"Saya takut keluarga saya diinjak-injak oleh keluarga Anda yang kaya," ujar Lyra akhirnya jujur. Mendengar itu, Jackson pun mengerti. "Ketakutan kedua orang tuamu, ada benarnya juga. Tapi sekarang, saya harus ngasih tau hal penting tentang ini agar kamu paham, Ra." "Kamu harus yakin bahwa keluarga saya pun nggak ada yang berani sama saya," tambahnya lagi.Lyra sontak mengerutkan kening, bingung. "Gak berani sama Bapak? Maksudnya...?" "Mereka tidak akan bisa menolak apa yang sudah saya putuskan," ucap Jackson, "sekali membuat saya tidak puas, keluarga besar saya harus siap hidup sebagai gelandangan." Di keluarga besar Jackson, pewaris utama bukanlah mereka yang lahir sebagai anak sulung tapi, dia yang berkemampuan. Oleh sebab itu, Jackson jelas tahu banyak yang iri padanya dan telah menyiapkan diri untuk itu. Terbukti, sampai sekarang, dia bisa menangani semua dengan baik. "Jadi, kamu tenang saja," tegas Jackson lagi.Lyra menghela napas. Entah mengapa bebannya seakan terangkat da
Pagi harinya, seperti yang sudah disiapkan oleh Jackson, ada beberapa penata rias dan penata busana yang datang membawa pakaian untuk merias Lisa juga kedua orang tuanya. Prio dan Sulastri merasa terbebani tapi, mereka juga sadar kalau mereka akan bertemu dengan keluarga kaya yang terhormat. Lyra didandani dengan cantik. Ia memakai kebaya black and abu-abu muda yang berbentuk dress atau kebaya sambungan. Akan tetapi masih menunjukkan kesan syar'i juga tidak menghilangkan batik plus kebayanya. Kebaya atasnya juga tidak menerawang meski menggunakan kain renda, sebab sudah ada kain tebal di dalamnya yang melapisinya. Bahan pakaian berkualitas tinggi, sehingga tidak panas. Lyra juga dirias senatural mungkin karena itu permintaannya pada Jackson. Untung saja Jackson tidak rewel dan mengatur semuanya sesuai keinginan Lyra. Jackson sudah datang setelah Lyra di rias, hal itu sebenarnya membuat Lyra agak bingung. kenapa mereka harus berdandan seperti itu. "Mas, kok kayak kesannya acara gede
"Saya bersedia," ujar Lyra tegas. Kesungguhan Lyra membuat semua orang pun tidak bisa menganggapnya enteng. Jackson juga terlihat tidak melepaskan tatapan ke arah sang calon istrinya seolah ia sudah menempatkan hatinya padanya. Itu menjadi pusat perhatian seluruh keluarga dan juga sahabat Jackson yang diundang. Tindakannya membuat orang-orang yang tau karakter Jackson keheranan, bagaimana bisa seorang Jackson yang biasanya dingin terhadap wanita sekarang menatapnya dengan penuh cinta, apalagi dulu pengalaman pernikahan pertama Jackson. Mereka terlihat saling sayang tetapi tidak seposesif sekarang. Sekarang terlihat sekali bahwa Jackson l sangat mencintai Lyra dengan tulus tanpa pengaruh dari pihak manapun. Keduanya malu-malu, terasa alami membuat orang lain tidak berani curiga. Apalagi Jackson terlihat ingin melindungi calon istrinya, itu terlihat alami. Terbukti ketika acara itu belum diadakan, Jackson sudah memperingati seluruh keluarga agar tidak mengkritik calon istrinya dalam
Lyra bingung dengan pertanyaan wanita itu, ia tak mengerti apa maksudnya. Wanita itu terluhat berusia 30an tahun, ia masih cantik dan terlihat familiar, atau mungkin ia seorang yang terkenal. "Maaf, Tante, saya gak paham apa maksud Tante,x ujar Lyra hati-hati. "Tante?!" kesal wanita itu melotot. Lyra langsung menunduk, "Maaf, Kak. Saya gak tau, kalau boleh tahu, Kakak siapa ya?" tanyanya. Wanita itu mendengus, "Heh, gue mau memperingatkan lo akan suatu hal, bukan mau kenalan." "Maaf, ya boleh kalau Kakak mau kasih wenjangan." "Dih PD! Pokoknya gue mau bilang sama lo, hidup lo gak akan tenang di keluarga ini, ngerti?!" Lyra yang posisinya lemah saat ini pun hanya bisa mengangguk, "Iya, Kak." "Iya iya, nyebelin banget sih lo anjir!" "Ehem!" Lyra dan wanita itu terkejut mendengar suara itu, Jackson muncul di ambang pintu toilet wanita dan menatap mereka berdua. "Udah, Yang?" tanya Jackson. Lyra menoleh ke arah wanita itu lalu mendapatkan tatapan seolah ia tidak boleh mengaduka
