Pagi ini Niko tampak sibuk di dapur utama rumah sakit. Ia membuat sub untuk Viona yang tadi masih tidur. Suster Imay yang selalu mendampingi pria itu di dapur ini terlihat kagum dengan keahlian memasak Niko.
"Dokter! Kau luar biasa. Nona Viona pasti suka.""Aku harap begitu," Jawab Niko memasukan sub di panci ke dalam mangkuk lalu ia juga sudah tata nasi dan beberapa buah di atasnya.Setelah semuanya selesai, Niko melepas apron di tubuhnya lalu membawa nampan itu keluar dari dapur dengan suster Imay yang mengikutinya."Dia sudah bangun?""Tampaknya sudah, dok!" Jawab suster Imay dan Niko-pun bergegas menuju ruang rawat Viona.Ia tampak lebih semangat menjawab sapaan dari beberapa team medis yang berpapasan dengannya sampai ke pintu ruang rawat Viona.Niko membukanya bersiap untuk bicara tapi ia mematung saat melihat Melvin yang sudah datang tengah memeluk Viona yang tampak diam memandang ke arahnya."KauTernyata Melvin benar-benar menyuruh dokter Niko untuk menjaga Viona selagi ia masih di perusahaan. Niko yang tak keberatan sama sekali menerima permintaan Melvin dengan senang hati. Seperti sekarang, mereka dalam perjalanan menuju boutique Viona. Dokter Niko mengemudi dengan wajah yang berseri. "Kau terlihat sangat senang," Tegur Viona halus membuat dokter Niko tersenyum. "Bagaimana aku tak senang?! Melvin menyuruhku menjagamu dan kali ini aku tak akan kecolongan," Jawabnya penuh semangat. "Maaf. Sekali lagi aku merepotkan-mu." "Ayolah. Kenapa kau selalu minta maaf dan berterimakasih?! Jangan membuatku canggung," Decah dokter Niko tak suka. Pembawaan Niko yang konyol dan terbuka membuat Viona nyaman. Sangat berbeda saat bersama Justin hari itu. "Sebenarnya teman Melvin ada berapa?" "3 termasuk aku. Yang bersamamu kemaren itu Justin, dia memang pemain wanita dan cukup susah di atur," Jawab Niko penuh rasa bersalah. "Yang satu lagi?" "Barbara! Dia yang paling dewasa diantara k
Setelah melakukan perjalanan yang menyenangkan akhirnya mereka sampai ke Vio Boutique Fashion milik Viona yang tampak ramai. "Ini?" "Iya. Kecil memang, tapi cukup strategis," Jawab Viona dengan senang hati menunjukan tempat itu. dokter Niko memasukan mobil ke dalam gerbang di depan sana lalu berhenti untuk memarkir mobil. Ia melihat kiri kanan parkiran yang penuh. Senyumnya terulas senang dan kagum melihat ramai pengunjung disini. "Tempatmu luar biasa bisa seramai ini." "Bisa saja. Kau ingin masuk?" Tanya Viona seraya melepas seatbelt di tubuhnya. "Kalau boleh?" "Jelas boleh. Ayo!" Ajak Viona turun dari mobil. Dokter Niko tersenyum senang juga ikut turun lalu mendekati Viona yang terlihat selalu ceria. "Ini di bangun 1 tahun yang lalu. Setelah-ku selesai kuliah aku baru merintis boutique ini." "Kau kuliah desain?" Tanya dokter Niko seraya berjalan di samping Viona dan melihat ke sekeliling. "Iya. Kebetulan papaku punya pabrik kain yang kecil jadi, aku ingin membuat dua tempa
Menghabiskan waktu berjam-jam ada di ruangannya untuk mendesain tentu saja di lakukan Viona. Ia mengalihkan emosi yang tadi mengacaukan pikirannya pada goresan pensil di kertas. Tak terasa sudah pukul 7 malam. Tak ada yang menelpon Viona yang juga tak ingat lagi akan waktu pulang. "Nona!" Lily mengetuk pintu ruangan Viona. Tapi, sosok gadis berpita dengan wajah mungil cantik itu terlalu fokus tak begitu dengar. "Nona!" Dua ketukan terakhir menyadarkan Viona. Ia menghela nafas segera melirik jam di pergelangan tangannya. "Astaga!" Syok terperanjat. "Nona! Kau kenapa?" Suara Lily cemas dari luar. Viona bergegas membereskan meja dan beberapa kertas yang ia coret tadi. Tong sampah di dekat kursi sudah penuh menunjukan betapa keras ia berpikir. "Nona!" "Sebentar!" Jawab Viona segera mendekati pintu. Ia membuka pelan hingga tampaklah gadis muda yang tak begitu jauh darinya. "Nona!
