Beranda / Romansa / Suamiku Kuli Terhormat / Pesta Yang Berantakan

Share

Suamiku Kuli Terhormat
Suamiku Kuli Terhormat
Penulis: El Nurien

Pesta Yang Berantakan

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 11:05:11

Di sinilah Gea akhirnya. Berdiri di depan kantor KUA, karena telah menikahi seorang pria yang baru saja ditemuinya beberapa menit lalu. Seorang pria yang masih mengenakan pakaian kuli bangunan. Ia mencermati nama pria itu di buku nikah. Keningnya mengerut karena nama itu terasa familiar, tapi di mana? 

Kembali ia mengeja nama pria. Seketika ia ingat sebuah nama yang sangat terkenal di kota itu. Namun, ia segera menggeleng karena itu tidak mungkin. Ya, setidaknya laki-laki itu beruntung memiliki nama yang sama. 

***

Malam tadi Gea tengah melangsungkan pesta pertunangan mewah di sebuah hotel elit. Senyum bahagia tak kunjung berhenti di bibir Gea dalam menyambut tamu satu persatu. 

"Aku mau menyapa teman-temanku. Tak apa kutinggal sendirian?" tanya Bei Prayoga, tunangannya yang memiliki darah Tiongkok. 

Gea menggeleng. "Tak apa. Tinggalkanlah." Sedikit pun Gea tidak memiliki firasat buruk pada pria tampan yang telah menemaninya beberapa tahun.

Bei menjauh. Gea mengambil segelas minuman berwarna merah. Mendekat wanita muda dengan mengenakan gaun putih, berhiaskan mutiara di tali gaun itu menambah kecantikan sang pemakai. 

Gea menatap dari atas sampai bawah dengan tersenyum. Adik tirinya itu memang selalu ingin lebih cantik dari dirinya. Asal mula gaun itu miliknya, tetapi adiknya bersikeras mengambil dengan bantuan sang tunangan. Gea memilih menghindar berdebat. Akhirnya ia memilih gaun standar di bawah dari sang adik. 

"Berhenti menatapku seperti itu," ancam sang adik, Sinta.

"Memang aku menatapmu seperti apa?" jawabnya cuek, kemudian menyesap minumannya. 

Sang adik meradang. "Dari gaun ini, tidakkah Kakak sadar diri, Kak Bei lebih mengutamakan aku dari pada Kakak.”

"Silakan mengoceh, aku tak peduli," sahut Gea sambil berbalik. Namun, langkahnya terhenti karena lengannya ditarik sang adik. 

"Sampai kapan Kakak menutup mata. Jelas-jelas Kak Bei lebih mencintaiku daripada Kakak."

"Dik, berhentilah bermimpi. Aku dan Bei sudah menjalin hubungan lima tahun. Susah senang dilalui bersama. Menurutmu akan hancur dengan ocehanmu itu?"

Sinta tersenyum miring. Ia menyerahkan dua lembar foto kepada Gea. 

Gea tersentak. Menyaksikan foto Bei dengan mata terpejam di atas ranjang bersama Sinta. Melihatnya Sinta tersenyum penuh kemenangan. Ia terus maju sehingga membuat Gea masih syok termundur. 

"Hentikan. Jangan rusak pesta ini. Nanti kita  selesaikan setelah pesta."

Sinta tertawa. 

"Tak perlu menunggu selesai pesta. Sekarang bisa kita buktikan lagi bahwa Bei tak pernah mencintaimu. Lihatlah siapa yang akan diselamatkan Bei jika kita sama-sama terjatuh." 

Gea masih berselimut syok. Ia hanya termundur tanpa menyadari di belakangnya ada kolam. 

"Apa yang kau lakukan?"

Sinta hanya membalas dengan tatapan licik. Ia terus maju, hingga sampai di bibir kolam kedua tangannya mendorong Gea hingga terdengar pekikan. 

Semua mata memandang ke arah kolam. Sinta langsung melemparkan diri ke kolam. Keduanya berteriak meminta tolong. Melihat itu tamu hanya saling berbisik. Hubungan buruk kedua saudara beda ibu itu sudah bukan rahasia lagi. 

Bei berlari ke arah kolam sambil melepaskan jasnya. Ia melompat ke kolam dan langsung menyelamatkan Sinta. 

"Kak Bei, Kak Gea masih di kolam," ucap Sinta terdengar lemah ketika sudah di tepi kolam. 