Interaksi Lyra dan Jackson membuat Daniel merasa terusik. Apakah ayahnya benar-benar melakukan ini padanya? Ia belum mempercayai semua kejadian ini, tiba-tiba dan membuatnya sesak. Jika mereka sampai menikah, ia akan terus bertemu dengan Lyra, orang yang ingin Ia hindari. Namun sekarang, ia tidak memiliki pilihan lain. Sebab ayahnya juga mengancamnya, kalau sampai Daniel tidak mau menurutinya dan mencoba menghalangi mereka seperti membuat keributan, tidak menurut padanya, ia akan hidup sendiri dengan usahanya sendiri. Ia mengaku salah bahwa ia menyeret Lyra pada masalahnya, gara-gara kesalahannya yang salah pergaulan. Namun, kini ia juga sudah berusaha untuk keluar dari sana. Meskipun sulit, namun ayahnya malah terus membuatnya stress sendiri, apalagi semenjak Jackson menyatakan ingin menikahi mantannya itu. Bahkan Jackson lebih sering pergi menemui gadis itu. Ia jadi merasa cemburu dengan Jackson tapi, ia jadi bingung sendiri. Entah ia cemburu kepada Jackson atau kepada mantan pac
Sementara itu, begitu tiba di mobil, Prio berkata pada Lyra tentang sikap keluarga Jackson."Bapak nggak ngira kalau keluarga mereka bukan keluarga yang sombong, meskipun kelihatan banget kaya raya." Lyra tersenyum, "Iya. Nggak semuanya, Pak. Ada yang mungkin kurang sreg, cuma gak diperlihatkan aja." "Iya sih, tapi yang penting nenek dan kakeknya sebagai pusat interaksi keluarga itu, baik sama kamu. Makanya, kamu harus deket sama mereka, setidaknya kamu harus punya backing yang kuat. Calon suami kamu juga kelihatan orang yang paling mengendalikan, Bapak lihat ... di antara yang lain, orang-orang kayak segen sama dia, padahal keluarga, dia baik kan sama kamu?" tanyanya. "Iya dong, Pak," ujar Lyra menenangkan. Maka setelah salat subuh, Lyra mendapatkan telepon dari Jackson. ia bertanya bagaimana keluarganya. Kemudian Lyra menjawab kalau orang tuanya sudah pulang ke kampung karena tidak tega meninggalkan adik-adiknya terlalu lama. "Terus gimana, tiketnya kamu yang beliin kan?" "Iy
"Setahuku sih mereka udah cerai lama," ujar Lyra tak bisa mengendalikan diri.Namun, entah kenapa setelah mengatakan itu ia jadi merasa tindakannya salah. Ia melirik Vita dan terlihat menatapnya dengan aneh, tidak biasanya Lyra menjadi orang yang menyampaikan informasi. Biasanya, ia akan tutup mulut dengan apapun yang ia tahu, tapi sekarang Vita merasa bahwa Lyra sedang tidak beres. "Wah coba gue lihat dulu." Salah satu dari mereka pun Googling tentang mereka dan ternyata apa yang dikatakan Lyra benar. "Wah iya bener, mereka udah cerai guys!" "Jadi sekarang berarti bokapnya Daniel hot duda dong, ya. Mana hot banget lagi kelihatannya, duh jiwa sugar babyku merontah." "Mulai deh, ih!" ujar Vita yang kesal melihat temannya heboh itu. Semakin didengar, entah kenapa Lyra malah semakin sebel. Akhirnya ia pamit, disusul Vita yang menyadari kegelisahan sahabatnya itu.Mereka pun berhenti di kantin dan Vita langsung bertanya pada Lyra."Ra, lu kenapa sih hari ini, kayak nggak bersemanga
Jackson sengaja pulang dari kampus anaknya langsung ke apartemen yang ditempati oleh Lyra. Namun ketika ia ke sana justru yang ia lihat hanya Bi Wati, ia mengatakan kalau Lyra belum pulang, ia bilang ada acara makan-makan bersama di kampus, karena jadwalnya memang begitu. Jackson jadi menyesal karena tadi menolak ajakan para dosen untuk makan bersama, tetapi sepertinya ia harus ke sana memantau bagaimana calon istrinya berbaur dengan teman-temannya. Sampai di kampus lagi, Jackson melihat anak-anak yang sudah melewati sidang skripsi mereka makan bersama dengan teman-temannya. Acara seperti itu adalah budaya dari kampus tersebut. Maka bagi yang belum ikut sidang skripsi pun bisa ikut, intinya acara itu diperuntukkan untuk angkatan yang akan segera lulus. Jadi tidak ada deskriminasi di sana, hanya saja mungkin ada tekanan pribadi para mahasiswa yang belum berhasil menyelesaikan skripsinya, sehingga belum ikut sidang. Namun hikmahnya, hal itu bisa jadi motivasi agar mereka merasa malu j