Penyakit yang di derita nyonya Amber ternyata sudah sangat parah tetapi, wanita itu kekeh untuk tak melakukan tindakan operasi bahkan berobat ke luar negeri.
Tentu saja Melvin cemas jika kondisi seperti ini terus di biarkan maka, akan berdampak buruk bagi kesehatan nyonya Amber.Sejumlah usaha sudah di kerahkan. Nyonya Amber yang tadi baru sadar langsung mendapat desakan untuk pergi berobat secara intens tapi masih saja keras kepala."Mom! Sekali ini saja, turuti aku.""M..Melvin! Mommy baik-baik saja, nak! Sungguh," Ucapnya dengan nada lemah."Tapi, dokter mengatakan jika mommy sedang drop parah. Ini tak bisa di biarkan terlalu lama," Bantah Melvin sangat tak tenang.Nyonya Amber melirik Viona dari ambang pintu. Gadis lugu ini masih sedia menunggu bahkan terlihat jelas dari wajahnya menyimpan rasa cemas."Mom! Kau harus segera di tangani!""Nak! Mommy baik-baik saja. Lagi pula, disini ada kau dan istrimu yang sDi dapur besar kediaman Harrison. Viona tampak berdiri di depan wastafelnya dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir.Ia berusaha untuk tetap tenang dan normal tapi tetap saja. Ucapan nyonya Amber tadi benar-benar menyakiti hatinya."A..aku harus apa?!" Gumam Viona bingung. Apa ia harus bicara pada Melvin tentang ini tapi, jika pria itu melanjutkan masalahnya maka kondisi nyonya Amber akan semakin parah.Ia berusaha tak memikirkan masa lalu Melvin tapi, kemesraan dan kisah cinta yang manis itu terlalu mendalami bahkan membuatnya tak sanggup untuk mendengar lebih jauh."Tidak. Mungkin saja mommy masih belum rela jika Hellen tak menjadi menantunya. Kata mama aku harus membuat kesan baik di kediaman ini. Barulah mereka bisa menerimaku," Gumam Viona menyemangati dirinya sendiri.Para pelayan yang tadi melihat dari jauh hanya diam saling pandang. Sebenarnya ada yang kasihan melihat itu tapi sebagian juga puas karna merasa Viona
Setelah mengurus ibu mertuanya, Viona siang ini mendapat panggilan dari boutique-nya. Yah, Viona memang mendirikan sebuah boutique kecil yang baru hadir 1 tahun ini. Bisnis kecilnya itu memang selalu stabil tapi, semenjak ia menikah Viona jadi tak punya waktu mengurus pekerjaannya.Rencananya Viona mau minta izin pada Melvin untuk pergi ke Vio Boutique Fashion miliknya tapi, Melvin terlihat sibuk membicarakan soal bisnis dengan tuan Harrison yang terlihat berbincang di ruang kerja mereka."Melvin! Untuk sementara waktu kau pergilah dulu ke perusahaan. Aku ingin kau menyelesaikan beberapa masalah di sana menjelang kau menerima jabatan barumu!""Dad! Aku setuju. Lagi pula aku harus membiasakan diri dengan urusan bisnis kita," Jawab Melvin melihat beberapa berkas yang di ajukan tuan Harrison padanya."Yah, adikmu masih ada di luar negeri! Mungkin dia akan pulang beberapa bulan lagi."Melvin hanya diam. Hubungan Melvin dan adiknya meman
Viona sudah ada di boutique miliknya. Ia tengah berbincang dengan Lily asisten pribadinya yang mengontrol tempat ini ketika ia tak ada.Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Hanya saja, ada beberapa pelanggan yang meminta gaun pernikahan di desain langsung oleh Viona dan mereka ingin berjumpa secara empat mata sekaligus."Nona! Gaun pernikahan Flower yang kau buat memang sangat di nantikan. Nyonya Melinda yang selalu menantikan desain barumu itu ingin sekali memesannya langsung padamu!" Jelas Lily duduk berhadapan di meja kerja Viona yang tengah melihat bagaimana penjualan minggu ini."Hasilnya lumayan. Kapan nyonya Melinda ingin bertemu denganku?" Tanya Viona menutup pembukuan yang tadi ia baca.Gadis berambut kecoklatan dengan mata agak sipit itu membuka buku catatan jadwal di tangannya."Dua hari lagi jam 10. Dia menunggu nona di restoran Cina tak jauh dari area boutique.""Baiklah. Aku setuju! Beberapa desain yang tadi a
Viona yang di kelilingi banyak orang yang tak di kenal itu semakin bertambah takut. Ia berdiri di tengah-tengah lantai club dimana banyak wanita berpakaian terbuka yang tengah melancarkan aksinya.Justin berdiri di dekat meja yang ada beberapa pria seumuran dengannya. Terlihat jelas jika Justin sudah sering datang kesini sampai mereka tak asing lagi dengan sosok itu."Sepertinya gadis yang kau bawa itu tak asing.""Yah, aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat."Desas-desus mereka membicarakan Viona. Bahkan, ada yang dengan terang-terangan mendekati Viona yang tengah mengukuhkan pertahanan diri."Nona manis! Kenapa kau tampak sangat takut?" Tanya pria itu mendekat dan membawa segelas wine.Justin hanya melihat dari sudut. Ia ingin tahu, sampai-mana Viona akan bertahan untuk tetap diam disana dengan tatapan waspadanya."Nona! Minumlah!"Pria tadi menyodorkan gelas yang ia peggang ke wajah Viona yang seg