Malam ini Melvin membawa Viona pergi jalan-jalan di sekitar kota. Keduanya terlihat menikmati momen dimana ada festival di lapangan luas yang sudah di terangi banyak lampion cantik berbagai macam bentuk siap di terbangkan.Bisa di katakan malam ini kencan pertama mereka. Biasanya baik Viona atau Melvin hanya bertemu ketika di suasana kerja atau beberapa waktu mendesak. "Nyalakan lampionmu!" Pinta Viona berdiri di samping Melvin yang sudah memeggang lampion emas berbentuk love begitu juga yang di peggang Viona. Sudah banyak pasangan kekasih yang ada di sekitarnya. Penyedia lampion tak jauh dari tempat mereka berdiri tengah melayani pengunjung yang datang. "KITA TERBANGKAN BERSAMA! SEBELUM ITU, BISA BUAT PERMINTAAN DULU!" Suara penyiar yang ada di tengah-tengah mereka. Semua orang memeggang lampion dengan bentuk kesukaan masing-masing. Viona memeggang lampionnya yang sudah menyala begitu juga Melvin dan yang lain. Mereka mulai
Kepulangan Melvin langsung mendapat masalah besar. Nyonya Amber tiba-tiba saja kembali kambuh hingga pria itu bergegas ke kamar mommynya. Kambuhnya penyakit nyonya Amber tentu karena terlalu memikirkan soal pesta peresmian jabatan Melvin yang gagal. Dokter Farhat sampai datang langsung memeriksa wanita itu. "Mommy!" Paniknya mendekat ke arah ranjang dimana nyonya Amber di baringkan. "Melvin!" "Mom! Apa yang terjadi? Kenapa sampai begini?" Tanya Melvin duduk di tepi ranjang menatap dokter Farhat. Wajahnya cemas menyimpan kekhawatiran. Apalagi, nyonya Amber terlihat pucat dan begitu lemah di infus. "Tuan muda. Nyonya mengalami tekanan berat alhasil, berpengaruh pada organ dalamnya. Apalagi, nyonya punya penyakit jantung kronis jadi hal yang membuatnya syok dan tertekan akan sangat berdampak buruk.""Mom! Maafkan aku," Gumam Melvin menggenggam tangan nyonya Amber yang menatapnya sayu. "Melvin! Kau baru pulan
Awan gelap yang tadi menggumpal di atas sana sudah tak lagi menahan lama. Tepat saat mereka sudah masuk ke mobil, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Dokter Niko menyalakan penghangat di dalam mobil karena udaranya cukup dingin. "Untung saja kita cepat. Jika tidak pasti sudah basah," Gumam Viona memasang seatbelt dengan rapi. "Kalau kau menunggu di sana lebih dari 1 jam. Kau pasti akan jadi bebek beku." "Tapi, untungnya kau datang," Ujar Viona tersenyum tulus. Dokter Niko juga membalas senyum itu tak kalah hangat. Ia menghidupkan mesin mobil dan melaju stabil melewati jalanan yang tak begitu ramai. Viona memeluk dirinya sendiri seraya bersandar ke kursi. Ia melihat kaca jendela mobil yang di aliri butiran air yang memanjang dengan kosong. Untuk sesaat suasana jadi sunyi. Viona larut dalam pikiran sendiri sedangkan dokter Niko juga fokus berkendara. Saat merasa tak nyaman, dokter Niko melirik Viona dari ekor mata
Pagi ini Melvin merasa ada yang berbeda dari Viona. Setelah pulang semalam, Viona tiba-tiba jadi sangat pendiam. Ia mandi dan langsung tidur tanpa mengatakan apapun pada Melvin yang saat itu juga tak bertanya. Seperti sekarang, Viona mengisi paginya dengan sibuk di meja balkon. Ia membuat beberapa desain sedari subuh lalu sampai jam 8 pagi tetap fokus ke sana. "Apa dia marah padaku?!" Gumam Melvin yang sudah rapi dengan stelan jas formal miliknya berdiri di belakang kaca balkon yang terbuka setengah. Pakaian itu di sediakan oleh Viona yang tak lupa akan kewajibannya. Hanya saja, sedari tadi gadis itu tak pernah bicara sama sekali. Karena tak nyaman di kondisi seperti ini, Melvin berjalan mendekati meja balkon. "Ini hari pertamaku masuk perusahaan sebagai presdir. Kau tak ingin memberi semangat?" Ucap Melvin terus menatap wajah cantik Viona yang pagi ini memakai bathrobe santai. "Semangat!" Singkat tanpa mengalihkan pandangan dari lembaran-lembaran kertas yang ia susun rapi. "K
Setelah berusaha tak memikirkan soal masalah pagi ini, akhirnya Viona dengan tenang bertemu nyonya Melinda. Tepat di restoran China tak jauh dari boutique miliknya, Viona menyapa sosok wanita paruh baya yang memakai hijab yang anggun. Senyuman wanita paruh baya itu terkesan hangat dengan kedua mata tenggelam karena pipinya terangkat. Ada ketulusan yang tak bisa Viona jabarkan. "Akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Nona!" "Jangan terlalu formal, nyonya! Kita sudah sering bertemu, panggil nama saja," Segan Viona menolak halus. Hal itu membuat nyonya Melinda tersenyum geli tapi ia memang sudah dekat dengan Viona. "Aku sudah lama tak menemui mu karena memang sibuk di negara asal suamiku akhir-akhir ini. Tampaknya kau juga sibuk, nak!" "Begitulah, mengurus boutique memang cukup melelahkan," Jawab Viona sambil tersenyum. Sepertinya nyonya Melinda belum tahu kabar pernikahan Viona yang juga tak mau memberitahukannya. "Bagaimana kabarmu? Nak!" "Baik, nyonya! Dan ini beberapa desain ga