Adel yang terlihat panik segera membersihkan tumpahan yang ada di pakaian Irwan juga pakaian yang ia kenakan dengan menggunakan tisu yang sengaja sudah ia bawa dari rumah.Adel melihat ke sekeliling area itu dan tidak ada yang membuatnya curiga.Adel kembali melihat ke arah Irwan yang masih duduk di atas kursi rodanya. Nampak kedua tangan Irwan mengepal setelah melihat aka yang ada di depan matanya. Tidak bisa dibohongi bagaimana perasaan Irwan yang melihat orang yang pernah ada di dalam hidupnya berjalan dan bersanding dengan pria lain dengan pancaran penuh dengan kebahagiaan.Akhirnya luluh juga embun yang tadi menjadi kabut di mata Irwan. Sakit yang teramat kembali hadir usai luka yang sebelumnya belum mengering sempurna."Mas kamu baik-baik saja? Apa kamu kita pulang saja?"Irwan terdiam. Pria tersebut masih sibuk dengan kegundahan hatinya. Irwan ternyata masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rumana kini telah menjadi milik orang lain.Andai saja dulu ia tidak tergoda dengan r
Seiring waktu terus bergulir semua keadaan pun mulai berbalik. Irwan sudah berusaha untuk menerima nasib dan keadaannya yang sekarang. Pria itu sudah mulai menerima apa yang ada di depannya saat ini karena yang sudah jauh pasti akan sangat sulit untuk bisa dijangkau kembali.Semua mulai berdamai dengan keadaan.Setelah beberapa tahun berlalu. Irwan akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu dengan Adelia. Keduanya meresmikan hubungan secara negara dan juga agama.Ratna yang sudah lama pergi dan menghilang akhirnya kembali ditemukan meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Berbagai cara sudah diupayakan oleh Bu Nur untuk memulihkan kembali kondisi putrinya itu hingga ia sendiri tidak memperhatikan kondisi kesehatannya di usianya yang sudah lanjut itu.Setelah Ratna mulai sedikit membaik. Takdir berkehendak lain. Bu Nur harus pergi meninggalkan anak cucunya untuk menghadap Ilahi. Kesedihan tentu saja datang menyelimuti keluarga yang baru saja merasakan sedikit pulih dari keadaan
"Mas apa ini?" tanyaku pada pada Mas Irwan suamiku. Iya, dia baru saja pulang dari luar kota dengan alasan pekerjaan. Suamiku merupakan tim audit dari sebuah perusahaan di bidang makanan di kota kami tinggal saat ini. Sudah menjadi hal biasa dan wajar bagiku karena perjalanan tersebut rutin dilakukannya, bukan hanya Mas Irwan melainkan juga dengan empat rekannya yang lain juga yang tergabung dalam tim audit perusahaan.Aku menyodorkan sebuah foto pada tangkapan layar ponsel yang aku dapatkan dari akun biru milik suamiku yang berhasil aku retas tanpa sepengetahuannya tentunya. Nampak nyata dalam foto tersebut yang menampakkan sebuah kebahagiaan dari sebuah keluarga kecil. Yang membuat hati ini panas adalah karena foto suami yang berada ada di antara seorang perempuan dan juga seorang anak perempuan yang sepertinya adalah anak dari perempuan yang di rangkul oleh suamiku.Mas Irwan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia nampak kebingungan dengan pertanyaan yang aku todongkan kepadan
Setelah kejadian tadi malam, pagi ini seolah masih terjadi perang dingin antara aku dan juga Mas Irwan. Jaga-jaga saja jika sampai ini terdengar oleh orang rumah suamiku, terutama itu ibu mertua atau kakak perempuannya, bisa-bisa aku yang akan mereka sudutkan dan disalahkan oleh mereka.Ternyata keisenganku meretas ponsel Mas Irwan ada manfaatnya juga. Semua berawal dari aplikasi tik-tok yang aku lihat dari ponsel milik keponakan suamiku. Aku jangan ditanya. Boro-boro punya ponsel canggih, ponsel android, bisa pegang ponsel jadul ini saja sudah bersyukur asal masih bisa berkabar dengan keluargaku di kota lain. Bukan tanpa alasan, delapan tahun pernikahan yang telah aku dan Mar Irwan jalani sudah mengisahkan banyak sekali cerita termasuk aku yang rela lima tahun pertama pernikahan kami menunda momongan untuk sengaja membantu bekerja suamiku dan untuk membantunya membiayai pendidikannya di jenjang perguruan tinggi hingga membantu menyukupi kebutuhan keluarganya karena ibu mertua telah m
