Saat ini Catleya sedang kepikiran mengenai tugas berat yang harus ia jalani. Namun, ia tidak boleh menyerah begitu saja. Lagi pula belum tentu juga dia akan bertemu dengan Adrian di perusahaan. Justru ini adalah kesempatan bagus untuk membuat Rajendra merasa risih dengan dirinya.Usai sarapan, Rajendra langsung masuk ke ruang kerjanya. Entah untuk bekerja atau sekadar menghindar, Catleya juga tidak tahu. Yang jelas ia akan melanjutkan rencananya untuk bersikap agresif. “Pak, saya duluan, ya. Saya akan mempersiapkan dokumen yang akan kita bawa ke Verdana Group,” ujar Catleya seraya melongok ke dalam. Rajendra hanya menanggapi dengan anggukan sembari mencatat sesuatu di buku agendanya. Melihat sang suami dalam mode serius, sebuah ide gila mendadak muncul di benak Catleya.Tanpa permisi, ia menyelonong masuk kemudian mendekati Rajendra yang sedang duduk menghadap meja. Kedatangan Catleya otomatis membuat Rajendra berjengit kaget. Belum juga ia menghindar, Catleya tiba-tiba merampas pul
Rajendra datang sekitar pukul sembilan dan langsung memanggil Pak Haikal beserta kru iklan ke ruangannya. Pria itu kembali membahas tentang proses syuting iklan yang akan dimulai besok bersama Maharani. Selama itu juga Catleya menyibukkan diri, memeriksa kelengkapan berkas yang akan dibawanya ke Verdana Group. Sekarang ini tugasnya hanyalah mengerjakan setiap instruksi yang diberikan sang CEO tanpa membantah. Soal hubungan antara Maharani dan Rajendra, biarlah waktu yang akan menjawabnya. Lagi pula bukankah dia memang ingin berpisah dari Rajendra setelah tujuan mereka tercapai?“Leya, kita berangkat lima menit lagi.” Begitu selesai meeting, Rajendra langsung menghubungi Catleya melalui interkom.“Baik, Pak.”Catleya segera meraih tas, map file, dan laptop yang telah disiapkannya sejak tadi. Rajendra sudah menunggunya di depan pintu, lalu mereka berjalan beriringan menuju ke lift. Sepanjang jalan menyusuri lobi, para karyawan yang berpapasan dengan Rajendra mengucapkan salam penuh hor
Catleya menyimak setiap penjelasan yang diberikan Adrian dengan seksama, lalu mencatat point penting pada laptopnya. Bagi Catleya keberadaan Adrian tidak berpengaruh apa-apa, sama seperti kolega bisnis pada umumnya. Lagi pula ini adalah sebuah ajang pembuktian kepada Rajendra bahwa dia telah melupakan Adrian. Tak ada lagi ruang yang tersisa bagi pria itu. Sementara Adrian sendiri berusaha mengatasi rasa gugupnya. Berdiri di hadapan mantan kekasih dan suaminya, tentu saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi mereka menjadi klien perusahaan yang harus dihormati. Adrian pun sempat lupa dengan apa yang harus dikatakannya, hingga harus mengulangi beberapa kalimat.Beruntung dalam beberapa menit terakhir, Adrian mulai fasih dalam melakukan presentasi. Bagaimanapun dia sudah terlatih untuk pekerjaan semacam ini selama hampir lima tahun. Hanya saja situasi ambigu di dalam ruang rapat membuatnya hilang fokus. Selepas Adrian menyelesaikan presentasinya, Pak Anggara mengambil alih. Dia merasa sung
“Terima kasih atas makan siangnya, Pak Anggara. Kami harus kembali ke kantor sekarang,” ujar Rajendra mohon diri.“Sama-sama, Pak Rajendra. Lain kali saya akan mengajak Anda makan malam di tepi pantai saat kita berkunjung ke Bali.”“Baik, Pak, sampai jumpa lagi.”Setelah berjabat tangan dengan Pak Anggara, Rajendra mengajak Catleya keluar dari restoran. Sementara Adrian hanya bisa menatap punggung Catleya yang kian menjauh. Entah mengapa ada rasa tak rela di dalam hatinya ketika melihat Catleya bersama pria lain.Hanya saja ia tidak mampu kembali ke masa lalu. Roda waktu terus berputar ke depan, begitu pula dengan kisah asmaranya. Lebih baik ia berdamai dengan keadaan dan memusatkan perhatian kepada calon bayinya di dalam rahim Meliana. Mungkin Catleya memang tidak ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidupnya, dan ia harus belajar menerima hal itu.***Berbeda dengan tadi, dalam perjalanan pulang ke kantor Catleya memilih duduk di samping Pak Harun. Dia tidak berani dekat-dekat dulu
