'Maaf Nabilah aku tidak bisa menikahimu. Mungkin kita belum berjodoh.'
Tangan Nabilah langsung gemetar ketika membaca pesan dari calon imamnya. Andai ia menerima kabar itu jauh sebelum hari akad, pasti dirinya akan ikhlas menerima. Akan tetapi, kenapa harus sekarang? Di saat acara ijab qabul akan dilaksanakan dan para tamu sudah berdatangan. "Nabilah, coba telepon kenapa Sofyan dan keluarganya belum juga datang!" seru Bu Asma yang tiba-tiba masuk ke kamar pengantin. Hanya saja, ia tertegun kala melihat Nabilah menangis. "Kenapa kamu menangis, apa yang telah terjadi?" tanyanya, heran. Sambil menyeka air mata Nabilah menjawab, "Sofyan tidak akan datang, Bu." "Menangnya kenapa?" tanya Bu Asma yang terkejut mendengarnya. Nabilah tampak mengeleng sambil menunjukan pesan itu. Bu Asma tampak syok sekali dan langsung pingsan. "Ibu, bangun!" pekik Nabilah dengan panik karena ibunya punya penyakit jantung. Tidak lama kemudian ayah Nabilah datang dan sangat terkejut melihat istrinya tidak sadarkan diri. "Kenapa Ibu bisa pingsan Nabilah?" tanya Pak Jamal sambil membopong Bu Asma ke atas kasur. "Sofyan tidak jadi menikahiku, Pak," jawab Nabilah sambil terisak. "Ya Allah, apa dosaku sampai mendapatkan cobaan sebesar ini?" tanya Pak Jamal yang langsung lemas mendengarnya. Malu, menjadi bahan gunjingan dan hinaan dari warga sekampung. Hal itu lah yang akan keluarganya alami sebentar lagi. Hari ini Nabilah putri dari Pak Jamal, akan menikah dengan Sofyan, seorang ustad muda. Namun, tiba-tiba pengantin pria membatalkan pernikahan secara sepihak dengan alasan yang tidak jelas. Padahal acara ini sudah dihadiri oleh para saksi dan tamu undangan. "Bagaimana ini, Pak?" tanya Nabilah yang tidak akan sanggup menanggung malu. Pak Jamal tampak berpikir keras untuk mencari solusinya. Ia kemudian menemui Pak RT yang turut hadir sebagai saksi. Lalu menceritakan masalahnya dan minta bantuan untuk mencarikan mempelai pria. "Saya tidak minta mahar yang mahal. Cuma syaratnya pria itu harus lajang atau duda, tetapi seiman!" ujar Pak Jamal kembali. Pak RT segera memberikan perintah kepada dua orang hansip yang sedang berjaga. "Supri, Udin, cepat cari siapa pun pria lajang dan muslim yang mau menikah dengan Nabilah sekarang juga!" "Siap Pak!" jawab kedua hansip itu serempak dan segera menjalankan perintah Pak RT. Supri kemudian berkhayal, "Andai aku belum menikah. Pasti langsung kuterima tawaran Pak RT tadi." "Apa gue pura-pura lajang saja ya! Kan bini sama anak gue di kampung," celetuk Udin asal ceplos. Supri langsung mentoyor kepala Udin seraya berkata, "Edan kau, pernikahan itu bukan mainan!" Sementara itu disalah satu warkop seorang pria duduk sambil menikmati segelas kopi. Dia terkenal sebagai jawara kampung, tetapi orang-orang memanggilnya dengan sebutan Robin Hood karena suka membantu masyarakat sekitar. Tiba-tiba terbesit sebuah ide di benak Supri dan langsung berbisik di telinga Udin. "Nyari mati lu, Pri, kalau Robin tahu bisa habis kita dihajarnya!" sahut Udin yang tidak setuju dengan usul kawannya itu. "Udah tenang saja yang penting kita bawa dia dulu ke mesjid!" seru Supri sambil menuju ke warkop itu. "Bang Supri dan Bang Udin mau ke mana?" tanya Mpok Inah penjual di warkop. "Disuruh Pak RT manggil Bang Robin Mpok. Untuk mengusut Pak Jamal habis dibegal!" jawab Supri yang membuat wanita itu tampak terkejut. Mpok Inah kembali bertanya, "Terus bagaimana keadaannya?" "Parah Mpok, sekarang lagi diamankan sama Pak RT di mesjid Nur Ikhlas!" jawab Udin menambahkan. Robin yang berada di pojok warung langsung berdiri dan melangkah pergi. Ia merasa bertanggungjawab karena Pak RT sudah memberinya amanat untuk mengamankan seluruh warga kampung. Melihat itu Udin dan Supri tampak tersenyum dan langsung mengikuti Robin yang menuju ke mesjid. Semua mata tampak terbelalak ketika melihat kedatangan Robin di mesjid dengan pakaian seperti preman terminal. Celana levis Robek, kaos oblong, wajah brewokan