"Sah.""Sah.""Alhamdulillah ....""Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."Di dalam ruang tamu rumah Rumana prosesi ijab kabul telah usai dan berjalan dengan lancar.Usai akad selesai, kedua mempelai dipertemukan di depan seorang penghulu dan tentunya disaksikan oleh para saksi dan tentu oleh wali.Semua tamu undangan dipersilahkan untuk menyicipi suguhan yang telah disediakan oleh tuan rumah."Rum, kamu cantik sekali," puji Hendra pada perempuan yang kini telah halal baginya. Rumana yang mendapatkan pujian dari suaminya itu sontak pipinya bersemu merah. Meski sebelumnya mereka telah saling mengenal lama. Namun kondisi dan situasi yang berbeda yang membuat keduanya sama-sama saling salah tingkah."Rum, Mas Hendra sudah ditunggu para tamu di depan," seru Nia dari balik pintu kamar Rumana. Sementara kedua anak Rumana asyik dengan teman baru mereka karena banyak tamu di rumah mereka yang membuat anak-anak kecil tersebut merasa senang karena rumah yang biasa
Karena diterpa emosi yang bertubi-tubi membuat Irwan tidak bisa berpikir dengan jernih. Tanpa pikir panjang dan mempedulikan siapapun. Irwan langsung mengusir Adel beserta dengan putrinya---Angel.Sudahlah pusing karena sakit hatinya ditinggal Rumana menikah. Terlebih yang menjadi suami baru mantan istrinya itu adalah mantan kakak iparnya. Irwan merasakan sakit hatinya yang begitu dalam.Sudah beberapa hari usai kejadian yang tidak terduga dan datangnya bersamaan. Irwan menjadi sosok yang tiba-tiba pendiam. Irwan memilih berdiam diri di dalam kamarnya. Pandangan matanya kosong. Berhari-hari Irwan bahkan tidak mau memasukkan satu apapun ke dalam lambungnya. Mantan suami Rumana itu juga nampak sering uring-uringan tanpa sebab. Kejadian tersebut berlangsung berhari-hari yang tentu saja membuat Bu Nur yang usianya tidak lagi muda menjadi kerepotan. Untung saja masih ada tetangga mereka yang bersimpati hingga ada dari mereka yang menyarankan agar Bu Nur segera membawa putranya itu untuk b
Waktu begitu cepat berlalu ....Dengan pertimbangan yang matang-matang Bu Nur memutuskan untuk mencari keberadaan Adel. Bukan tanpa alasan melainkan untuk bisa membantunya merawat Irwan.Dengan susah payah akhirnya Bu Nur menemukan Adel dengan kondisi yang cukup miris. Adel yang hanya sebatang kara harus hidup terkatung-katung di jajanan. Miris. Sangat berbanding terbalik dengan Adel yang sebelumnya. Kulit mulus karena rajin perawatan salon, telah berubah menjadi kulit kusam dan lebih gelap karena paparan sinar matahari dan juga debu di jalanan.Bu Nur menemukan Adel saat kondisinya memperihatinkan usai kecelakaan yang dialami oleh mantan menantunya akibat terserempet oleh mobil."Mas, kamu makan dulu." Adel menghampiri Irwan di kamarnya. Pria yang dulu dengan penampilan perlentenya itu kini sudah berubah menjadi pria dengan kulit yang membungkus tulangnya.Dengan telaten Adel merawat pria yang dulu pernah me-ratukannya. Daripada hidup di jalanan lebih baik ia tinggal kembali bersama
Adel yang terlihat panik segera membersihkan tumpahan yang ada di pakaian Irwan juga pakaian yang ia kenakan dengan menggunakan tisu yang sengaja sudah ia bawa dari rumah.Adel melihat ke sekeliling area itu dan tidak ada yang membuatnya curiga.Adel kembali melihat ke arah Irwan yang masih duduk di atas kursi rodanya. Nampak kedua tangan Irwan mengepal setelah melihat aka yang ada di depan matanya. Tidak bisa dibohongi bagaimana perasaan Irwan yang melihat orang yang pernah ada di dalam hidupnya berjalan dan bersanding dengan pria lain dengan pancaran penuh dengan kebahagiaan.Akhirnya luluh juga embun yang tadi menjadi kabut di mata Irwan. Sakit yang teramat kembali hadir usai luka yang sebelumnya belum mengering sempurna."Mas kamu baik-baik saja? Apa kamu kita pulang saja?"Irwan terdiam. Pria tersebut masih sibuk dengan kegundahan hatinya. Irwan ternyata masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rumana kini telah menjadi milik orang lain.Andai saja dulu ia tidak tergoda dengan r