“S-saya harus membuka baju Bapak?” tanya Catleya dengan mata melotot.Kendati Catleya sedang berakting menjadi wanita agresif, tetapi ia tidak akan berbuat sejauh ini. Memang tadi pagi ia sempat mengancingkan baju sang suami, tetapi untuk membukanya dia belum pernah. Apalagi sampai menyentuh langsung kulit Rajendra dengan jemari.Otomatis ingatan Catleya kembali semasa mereka masih di desa, di mana Rajendra pernah membuka baju sehabis mereka kehujanan. Saat itu saja dia malu bukan kepalang, lalu bagaimana ia harus menghadapinya sekarang? Bohong jika pikirannya tidak akan ke mana-mana bila harus mengusap perut kotak-kotak Rajendra. Hanya saja untuk situasi yang genting seperti ini, dia harus mengesampingkan semua rasa malu. Prioritas utamanya saat ini adalah menolong Rajendra yang sedang kepayahan. “Leya, cepatlah, saya sudah tidak tahan,” pinta Rajendra ingin menggaruk lagi ruam di kulitnya.“I-iya, Pak, sebentar.”Mau tak mau Catleya menuruti perintah Rajendra untuk membuka kemeja
Nyonya Nandini sedang mengantar Meliana untuk melakukan perawatan menjelang hari pernikahannya. Setelah apa yang dialami sang putri, Nyonya Nandini memang ingin menyenangkan hati Meliana. Tentu saja dengan menggunakan uang dari hasil penjualan perhiasan yang masih tersisa.“Bagaimana kulitku, Ma? Apa kelihatan putih dan lebih berkilau?” tanya Meliana.“Iya, Sayang. Adrian pasti semakin tergila-gila padamu karena kamu akan menjadi pengantin paling cantik,” puji Nyonya Nandini secara berlebihan.“Kalau begitu, aku mau mau mencoba perawatan kolagen dan juga DNA salmon. Aku akan ke dalam lagi, Ma..”Sebelum Meliana melakukan niatnya, Nyonya Nandini terlebih dahulu menahan tangan putrinya itu. Jujur, ia tidak tega menolak keinginan Meliana, tetapi sayang persediaan uang yang dia punya sudah menipis.“Mel, lebih baik kita pulang. Lain kali saja kamu melakukan perawatan, atau kamu bisa minta kepada Adrian saat kalian berbulan madu nanti,” ujar Nyonya Nandini.“Justru aku mau melakukan sekara
Tuan Chandra dan Nyonya Tiara baru saja turun dari mobil. Hari ini mereka ada janji makan siang bersama dengan sahabat lama mereka, yaitu Danu Bestari. Dahulu mendiang istri dari Danu Bestari, yaitu Elisa Bestari, juga merupakan teman dekat Nyonya Tiara. Bisa dibilang kedua pasangan suami istri itu sangat akrab satu sama lain.“Bagaimana kabarmu, Danu? Setelah lima tahun tinggal di Canada, kamu semakin awet muda saja,” puji Tuan Chandra.“Kamu bisa saja, Chandra. Justru selama berada di sana, aku merasa cepat tua karena jarang sekali makan nasi,” canda Tuan Danu.“Kalau begitu makanlah yang banyak, mumpung kami mentraktirmu di restoran Sunda,” kekeh Tuan Chandra.Mereka bertiga lantas mengobrol banyak hal seraya memesan makanan. Selang beberapa menit kemudian, seorang gadis bertubuh tinggi semampai berjalan memasuki restoran itu. Cara jalan gadis tersebut sangat luwes, bagaikan seorang model yang sedang berlenggak-lenggok di atas catwalk. Baju, make up, dan heels, yang dia kenakan ju
Selepas Rajendra berlalu, Catleya masih saja kepikiran dengan perkataan lelaki itu, sampai-sampai ia menjatuhkan semua alat tulisnya ke lantai. Entah sudah ke berapa kali Rajendra menyinggung soal kehamilan dan punya anak. Dan Catleya merasa ucapan Rajendra memiliki makna ganda, terutama menyangkut kata “istri”.Bila dipikir lagi hanya dia sekarang yang menyandang status sebagai istri Rajendra. Meski begitu mereka berdua sepakat untuk menghindari hubungan ranjang. Apakah ini artinya Rajendra akan mencari istri baru yang bersedia melahirkan anak untuknya?‘Apa dia berniat menjadikan Maharani sebagai istri kedua? Atau jangan-jangan dia memberikan sinyal kepadaku untuk ….’Catleya langsung menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir pikirannya yang melantur. Entah kenapa dia malah membayangkan hal yang tidak-tidak, padahal Rajendra sudah menunggunya di bawah. Mungkin saja lelaki itu akan marah karena ia membuang-buang waktu.Benar saja, ketika Catleya baru saja masuk ke lift, Rajendra sud