"Jangan khawatirkan dia."

Di belakang Gea berjuang muncul ke permukaan, tetapi kepanikan membuat tubuhnya semakin tak berdaya di antara dalamnya kolam itu. Ia terus mengulurkan tangan, tetapi tidak ada yang peduli. Sang tunangan sudah menaruh adiknya ke sebuah kursi kolam renang. Pada titik itu ia putus asa. Ia memejamkan mata tanpa berani berharap ada keajaiban. 

Di kumpulan lain seorang pria mulai cemas melihat Gea yang tak lagi berteriak.

"Gawat. Aku dengar Gea tidak bisa berenang," kata seorang tamu. 

Seketika pria itu langsung berlari dan menceburkan diri ke kolam. Ia bergegas meraih tubuh Gea yang sudah lemas dengan mata terpejam. 

"Kau tidak apa-apa?"

Tidak ada lagi sahutan.

***

Perlahan Gea membuka mata. Samar terlihat langit-langit putih. Ini bukan langit-langit kamarnya. Ia memijat pelipisnya sambil berusaha mengingat apa yang terjadi. 

"Sudah bangun?"

Gea tersentak. 

"Sinta?"

Gea mengedarkan pandangannya. Nampak ruang rawat inap beserta peralatannya. 

"Kau mau apa lagi?" lirih cuek. 

Sinta tertawa. "Tidak ada lagi. Aku cuma ingin melihatmu bagaimana setelah siuman dan menyadari semuanya telah hancur."

"Hancur?" Ia tersenyum sinis. Bagaimana mungkin Gea yang telah kuliah di luar negeri dan berjuang sendirian sekian tahun hancur dalam satu malam?

"Kau lupa reputasimu telah hancur. Lihatlah media sosial. Seorang Gea yang sombong diabaikan tunangannya meski nyaris mati."

Mendadak Gea meradang. Bagaimana ia bisa melupakan dirinya yang nyaris mati masih harus menyaksikan tunangannya menyelamatkan adik tirinya. 

"Jika Kakak mau, aku bisa membersihkannya dalam satu jari."

Mata Gea menyala. 

"Tidak usah marah begitu. Syaratnya tidak susah kok. Kakak cuma membersihkan sepatuku dengan wajah Kakak yang memuakkan itu."

"Keluar!" teriak Gea sambil melemparkan bantal.

Sinta termundur. Bertepatan Bei muncul dari balik pintu.

"Kak Bei, lihat. Aku ke sini cuma ingin minta maaf, tapi dia malah mengusirku."

"Gea, berhenti berbuat onar!" tegur Bei.

Gea tersenyum getir. "Berbuat onar? Apa kualifikasimu mengatakan aku berbuat onar?" 

"Dia datang minta maaf, kau malah seperti ini," sembur Bei. 

Sinta menggamit lengan Bei. "Kak Bei mau menikahimu itu sudah keberuntungan. Dengan reputasimu sekarang, siapa yang mau menikahimu?" 

"KELUAR! Siapa yang mau menikah dengan laki-laki lembut seperti dia? Pertunangan dibatalkan," teriak Gea sambil mencari sesuatu yang bisa dilempar. 

"Gea, aku benar-benar muak dengan kesombonganmu. Baik, aku kabulkan maumu," cecar Bei.

"Kak Bei, jangan impulsif," bujuk Sinta. 

"Keluar!" teriak Gea. 

"Lihat saja, kau pasti menyesal," ancam Bei, kemudian menarik Sinta keluar ruangan. 

Gea berjuang menahan emosinya yang sudah di ubun-ubun, bercampur dengan sakit yang mendera hati. Perlahan air matanya mengalir. 

"Nak, jangan tangisi orang seperti dia." Muncul seorang laki-laki tua yang menggunakan tongkat dan gelang pasien di tangan. 

"Anda?" tanya Gea. 

"Nak, kamu lupa kemarin pagi di taman?" Pak Tua itu balik bertanya. 

Sesaat Gea memutar memorinya. Terkenang saat ia melihat seorang pria tua yang tiba-tiba memegang dada sambil menahan sakit dan hampir tumbang. Ia bergegas menahan badan pria tua, tetapi terlambat. Pria tua itu telah pingsan dan jatuh ke tanah karena kekuatannya tak berimbang. 

"Jadi Kakek kemarin. Bagaimana keadaan Kakek sekarang? Sudah baikan?" tanya Gea. 

Laki-laki tua itu duduk di sampingnya. 

