Setelah itu, Jackson menyinggung soal pergantian pemimpin setelah Felicia dan mantan Direktur itu dikeluarkan dari ruangan. "Kalau begitu, mari kita lanjutkan mengenai pergantian kepemimpinan di sini, sebab saya juga harus segera mengecek cabang lain. Harus ada penggantinya dan apakah ada yang memiliki kandidat untuk menggantikannya?" Semua terdiam sejenak, sebelum seorang yang terlihat paling percaya diri sedari tadi mengangkat tangan. "Saya memiliki nama yang bisa saya ajukan, Pak," ujarnya. Pria dengan wajah british itu tersenyum sopan tetapi Jackson mudah membacanya karena ia juga sangat mengenali pria tersebut dan latar belakangnya. "Silahkan Tuan Gun, Anda bisa sampaikan itu," jawab Jackson. "Baiklah, dia adalah Nichol Alexander," ujarnya dengan yakin. Jackson menangangguk, "Panggil dia, bagi yang memiliki kandidat kalian juga bisa memanggil kandidatnya sekarang." Setelah semua nama dipanggil, maka Jackson meminta semuanya untuk mempresentasikan kira-kira apa saja yang a
Seperti rencananya, Jackson, Lyra, Daniel dan Jasmine akan mengadakan makan malam di sebuah restoran. Mereka pun langsung masuk ke dalam pembicaraan yang serius, sehingga Lyra sendiri merasa bosan dengan pembicaraan mereka yang berjalan seputar bisnis.Lyra sendiri hanya tahu dasarnya saja, tetapi dalam hal yang lebih rinci tidak memiliki pengetahuan banyak. Meski begitu, itu bukan berarti ia tidak mau belajar, ia juga sering membaca buku bisnis tetapi ketika sedang mood saja, kalau sedang tidak mood ia akan memilih untuk membaca novel karena cerita novel jauh lebih ringan daripada buku non fiksi.Mungkin itu juga timbul ketika Lyra sedang bergelut dengan moodnya sendiri di masa kehamilan, sebelumnya ia bisa saja membaca buku non fiksi sebanyak apapun. Semakin hari ketika ia hamil, ia mulai fokus pada mood-nya yang naik turun tidak teratur, dan bikin emosi."Sayang," panggil Jackson akhirnya. Ia baru menyadari ekspresi Lyra yang menunjukkan wajah Bete, sekarang Jackson mulai belajar m
Daniel langsung menyeret Jasmine bersembunyi di balik tiang lebar di sebelah meja makan mereka. Semua orang kocar-kacir, menjerit dan penuh katakutan mendengar suara pistol itu.Hampir saja peluru itu mengenai kepala Jasmine kalau Daniel tidak segera menariknya ke dalam pelukannya. Daniel segera mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan pada sekelompok orang yang memakai topeng seperti perampok itu. Mereka berjas, tetapi menggunakan topeng.Mereka menggunakan senjata pistol yang jelas bukan pistol milik orang biasa, di Amerika memang beberapa orang memilikinya meskipun ilegal di beberapa tempat, termasuk Daniel ia memegang pistol tanpa izin pemerintah, artinya ia memegang pistol secara ilegal.Lalu ia melepas jasnya dan memakainnya pada Jasmine, hal itu membuat Jasmine bingung."Apa ini?""Ini jas anti peluru pakailah, jangan sampai dilepas.""Terus kamu gimana?" tanya Jasmine sambil menangis, bahkan tubuhnya bergetar dan wajahnya terlihat sangat ketakutan. Daniel pun mengelus kepalanya
"Hahahaha!" Daniel tertawa melihat ketegangan Jasmine yang memegangi tangannya dengan erat, bahkan sampai darahnya mengalir ke selang infus."Serius amat, Bu...." ledeknya.Jasmine mendelik, "Apa-apaan sih, tuh darahnya naik!" kesalnya langsung memanggil Perawat lewat bell yang disediakan."Haha, lagian kamu sih seriusan banget jadi orang," ledek Daniel lagi."Berisik deh!"Daniel masih tertawa membuat Jasmine tambah BT, tetapi ia membiarkannya. Donal memang memiliki selera humor receh sehingga membuat Jasmine kesal karena terlalu over bercanda.Tak lama, perawat pun datang dan membenahi infus dan mengecwk keadaan Daniel yang syukurlah sudah stabil.Jasmine pun berkata, "Yah, saya percaya Ners, lihat saja dia sudah mulai bercanda lagi," sindirnya. Daniel pun kembali tertawa, "Lihat, Ners, memang boleh tertawa seperti itu?" adu Jasmine kesal. Perawat itu pun hanya tersenyum kikuk, "Em.... sebenarnya tidak boleh. Apakah Anda tidak merasakan sakit di bagian pinggang Anda? Padahal itu
"Jasmine adalah anak kandung dari Tuan Arion Dallas," ujar pria itu. Jackson langsung melepas jambakkannya seketika, ia lalu memerintahkan bawahannya mengirim surat pada pihak Arion untuk bertemu, berani-beraninya mereka mencelakai anaknya. Namun, ia bingung dengan sejahar keluarga Arion yang rumit, ia tak pernah mendengar mereka memiliki anak lain selain dua anak tiri Tuan Arion yang dibawa oleh sang istri.Saat Jackson melamun sehabis mandi, Lyra terheran. "Kenapa Mas, ada yang salah? Daniel gimana?" tanya Lyra bertubi-tubi."Eng...enggak, Yang. Oh ya, lebih baik kita pergi ke rumah sakit besok Pagi, sekarang istirahat yuk!"Lyra hanya mengangguk, ia masih tak puas dengan jawaban Jackson, tapi ia tak berani bertanya lebih jauh, takutnya ia malah terkesan ikut campur dibandingkan membantu..Keesokan Paginya, Jasmine sedang cuci muka saat suara berisik databg dari luar kamar mandi. Ia segera menghampiri asal suara tatkala ia terkejut melihat orang itu. "Who are you?""Anakku...."
