terlalu kuat, seolah menggenggam kendali atas perasaannya yang rapuh.Mobilnya melaju menuju kawasan elit. Sebuah rumah besar berdiri anggun di balik pagar tinggi. Rumah keluarga besar Mahendra.Di teras, Yuliana sudah menunggu. Dengan dress satin hijau toska dan rambut disanggul rapi, perempuan setengah baya itu tampak tenang seperti biasa, tenang dengan cara yang mengintimidasi. Saat melihat Arlena keluar dari mobil, senyumnya mengembang.“Lena,” sapanya hangat. “Kau datang juga. Aku sudah menyiapkan teh melati kesukaanmu.”Arlena tersenyum kecil. “Terima kasih, Tante.”Mereka masuk ke dalam rumah. Hening menyelimuti ruangan seperti kabut tak terlihat. Arlena duduk di kursi tamu yang empuk, menatap teko porselen di meja dengan pandangan kosong.Yuliana menuangkan teh. Aroma melati memenuhi udara. “Kau terlihat lelah,” katanya lembut. “Hari ini sibuk?”Arlena mengangguk, lalu membuka suara pelan, “Tante… hari ini ak

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 102

    Langit pagi di Jakarta dipenuhi cahaya keemasan, menyusup lembut ke jendela-jendela kaca Mahendra Corp. Bangunan modern dengan interior minimalis elegan itu memancarkan aura prestisius. Hari itu istimewa bagi Nafeeza. Untuk pertama kalinya, ia resmi bekerja di Mahendra Corp, perusahaan besar milik keluarga calon suaminya, Rafa Mahendra.Dengan setelan blazer ivory dan pashmina abu muda yang sederhana namun rapi, Nafeeza melangkah ke ruang desain yang telah disiapkan untuk tim kolaborasi. Rafa menyarankan agar ia tetap menjadi dirinya sendiri, profesional, percaya diri, dan rendah hati, tak perlu merasa minder karena berada di bawah atap perusahaan keluarga. Nafeeza mengangguk saat itu, walau hatinya tak seutuhnya tenang.Hari itu, Mahendra Corp berkolaborasi dengan salah satu perusahaan desain interior terkemuka untuk proyek eksklusif: revitalisasi salah satu gedung budaya bersejarah di Bandung. Tim eksternal telah tiba. Nafeeza tengah memeriksa cetakan blueprint saat pintu ruangan te

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 101

    Malam PertemuanRestoran klasik di jantung kota berselimut cahaya temaram dan lantunan piano yang mengalun pelan. Malam itu menggantungkan ketenangan palsu di udara. Arfan datang lebih awal, duduk di sudut ruangan yang sudah dipesan atas namanya. Kemeja hitam membalut tubuhnya, rambutnya tersisir rapi. Tapi sorot matanya, ah, sorot itu tak bisa berbohong, sendu, kosong, seperti jiwanya tertinggal entah di mana.Yuliana sudah memastikan semuanya. Arlena akan tiba pukul tujuh tepat."Bersikaplah terbuka, Fan. Jangan dingin seperti biasanya," pesan ibunya sebelum ia pergi, berharap putranya membuka hati yang beku itu, walau hanya sedikit.Arfan hanya mengangguk. Sebuah gerak refleks tanpa makna.Beberapa menit kemudian, seorang wanita tinggi bergaun putih pastel masuk, seolah mengalir masuk ke ruang itu. Senyumnya anggun, langkahnya terukur. Ia mendekati meja Arfan.“Arfan?” sapanya, lembut.Arfan berdiri. Menyambut dengan senyum sopan. “Arlena?”“Ya. Senang akhirnya bisa bertemu,” ucapn

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 100

    Keesokan Harinya..Yuliana duduk di ruang keluarga, wajahnya kaku. Kopi pagi yang biasa ia nikmati kini dingin tak tersentuh. Matanya menerawang, mengingat jelas malam kemarin. Wajah Nafeeza yang tersenyum anggun, tangan yang digenggam Rafa di depan semua tamu istimewa, dan ucapan Danis yang menusuk hati.Wanita itu bukan hanya bertahan, ia menang.Dan itu membuat Yuliana terbakar dari dalam.“Fan,” katanya tiba-tiba saat Arfan keluar dari kamar. “Kamu masih mau menunggu perempuan itu?”Arfan hanya diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ada bagian dari dirinya yang masih mencintai Nafeeza, namun bagian lain merasa hancur oleh apa yang dilihat kemarin malam. Terutama karena, entah kenapa, ia merasa seperti orang asing di tengah hidup wanita yang dulu ia tinggalkan.“Mama tahu kamu masih berharap dia kembali. Tapi lihat sendiri, Fan! Dia memamerkan pertunangannya di depan kita! Itu penghinaan!”“Dia tidak memamerkan apa-apa, Ma…” gumam Arfan.Yuliana menatap tajam. “Oh, jadi kamu masih

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 99

    Dua Bulan Kemudian Langit cerah, dan burung-burung beterbangan rendah seolah ikut menyambut berita besar yang datang ke tangan Arfan pagi itu. Sebuah amplop tebal bersegel emas, dikirim langsung oleh utusan resmi, tergeletak di atas meja kerjanya. Arfan membuka amplop itu perlahan, rasa penasaran bercampur waspada. Matanya menyipit membaca isi undangan yang tercetak dengan tinta hitam elegan: Dengan hormat, Keluarga Besar Mahendra Corp. mengundang Tuan. Arfan Rahadian dan keluarga untuk menghadiri peresmian pewaris resmi Mahendra Corp. sekaligus pesta pertunangan sang pewaris, Dr. Rafael Mahendra. Acara akan dilaksanakan pada: Tanggal: Sabtu, 18 Mei Lokasi: Grand Mahendra Estate, Jakarta Selatan. Kehadiran Anda sangat kami harapkan untuk menjalin relasi serta menghormati tali kerja sama yang akan datang.* Hormat kami, Keluarga Mahendra Arfan diam. Nama itu, Rafael Mahendra, terasa asing, tetapi entah mengapa terasa dekat. “Dr. Rafael?” gumamnya. Ia menelan ludah. Pintu r

  • Suamiku, Aku Tak Sudi Mengejarmu Lagi!   Bab 98

    “Khemmm..”Pak Mahendra yang sejak tadi diam, akhirnya berdehem pelan. Suara deheman itu cukup membuat semua orang dalam mobil tersadar, terutama Rafa, yang langsung menegang.Itu bukan deheman biasa. Itu adalah isyarat. Sebuah peringatan yang halus namun tegas.Rafa tahu, ayahnya mengingatkan satu hal penting yang belum ia ungkapkan.Dengan gelisah, Rafa menatap jalan di depannya. Ia menarik napas panjang. Nafeeza memandangnya penuh tanya, lalu seperti mengerti bahwa masih ada yang belum disampaikan.“Feeza…” ucap Rafa perlahan, suaranya agak berat. Ia menggenggam tangan Nafeeza dengan lebih erat. “Ada satu hal lagi yang harus kamu tahu. Tentang rumah yang sekarang kamu dan Danis tempati.”Nafeeza menatapnya, alisnya mengernyit pelan. “Rumah itu? Bukankah itu hadiah dari perusahaan?Rafa menggeleng. Wajahnya tampak menegang, tapi ia tak bisa berbohong lebih lama. Ia tahu, kejujuran adalah satu-satunya jalan sekarang.“Rumah itu bukan dari Avila studio. Itu… dariku,” katanya akhirnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status