"Sudah agak baikan. Tadi … aku lewat dan tidak sengaja mendengar …."

"Maaf, Kakek telah melihat drama memalukan." Mendadak wajah Gea murung kembali.

Laki-laki tua itu tersenyum. "Jangan bersedih. Jangan biarkan air matamu jatuh untuk pria seperti dia."

Gea hanya bisa mengangguk. Nyatanya, sakit sebuah rasa yang tak mampu ia tepis. Bagaimana tidak sedih, hubungan dijaga selama lima tahun akhirnya kandas juga. 

"Bukankah seharusnya kamu bersyukur?"

"Bersyukur?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Kuli Terhormat    Cinta

    “Gea!” Ahsin memegang bahu Gea. “Tenangkan dirimu.”“Bagaimana bisa tenang, Paman begini karena aku,” sahut Gea panik. “Gea, dengarkan aku.” Ahsin mengguncang bahu Gea. Seketika Gea terdiam. “Jangan menyalahkan diri. Paman melakukannya dengan senang hati. Kau juga lihat ‘kan senyumnya kemarin?”“Tapi ….”Ahsin mengusap wajah istrinya yang basah. “Selain itu, ternyata Paman mempunyai kanker paru-paru, jadi tusukan itu memparah kesehatannya yang buruk.”Gea menggenggam tangan Ahsin. “Kita ke sana ya. Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya.”“Paman belum sadar.”“Dia pasti dengar. Seperti kau bilang kemarin, kau mendengarnya hanya saja tidak bisa memberi respon.”Ahsin menghela napasnya. Ia merapikan rambut Gea. “Kau tidak menanyakan keadaanku? Kau tidak lihat, aku juga mengenakan gelang pasien?” Gea tergagap. Ia baru menyadari gelang yang dikenakan Ahsin. “Bukankah kau kelihatan baik-baik saja sekarang?” kilahnya.“Setidaknya kau bertanya perasaanku?” protes Ahsin dengan memasang

  • Suamiku Kuli Terhormat    Pengorbanan Paman

    Ahsin sudah merasakan separuh nyawanya melayang. Ia tidak akan pernah rela Gea terluka untuknya. Namun, sepersekian detik ia dikejutkan fakta lain. “Paman?” seru Ahsin. Gea berbalik. Matanya membesar begitu melihat pisau yang dipegang Noura itu berada di badan Tuan Mirja.Noura tersentak. Pisau di tangannya terlepas. Badannya mendadak gemetaran. Ia sulit mempercayai penglihatannya. Bagaimana Tuan Mirja tiba-tiba menghalanginya? Melihat Noura yang syok, Ferry tidak membuang kesempatan itu. Ia berhasil meringkus Noura, sedang bodyguard lain menangkap anak buah Noura. Ferry menyerahkan Noura ke bodyguard lain. Ia segera menelpon ambulan.Ahsin menyambut tubuh Tuan Mirja yang hampir menyentuh tanah. “Kenapa Paman lakukan ini?” sesal Gea. Air matanya mendadak tumpah ruah. Tuan Mirja menyentuh pipi gigi dengan tangannya yang berlumuran darah. Ia menyunggingkan senyum. “Jangan menangis. Paman bahagia bisa melakukan ini. Keinginan Paman untuk menyelamatkan ibumu akhirnya tertunaikan hari

  • Suamiku Kuli Terhormat    Obsesi

    Gea tertawa. “Sekarang kau mengakui kehebatan seseorang yang hanya bisa belajar dengan otodidak?” ejek Gea lemas.Noura tersentil, tapi bukan waktunya memikirkan harga diri. Sudah berapa lama High tidak bisa diakses dan entah berapa milyar kerugian yang ia alami.Pria besar itu menyeret Gea dan mendudukkan ke kursi yang berhadapan dengan laptop. Noura mengambil pisaunya dan menodongkan ke leher. “Bersihkan.”“Kau pikir aku sebodoh itu? Kau akan membunuhku begitu Highmu kembali.”Plak. Sebuah tamparan mendarat ke pipi Gea. “Jangan keras kepala. Jika tidak, kau akan memohon kematian kepadaku.” Peuh. Gea menyemburkan ludahnya yang merah ke muka Noura, kemudian ia memasang wajah ejek. Plak. “Cepat lakukan!” teriak Noura. Ia semakin kesulitan mengendalikan emosinya. Kalau saja bukan karena ingat kerugian dan tuntutan yang akan dialaminya, ia tidak akan sesabar ini. “Begitu cara meminta. Noura, sekarang kau yang membutuhkanku.”Noura mengerjap. Terlihat kebimbangan di matanya. Gea teru

