Ayah Romi tak bisa menahan senyumnya saat melihat Arga dan Teresia yang turun datang ke meja makan secara bersama. Pemandangan yang membuatnya sangat terharu dan merasa bahagia. Ayah Romi tau bahwa Arga dan Teresia sudah berbaikan. "Ayah bisa melihat wajah kalian yang begitu cerah pagi ini" goda Ayah Romi pada kedua pasangan yang kini mengambil duduk berdekatan. Wajah Teresia memerah pun dengan Arga yang terlihat salah tingkah di depan sang Ayah yang suka sekali menggodanya. "Ayah justru bahagia jika kalian bisa dekat seperti sekarang" jujur Ayah Romi merasa terharu akhirnya Arga mau kembali percaya dengan wanita. Arga melirik Teresia dan yang ditatap pun membalas tatapan Arga dengan binar malu-malu yang justru terlihat menggemaskan di pandangan Arga. "Hahaha, Ayah sudah selesai sarapan. Ayah akan tunggu kamu di mobil Arga, kita berangkat bersama" Ayah Romi nampak menyadari bahwa Teresia dan Arga masih membutuhkan waktu berdua, dan dengan senang hati Ayah Romi akan memberikan pa
Arga berkali-kali melirik jam tangannya, dan pintu di depannya. Entah mengapa jantungnya berdebar karena sebentar lagi Teresia akan datang mengunjunginya. Arga tidak bisa tenang dan fokus dalam pekerjaan terlebih saat jam makan siang tiba. Kedua matanya tak henti melirik pintu di depan sana. Berdecak sebal terhadap pengaruh Teresia di dirinya, Arga bangkit dari kursinya dan ingin turun ke bawah memeriksa sendiri, namun baru ia berdiri dari kursinya, ketukan terdengar dari pintu kaca buram ruangannya. Kembali duduk dan bersikap seolah ia tak sedang menunggu seseorang, Arga kemudian mengambil kertas asal untuk ia baca. Pintu tersebut terbuka dan menampilkan sosok Teresia yang mengintip sejenak sebelum kemudian masuk ke dalam ruangan Arga. Wanita itu yang memberikan Arga senyuman hangat membuat semangat Arga terpompa begitu saja. "Aku datang bawa makanan" ujar Teresia menunjukan kotak bekal yang ia bawa di belakang tubuhnya. "Kebetulan, aku juga sudah lapar" Arga merenggangkan ot
Kehadiran sosok yang berdiri di depan pintu itu membuat kegiatan yang dilakukan Arga dan Teresia terganggu. Sosok pria di depan pintu yang kini menatap Arga dengan tatapan sendu dan menyimpan kecewa itu juga terlihat syok tak percaya. Sementara sebuah kantung kertas berlogo nama restoran ternama jatuh begitu saja di bawah kakinya. Teresia merasa malu karena ketahuan orang lain saat ia dan Arga tengah berciuman, namun anehnya pria yang melihat kegiatannya dengan Arga tidak mengatakan apa-apa, pria itu hanya berdiri terpaku di depan pintu sana. "Apa-apaan ini Arga?" dan ya, pria itu baru bersuara setelah mengatur napasnya. Teresia menatap si pria berkemeja rapih itu dengan alis berkerut dalam. Mengapa pria itu kini menatap marah padanya? Memang apa yang sudah Teresia lakukan. "Sony, bisakah kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk ruanganku?" suara Arga mengalun dengan datar di samping Teresia, membuat Teresia yang mendengarnya ikut menggigil kedinginan, padahal suara bernada datar it
"Makan yang banyak, habiskan jika bisa" Arga menyodorkan beberapa bungkus makanan yang baru datang dari restoran pesanannya. Teresia membuka bibirnya tak percaya, Arga seolah memesan porsi untuk lima orang, karena banyak sekali makanan yang pria itu pesan. "Kamu yang benar aja!" Teresia terperangah menatap banyaknya makanan yang mengisi meja di hadapannya."Kenapa?"Teresia menatap Arga tajam "Kamu tanya kenapa?! Kamu pikir aku serakus apa sampai membelikanku makanan sebanyak ini?!"Arga menatap makanan di atas meja dan kembali pada Teresia yang menatapnya kesal dan tak percaya."Bukankah makan mu banyak? Jadi aku pikir kamu mungkin akan kurang jika hanya ku pesankan satu porsi!"Teresia berdecak kesal "berlebihan tau!"Jika tadi saat makanan itu datang, Teresia yang terperangah akan banyaknya makanan, kini saat keduanya sudah makan justru Arga yang dibuat terperangah oleh Teresia.Tidak rakus katanya?Tapi wanita itu mampu menghabiskan 3 porsi makanan berbeda yang Arga pesan.Dari