Seiring waktu terus bergulir semua keadaan pun mulai berbalik. Irwan sudah berusaha untuk menerima nasib dan keadaannya yang sekarang. Pria itu sudah mulai menerima apa yang ada di depannya saat ini karena yang sudah jauh pasti akan sangat sulit untuk bisa dijangkau kembali.Semua mulai berdamai dengan keadaan.Setelah beberapa tahun berlalu. Irwan akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu dengan Adelia. Keduanya meresmikan hubungan secara negara dan juga agama.Ratna yang sudah lama pergi dan menghilang akhirnya kembali ditemukan meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Berbagai cara sudah diupayakan oleh Bu Nur untuk memulihkan kembali kondisi putrinya itu hingga ia sendiri tidak memperhatikan kondisi kesehatannya di usianya yang sudah lanjut itu.Setelah Ratna mulai sedikit membaik. Takdir berkehendak lain. Bu Nur harus pergi meninggalkan anak cucunya untuk menghadap Ilahi. Kesedihan tentu saja datang menyelimuti keluarga yang baru saja merasakan sedikit pulih dari keadaan
"Mas apa ini?" tanyaku pada pada Mas Irwan suamiku. Iya, dia baru saja pulang dari luar kota dengan alasan pekerjaan. Suamiku merupakan tim audit dari sebuah perusahaan di bidang makanan di kota kami tinggal saat ini. Sudah menjadi hal biasa dan wajar bagiku karena perjalanan tersebut rutin dilakukannya, bukan hanya Mas Irwan melainkan juga dengan empat rekannya yang lain juga yang tergabung dalam tim audit perusahaan.Aku menyodorkan sebuah foto pada tangkapan layar ponsel yang aku dapatkan dari akun biru milik suamiku yang berhasil aku retas tanpa sepengetahuannya tentunya. Nampak nyata dalam foto tersebut yang menampakkan sebuah kebahagiaan dari sebuah keluarga kecil. Yang membuat hati ini panas adalah karena foto suami yang berada ada di antara seorang perempuan dan juga seorang anak perempuan yang sepertinya adalah anak dari perempuan yang di rangkul oleh suamiku.Mas Irwan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia nampak kebingungan dengan pertanyaan yang aku todongkan kepadan
Setelah kejadian tadi malam, pagi ini seolah masih terjadi perang dingin antara aku dan juga Mas Irwan. Jaga-jaga saja jika sampai ini terdengar oleh orang rumah suamiku, terutama itu ibu mertua atau kakak perempuannya, bisa-bisa aku yang akan mereka sudutkan dan disalahkan oleh mereka.Ternyata keisenganku meretas ponsel Mas Irwan ada manfaatnya juga. Semua berawal dari aplikasi tik-tok yang aku lihat dari ponsel milik keponakan suamiku. Aku jangan ditanya. Boro-boro punya ponsel canggih, ponsel android, bisa pegang ponsel jadul ini saja sudah bersyukur asal masih bisa berkabar dengan keluargaku di kota lain. Bukan tanpa alasan, delapan tahun pernikahan yang telah aku dan Mar Irwan jalani sudah mengisahkan banyak sekali cerita termasuk aku yang rela lima tahun pertama pernikahan kami menunda momongan untuk sengaja membantu bekerja suamiku dan untuk membantunya membiayai pendidikannya di jenjang perguruan tinggi hingga membantu menyukupi kebutuhan keluarganya karena ibu mertua telah m
Pagi ini terpaksa keluarga Mas Irwan harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli sarapan di luar. Salah siapa mulai berani bermain api di belakangku. Dasar mereka yang tidak tahu terimakasih saja. Bukan bermaksud untuk mengungkitnya, melainkan ini sebagai bukti bahwa sudah banyak yang aku korbankan untuk suami dan keluarganya namun tidak sebanding dengan apa yang aku dapatkan dari mereka."Lihat gara-gara kelakuanmu itu aku jadi keluar uang lebih!" Mas Irwan tiba-tiba saja muncul menghampiri aku ketika sedang menyuapi anak pertama kami.Aku masih acuh tidak merespons ucapannya itu. Rasa sakit hatiku atas penemuan fotonya dengan perempuan lain belum bisa aku hilangkan dari ingatanku. Aku masih mendendam dan mencari cara agar bisa mencari tahu tentang apa yang tengah suamiku ini coba sembunyikan dari aku. Kaldu saja ia sampai tega bermain gila di belakangku aku pastikan kariernya tidak akan selamat. Aku tidak akan pernah ikhlas dengan semua pengorbanan namun yang menikmati hasilnya just