  • Suamiku Kuli Terhormat    Pemilik High

    Tuan Mirja beralih pada dokter Austin. “Seberapa buruk, dokter?”“Seharusnya tidak apa, selama emosinya tidak dirangsang dan energinya tidak dikuras.”Mendadak Tuan Mirja jadi panik. “Dalam situasi ini bagaimana dia bisa tenang?” tukas Tuan Mirja. “Maafkan saya,” jawab dokter Austin. Tuan Mirja beralih pada Erwin. “Erwin, aku harus pergi. Tolong jaga Tuan Besar. Langsung saja telepon jika ada kabar.”Erwin mengangguk. Tuan Mirja berlalu, tetapi baru beberapa langkah ia berhenti. “Dokter, bisakah saya meminta waktu tinggal di sini sementara. Saya tidak bisa membayangkan kondisi ayah jika keduanya kenapa-napa.”“Saya mengerti. Pergilah.”“Terima kasih.” Tuan Mirja segera bergegas keluar. ***“Presdir, kemana saja? High diserang. Kami kewalahan.”Dengan gugup Noura membuka aplikasi lewat ponselnya. Benar saja, aplikasi tidak bisa diakses. Parahnya tampilan depan memperlihatkan tengkorak warna merah dengan dua tulang yang disilang. Ponselnya kembali berdering. Kali ini dari kepala bag

  • Suamiku Kuli Terhormat    Aku Tak Sebodoh Itu

    “Kau juga tahu itu?” Gea tersengal. Matanya memerah. Selain kesulitan bernapas, ia merasakan matanya nyaris keluar akibat urat lehernya yang dicekik. Tubuhnya bergerak-gerak ingin melakukan perlawanan, tapi apa yang dapat dilakukannya dengan tangan terikat.Noura melepas cekikannya. Napas Gea memburu. Berkali-kali ia batuk. "Aku tidak tahu siapa dia saat itu. Aku kira dia hanya seorang kuli,” ucapnya dengan napas masih tersengal.“Kuli?” Noura tergelak. "Kau pandai berbohong. Kenapa tidak menulis skenario saja? Mana ada orang ngajak nikah seorang kuli? Munafik!”Plak. Sebuah tamparan mendarat di pipi Gea. Seketika pipi putih itu menjadi memerah. Gea tersenyum sinis. “Aku munafik, lalu kau? Kau pura-pura bersikap manis, padahal di belakang menyerang perusahaannya. Merusak rem mobilnya. Ah, aku masih ingat kau memanggilnya Kak Ahsin.” Gea meniru nada Noura di ujung kalimatnya. Amarah Noura memuncak. Ia mendorong dengan segenap tenaga sehingga Gea terlempar dengan kursi. Gea meringis.

  • Suamiku Kuli Terhormat    Cinta Ditolak, Hacker Bertindak

    “Bagaimana orang asing bisa masuk ke komplek ini?” gumam Ferry. Ahsin hanya bisa terdiam. Selama ini ia hanya curiga kepada pamannya hingga tak terpikirkan ada kemungkinan lain. “Ya.” Ahsin menoleh ke arah Ferry. “Bos, mobil yang dideskripsikan Tuan Muda ternyata kosong.”Ahsin dan Ferry tersentak. Sesaat mereka saling tatap. “Kalian di mana?” tanya Ferry. “Kami di luar kota arah timur.”“Kita dikecohkan,” gumam Ahsin sambil menggenggam kepalan tangannya. “Terus lakukan pencarian!”“Baik, Tuan Muda,” sahut seorang pria lewat telepon itu. Dokter Austin menatap cemas. Tuan Mirja bergabung bersama mereka. “Kau sudah menemukan mereka?”Ahsin menggeleng. “Ferry, hubungi Ricky!”“Baik, Bos.” Ferry langsung menekan nama Ricky dan mengaktifkan speaker ponselnya.“Hallo, Kak Ferry!”“Ricky, Tuan Muda mau bicara.”“Ricky, Gea diculik.”“APA?” pekik Ricky. “Kami kesulitan mencarinya. Dia tidak membawa ponsel juga bros yang kau berikan. Aku tidak tahu bagaimana kalian bisa melakukannya ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status