Kedua mata Arga terpejam erat, keningnya berkerut dalam saat dengan pelan Teresia menelusuri bekas bekas luka di dadanya.Keingintahuannya memuncak, Teresia makin penasaran dengan masalalu Arga."Ahhrga" Arga menahan tangan Teresia kemudian membukanya dan menempelkan wajahnya pada tulang selangka gadis itu. Menghisapnya dan membuat tanda di sana.Arga melakukan itu agar Teresia berhenti menyentuh bekas lukanya yang membuat Arga kembali mengingat rasa sakit saat mendapat luka itu.Tangan Arga bergerak mengusap perut dan dada Teresia lalu meremasnya kasar sebelum tangan satunya merogoh ke belakang dan menurunkan resleting bajunya.Arga mencium bibir Teresia dan menurunkan gaun di tubuh Teresia, menyisakan bra yang digunakan gadis itu.Ciuman Arga turun menuju kedua payudara Teresia memainkannya dan mengeluarkan kedua benda tersebut dari sarangnya.Menggoda serta mencumbunya membuat Teresia terus mengeluarkan desah kenikmatan karena Arga melakukannya.Ini kali kedua Arga melakukan hubung
Setelah hari itu Teresia gagal memberian Arga hasil masakannya. Keesokannya, Teresia pun belajar dengan Chef Raditya dan Chef Artur untuk membantunya belajar memasak. Mereka berdua bergantian memberikan Teresia pelajaran untuk memahami bahan-bahan dapur dan pelajaran memasak dari bahan masakan paling mudah. Sejak pulang dari kantor Arga, tekad Teresia begitu bulat untuk belajar memasak. Meski nantinya Arga akan memarahinya dan melarangnya untuk memasak karena pria itu tidak yakin dengan hasil masakan Teresia. Arga tak mau jujur jika dia mengkhawatirkan Teresia yang takut akan terluka karena benda-benda tajam dan cipratan minyak panas di dapur, hingga alhasil yang Arga lakukan hanya mengejek Teresia sampai wanita itu merajuk dan kesal padanya. Seperti siang ini, Teresia mendengar dengan baik semua masukan dari Chef Radit tentang memasak. "Apa hari ini anda mau coba memasak lagi Nyonya?" Teresia menggangguk "tapi gue mau coba buat kue Chef! Lo bantuin gue ya" Teresia bangkit dari
Rupanya suara yang menginterupsi kata-kata Revo adalah Arga. Pria itu datang bersama seorang Dokter yang berjalan di belakangnya. Tatapan Arga nampak begitu tajam menyorot pada Revo, bahkan saat Teresia sudah berdiri di samping ranjang Revo, pria itu menarik tangan istrinya dan membiarkan Dokter yang dibawanya untuk memeriksa Revo. "Periksa dia Dok" ujar Arga dengan nada dingin. Revo mendesah pelan dan pasrah saat Dokter tersebut mulai melakukan pemeriksaan pada tubuhnya. "Jika aku tidak datang lebih lama, apa yang mau kamu lakukan?!" ujar Arga menahan geram pada Teresia dengan suara pelan namun bisa terdengar oleh Revo dan Dokter yang memeriksa itu. "Apasih! Kita juga gak ngapa-ngapain!" bisik Teresia merasa malu, ia seolah tertangkap tengah selingkuh oleh suaminya sendiri!" Arga mendengus kesal dan melihat pada si dokter yang tengah memeriksa tubuh Revo."Pak Revo hanya kelelahan, saya sudah memeriksanya tidak ada hal gawat yang terjadi. Saya akan menuliskan resep. Obatnya dim
Revo mengepalkan kedua tangannya erat. Dia tak mengerti mengapa kini Arga terlihat sangat dekat dengan Teresia. Bukankah Kakaknya itu membenci wanita? Namun melihat Arga yang tak ingin meninggalkan Teresia berdua bersamanya mencipta rasa takut di hati Revo. Sungguh pria itu takut Kakaknya mulai serius menjalani hubungan dengan Teresia. "Tidak! Tidak mungkin! Kakak tidak suka Teresia!" Revo menggeleng dan memukul kepalanya, ia tidak mau itu terjadi. Revo menenangkan hatinya sendiri, mencoba berpikir positif. Saat ini dia harus mulai bergerak, setidaknya Revo ingin Teresia tau tentang perasaanya, ia menyesali mengapa Arga datang di saat yang tidak tepat di saat ia ingin menyatakan perasaanya pada Teresia. "Sial, sial, sial!" *** Teresia mengerang keras saat Arga tak menyudahi ciumannya, bahkan tangan pria itu sudah menjamah ke dalam bajunya dan memainkan salah satu payudaranya. "Arga ... Kita di tempat umum" bisik Teresia kemudian menggigit tangannya sendiri saat jemari A