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Viona yang tadi pingsan masih terbaring di ranjang rumah sakit. Ia masih belum sadar hingga Niko yang memang seorang dokter terus memantau keadaanya.Tadi ia sudah menelpon Melvin agar datang ke rumah sakit tapi, sepertinya pria itu ada kendala hingga belum juga muncul."Dok! Tubuhnya menderita syok berat. Saat sadar nanti dia mungkin akan ketakutan," Prihatin suster Imay yang berdiri di samping Niko yang tengah memeriksa Viona.Pria dengan alis tebal dan wajah tampan yang hangat itu tampak berulang kali menggenggam tangan Viona yang tak juga merespon."Kau pergilah!""Baik, dok!"Suster Imay pergi dari ruangan rawat Viona. Niko beralih melihat jam di pergelangan tangannya dengan perasaan kelut karna Melvin belum juga datang."Istrinya sudah seperti ini dan dia belum juga datang," Gumam Niko mulai tak suka dengan sikap Melvin.Ia duduk di kursi di samping ranjang seraya bermai
Pagi ini Niko tampak sibuk di dapur utama rumah sakit. Ia membuat sub untuk Viona yang tadi masih tidur. Suster Imay yang selalu mendampingi pria itu di dapur ini terlihat kagum dengan keahlian memasak Niko. "Dokter! Kau luar biasa. Nona Viona pasti suka." "Aku harap begitu," Jawab Niko memasukan sub di panci ke dalam mangkuk lalu ia juga sudah tata nasi dan beberapa buah di atasnya. Setelah semuanya selesai, Niko melepas apron di tubuhnya lalu membawa nampan itu keluar dari dapur dengan suster Imay yang mengikutinya. "Dia sudah bangun?" "Tampaknya sudah, dok!" Jawab suster Imay dan Niko-pun bergegas menuju ruang rawat Viona. Ia tampak lebih semangat menjawab sapaan dari beberapa team medis yang berpapasan dengannya sampai ke pintu ruang rawat Viona. Niko membukanya bersiap untuk bicara tapi ia mematung saat melihat Melvin yang sudah datang tengah memeluk Viona yang tampak diam memandang ke arahnya. "Kau
Ternyata Melvin benar-benar menyuruh dokter Niko untuk menjaga Viona selagi ia masih di perusahaan. Niko yang tak keberatan sama sekali menerima permintaan Melvin dengan senang hati. Seperti sekarang, mereka dalam perjalanan menuju boutique Viona. Dokter Niko mengemudi dengan wajah yang berseri. "Kau terlihat sangat senang," Tegur Viona halus membuat dokter Niko tersenyum. "Bagaimana aku tak senang?! Melvin menyuruhku menjagamu dan kali ini aku tak akan kecolongan," Jawabnya penuh semangat. "Maaf. Sekali lagi aku merepotkan-mu." "Ayolah. Kenapa kau selalu minta maaf dan berterimakasih?! Jangan membuatku canggung," Decah dokter Niko tak suka. Pembawaan Niko yang konyol dan terbuka membuat Viona nyaman. Sangat berbeda saat bersama Justin hari itu. "Sebenarnya teman Melvin ada berapa?" "3 termasuk aku. Yang bersamamu kemaren itu Justin, dia memang pemain wanita dan cukup susah di atur," Jawab Niko penuh rasa bersalah. "Yang satu lagi?" "Barbara! Dia yang paling dewasa diantara k
Setelah melakukan perjalanan yang menyenangkan akhirnya mereka sampai ke Vio Boutique Fashion milik Viona yang tampak ramai. "Ini?" "Iya. Kecil memang, tapi cukup strategis," Jawab Viona dengan senang hati menunjukan tempat itu. dokter Niko memasukan mobil ke dalam gerbang di depan sana lalu berhenti untuk memarkir mobil. Ia melihat kiri kanan parkiran yang penuh. Senyumnya terulas senang dan kagum melihat ramai pengunjung disini. "Tempatmu luar biasa bisa seramai ini." "Bisa saja. Kau ingin masuk?" Tanya Viona seraya melepas seatbelt di tubuhnya. "Kalau boleh?" "Jelas boleh. Ayo!" Ajak Viona turun dari mobil. Dokter Niko tersenyum senang juga ikut turun lalu mendekati Viona yang terlihat selalu ceria. "Ini di bangun 1 tahun yang lalu. Setelah-ku selesai kuliah aku baru merintis boutique ini." "Kau kuliah desain?" Tanya dokter Niko seraya berjalan di samping Viona dan melihat ke sekeliling. "Iya. Kebetulan papaku punya pabrik kain yang kecil jadi, aku ingin membuat dua tempa