Pagi ini terpaksa keluarga Mas Irwan harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli sarapan di luar. Salah siapa mulai berani bermain api di belakangku. Dasar mereka yang tidak tahu terimakasih saja. Bukan bermaksud untuk mengungkitnya, melainkan ini sebagai bukti bahwa sudah banyak yang aku korbankan untuk suami dan keluarganya namun tidak sebanding dengan apa yang aku dapatkan dari mereka."Lihat gara-gara kelakuanmu itu aku jadi keluar uang lebih!" Mas Irwan tiba-tiba saja muncul menghampiri aku ketika sedang menyuapi anak pertama kami.Aku masih acuh tidak merespons ucapannya itu. Rasa sakit hatiku atas penemuan fotonya dengan perempuan lain belum bisa aku hilangkan dari ingatanku. Aku masih mendendam dan mencari cara agar bisa mencari tahu tentang apa yang tengah suamiku ini coba sembunyikan dari aku. Kaldu saja ia sampai tega bermain gila di belakangku aku pastikan kariernya tidak akan selamat. Aku tidak akan pernah ikhlas dengan semua pengorbanan namun yang menikmati hasilnya just
Hingga senja mulai turun tidak ku dapati tanda-tanda akan kepulangan suamiku. Meski sempat terselip rasa kesal namun tetap saja naluri seorang istri tetap merasakan kegelisahan ketika tidak mendapati kabar akan pasangan hidupnya.Berulang kali aku mengecek ponsel guna mencari tahu kabar suami. Namun tak kunjung jua aku dapati apa yang aku harapkan. Tidak ada satu pun pesan yang masuk dari hasil meretas ponsel miliknya.Apa mungkin Mas Irwan sudah menaruh curiga kepadaku?Sudah aku periksa dari aplikasi hijau juga tidak kudapati nomer milikku diblokir olehnya. Foto profilnya masih terlihat hanya saja yang membuat aku kaget adalah foto profil yang tiba-tiba sudah berganti. Dari yang semula adalah foto anak kami sekarang menjadi foto pasangan yang berupa siluet atau bayangan saja. Kenapa kecurigaanku semakin bertambah. Aku harus segera bergerak dan mencari cara untuk bisa membongkar apa yang sudah suamiku itu sembunyikan.Aku memutuskan untuk membuka aplikasi biru milik Mas Irwan dari po
"Bu, Mas Irwan belum pulang?" sapaku ketika melihat ibu mertua yang baru saja keluar dari kamarnya."Kalau gak ada di rumah berarti ya, belum pulang," jawabnya enteng. "Lagian suami mana yang betah punya istri gak bisa ngurus diri. Sudah di kasih uang belanja rutin tapi gak bisa ngurus diri." Lagi kata-kata pahit dan pedas keluar dari mulut ibu mertuaku. Perempuan yang sudah aku anggap seperti ibu kandung sendiri tanpa aku bedakan. Bahkan jika dibandingkan dengan anak perempuannya, justru aku yang lebih perhatian untuk mengurangi dirinya. Sakit dan perih mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya itu. Bukannya memberikan ketenangan pada hari menantu justru ia malah menaburkan garam pada luka yang jelas-jelas menganga ini.Aku mendengus kesal mendengar jawaban dari perempuan paruh baya itu. Segera kutinggalkan saja dia. Aku berlalu tanpa dari hadapannya begitu saja. Percuma juga bersikap sopan dan juga santun pada manusia yang tidak punya hati dan perasaan. Yang ada hanya makan hati s
Aku masuk ke dalam kamar menyusul suami yang katanya ingin segera membersihkan badannya. Baru saja aku melangkah ke dalam kamar dengan pintu yang sengaja tidak tertutup dengan sempurna."Iya sayang, Mas juga sudah tidak sabar untuk kita hidup bersama."Seketika langkah kaki yang membawa diri ini terhenti dengan sendirinya. Dada ini berdentum hebat hingga cairan bening tak terasa mengembun di sudut mata."Iya, sayang, pokoknya kamu harus sabar dulu. Mas akan secepatnya mengambil keputusan untuk hidup kita berdua. Iya, Mas akan janji. Jangan merajuk begitu, nanti cantiknya malah tambah berkali lipat loh."Astaga apa ini. Apa telingaku tidak salah mendengar. Apa benar ucapan Mas Irwan barusan adalah sebuah rayuan yang sudah jelas ia utarakan untuk perempuan lain. Jujur saja hatiku sangat panas mendengar kata-katanya tadi. Pada istri yang sudah membersamainya sekian tahun. Mau menerima kondisinya seperti apapun dan juga telah menemaninya dari nol dari titik terendah, tidak pernah ia berk