Jackson melihat wajah bosan istrinya, hal itu menbuatnya tak enak hati dan membawa pekerjaannya ke samping istrinya. "Bosen, Sayang?" tanya Jackson mengecup keningnya."Hem, pen pulang," balas Lyra manja.Jackson terkekeh, ia lalu mengelus kepalanya dan menggenggam tangannya. "Setelah Daniel bisa jalan ya," ujar Jackson."Iya, aku cuma mau ngomong aja kok. Maksudnya aku bilang pingin pulang tapi aku bisa nahan sampe Daniel bisa jalan, jadi jangan khawatir."Mendengar penjelasan itu Jackson merasa sangat beruntung memilikinya."Makasih pengertiannya Sayangku, maafin aku yah bikin kamu kesepian."Lyra menggeleng, "Aku gak papa."Namun setelah berkata 'gak papa', Lyra justru malah menangis. Hal itu sontak membuat Jackson panik."Loh, Yang. Kok nangie, kenapa? Katanya gak papa?" tanyanya bingung.Lyra menggeleng, "Gak papa, cuma mau nangis aja, biar lega. Soalnya kayak sesek gitu, aku cuma pingin nangis."Jackson pun meringis, 'dasar bumil' ujarnya dalam hati. Kadang ia merasa bingung de
Debur ombak membuat perasaan Jasmine yang berkecamuk berubah menjadi segar seketika, entah bagaimana itu terjadi, tapi alamiahnya manusia yang tak bisa hidup di air memiliki keterikatan pada elemen kehidupan satu itu. Jasmine selalu ke pantai ketika ia sedang gundah, tapi kali ini ditemani Daniel yang masih menggunakan tongkatnya saat berjalan, tak lupa ditemani para bodyguard yang menjaga mereka. Jackson masih khawatir jika mereka berdua dalam bahaya. "Ingin rasanya berenang," celetuk Daniel tak tahan. Biasanya ia akan langsung menyusul ombak untuk berenang ketika di pantai, sayangnya semua itu tidak berlaku sekarang, ia masih pasien yang harus menyembuhkan lukanya terlebih daulu, pun ia tak bisa mendekati pantai karena tongkatnya yang akan sulit digunakan di atas pasir. "Berenang saja sana," balas Jasmine."Nanti tambah patah kakiku."Jasmine terkekeh kecil, wajahnya tambah cantik ketika terdenyum dan tertawa. Namun, kali ini senyumnya bukan senyum bisnis seperti yang ia lemparka
Jackson dan Lyra pun menoleh ke arah Daniel dan Jasmine yang sedang berdiri menatap mereka dengan bingung. Lyra pun langsung merespon dengan menghapus air matanya, begitu juga dengan Jackson yang langsung mengambil tisu dan menyerahkannya pada sang istri dan untuk dirinya sendiri.Beberapa menit kemudian, mereka semua duduk di sofa."Nggak tahu kenapa, Ibumu itu apa-apa kayak jadi sesuatu yang serius," jelas Jackson.Sementara Lyra hanya tertawa, "Haha!""Apa Papa jadinya ketularan?" tanya Daniel. "Papa juga kayak gitu kan?""Ck, udah diem lu!" blas Jackson tak terima. Lyra pun tertawa lebih keras melihat mereka mulai berdebat lagi."Anak sama Bapak sama aja nggak ada yang bisa ngalah."Jackson dan Daniel pun berhenti berdebat, pada saat yang sama makanan datang, disiapkan oleh para pelayan."Oke, daripada itu... ayo kita makan malam, kebetulan tadi kita pesan makanan dari luar," ujar Lyra."Oke," balas Jackson.Namun, di tengah percakapan saat makan tiba-tiba Daniel bertanya."Hem, b