dan rambut yang gondrong. Sehingga membuatnya terlihat bengis dan kasar. Pak Jamal tampak menghela napas panjang ketika Pak RT membisikan sesuatu. Namun, demi menutupi aib. Mau tidak mau ia menerimanya. "Ya sudah tidak apa-apa Pak RT," jawab Pak Jamal pasrah. Pak RT langsung menyuruh marbot mesjid untuk meminjamkan Robin sarung, baju koko dan peci. "Apa-apaan ini kenapa saya harus memakainya?" tanya Robin dengan heran. "Kamu kan mau menikah, masa bajunya begitu?" sahut Pak RT yang membuat Robin tampak terkejut mendengarnya. "Pak RT saya ke sini mau-" Pak RT langsung memotong, "Tolonglah Robin, kasihan keluarga Pak Jamal harus menanggung malu karena mempelai pria tidak jadi menikahi Nabilah. Ingat beliau pernah membantumu ketika dikeroyok warga sekampung!" Robin baru mengerti keadaan yang sebenarnya, ternyata ia dipaksa kawin untuk menutupi aib keluarga Pak Jamal. Di dalam hati pria itu pun menggerutu karena sudah dijebak oleh Supri dan Udin. "Tapi Pak saya nggak kerja?" ujar Robin yang jadi dilema karena belum siap menikah. "Nanti kita bicarakan lagi yang penting sekarang kamu menikah dulu sama Nabilah. Sebelum tamu undangan semakin banyak berdatangan!" ujar Pak RT yang memaksa Robin agar mau menikahi Nabilah. Akhirnya dengan terpaksa Robin memakai sarung dan baju koko itu. Tidak lupa ia menguncir rambutnya yang gondrong dengan karet gelang. Sehingga terlihat lebih rapi, meskipun kesan sangar tidak hilang dari imagenya. Sementara itu di dalam kamar, Pak Jamal sedang bicara dengan putrinya. "Pak, Bilah tidak mau menikah dengan Bang Robin," ujar Nabilah sambil menggeleng ketakutan. "Hanya formalitas saja, Nak yang penting keluarga kita tidak malu. Lagi pula pernikahan ini hanya sirih, agar kamu mau jadi bahan gunjingan sekampung," sahut Pak Jamal yang membuat Nabilah tidak berdaya. Nabilah pernah dua kali dilamar, tetapi gagal menikah dan sekarang kalau batal lagi maka akan menanggung malu seumur hidupnya. Akhirnya acara akad pun dimulai. Pak Jamal langsung menggenggam tangan Robin dan berkata, "Saudara Robin saya nikahkan kamu dengan putriku, Nabilah Putri binti Jamal dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai!" "Saya terima kawin dan nikahnya Nabilah Putri binti Jamal dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" qabul Robin dengan lancar. "Bagaimana saksi sah?" tanya Pak Penghulu. "Sah," jawab para saksi serentak. Robin segera memakaikan istrinya cincin nikah dan dengan takut-takut Nabilah mencium tangannya. Semua bagaikan mimpi bagi kedua mempelai. Mereka tidak pernah menyangka akan menikah karena perbedaan status sosial. Pernikahan Nabilah dan Robin langsung menjadi buar bibir warga setempat. Nabilah adalah gadis soleha dari keluarga baik-baik, sedangkan Robin seorang preman kampung yang asal usulnya tidak jelas. "Sial banget Nabilah dapat suami preman. Itu akibatnya kalau suka memilih," cibir ibu-ibu berbaju merah. "Iya, enak banget Robin. Nggak modal apa-apa tapi dapat perawan. Saya rasa Pak Jamal rugi besar dan akan menyesal dikemudian hari," sahut warga lainnya. Bapak-bapak pun ikut mengompori, "Daripada malu lebih baik rugi. Pasti nggak lama mereka akan cerai karena Robin itu kasar suka mukulin orang." "Kasihan ya Nabilah hidupnya akan menderita," tukas salah satu orang yang ikut bergunjing. Nabilah sendiri juga takut menjalani pernikahannya dengan Robin. "Ya Allah, jika pria itu adalah jodoh yang Engkau takdirkan, hamba Ikhlas menerimanya. Tapi kalau bukan tolong pisahkan kami secepatnya!" doa Nabilah di dalam hati. Akankah hidup Nabilah akan menderita seperti berita KDRT di televisi? BERSAMBUNGAku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap
"Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu
Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba
Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an
Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj
"Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut