Share

SMP • 04

Author: Kaitani_H
last update Last Updated: 2021-01-28 05:42:54

RAFFA menghentikan mobilnya di depan restoran, dia tidak turun demi membukakan pintu untuk seseorang yang sedang menatapnya dengan kesedihan. "Aku ... turun, ya?"

Raffa menggertakkan giginya. "Kalau nggak turun, lo mau terus-terusan di sini emangnya?"

"Kupikir, kamu kangen sama aku," jawaban itu membuat Raffa meradang.

Dia kangen, iya, dia kangen pada Riza. Sayangnya, dia tidak akan mau mengakuinya. Riza sudah punya pacar, tapi entah kenapa dia malah berdekatan dengan Raffa. Bukannya Raffa tidak pernah seperti ini, tapi dia selalu menjaga diri agar tidak mendua begitu dia memilih salah seorang menjadi pacarnya.

Kalaupun dia mau bersama wanita lain, dia akan memutuskan kekasihnya lebih dulu. Dia takkan jalan bersama dua orang wanita secara bersamaan, tidak seperti perempuan di sebelahnya ini. Mereka sangat berkebalikan dan jujur saja, sifat itu tidak dia sukai.

"Entah kangen atau enggak, itu bukan urusan lo. Gue sibuk, Riz, jadi cepet keluar dari sini, gue mau balik ngantor."

"Oke, aku keluar, ya." Bukannya langsung turun, Riza malah memberikan kecupan singkat di pipi Raffa. "Aku kangen kamu yang dulu."

Raffa hanya bisa mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dirinya yang dulu takkan kembali lagi, dia takkan bisa bersama wanita itu lagi walau setelah semua waktu yang telah mereka lalui.

Dunia mereka berbeda.

Dan tidak akan pernah menjadi sama.

***

Perjodohan ini bukan hanya sekali dua kali, melainkan sudah berulang kali. Raffa harus menahan kesabarannya setelah apa yang ia alami hari ini. Biasanya, dia akan memasang muka santai, tampak tidak peduli, dan pada akhirnya dia akan menolaknya mentah-mentah.

Lagipula, wanita yang selama ini dijodohkan dengannya tidak masuk kriterianya sama sekali. Jelas saja, mereka bukan wanita baik-baik. Raffa takkan tertipu lagi untuk yang kedua kalinya. Cukup sekali ia merasa benar dengan pendapatnya, bahkan sepupunya berpendapat hal yang sama, tapi nyatanya, wanita itu hanyalah serigala berbulu domba.

"Ck!" decakannya mengundang perhatian dari kedua belah pihak keluarga.

Ibunya menatap dia tidak suka, sedang ayahnya menatapnya datar. Sebagai salah satu Gunawan tertua yang tersisa, August memiliki sifat yang hampir sama persis dengan sepupunya. Tidak terlalu banyak berekspresi dan tatapan dingin yang menghunjam tanpa ampun.

Mungkin, dari sejarah yang ada, hanya dia satu-satunya Gunawan yang punya sikap biasa cenderung slengekan, ditambah sifat playboy-nya yang tidak tanggung-tanggung.

Hanya dia ... Julian Raffa Gunawan.

"Kenapa Raff?"

"Iya, kayaknya kita nggak bisa cocok, deh, Ma," ujarnya sembari mengedikkan bahu.

Wanita di hadapannya cantik, menarik jelas, pendidikannya tinggi, latar belakang keluarganya pun pasti. Semua konglomerat pasti senang menjadikan wanita ini sebagai menantunya, tapi sayangnya, Raffa bukan orang yang mau memiliki istri sesempurna itu.

Terutama, dilihat secara sekilas. Selain sudah tidak lagi perawan, wanita ini jelas-jelas memiliki sifat yang bisa memeras Raffa hingga kering. Bukannya dia orang miskin yang tidak sanggup membiayai, dia cuma tidak mau memiliki istri boros yang lebih suka tas branded sekian ratus juta, pakaian belasan juta, dan sekian aksesoris lain yang memiliki angka nol minimal berjumlah enam.

Dia memang menyukai wanita yang memiliki fashion bagus dan glamour, tapi wanita sejenis itu hanya bisa dijadikan piala. Mereka tidak cocok untuk diajak berumah tangga. Apalagi, gajinya sekarang masih belum sampai seratus juta. Benar-benar bisa kering tabungannya kalau sampai memiliki istri sejenis ini.

Iya, keluarganya memang kaya, tapi mau sampai kapan dia menengadahkan tangan dan meminta pada kedua orang tuanya?

"Kenapa nggak dicoba dulu?" tanya wanita itu disertai senyuman manis yang pasti bisa melelehkan hati pria manapun, kecuali para Gunawan. Tentu saja, senyuman itu terlalu biasa saja di matanya.

"Sori, tapi aku nggak ada waktu buat coba-coba lagi, kalau udah tahu hasilnya nggak pasti."

August berdeham, dia menatap putranya dengan delikan tajam yang sukses membuat Raffa membungkam paksa bibirnya. "Mungkin, sebaiknya kita sudahi dulu pertemuan malam ini. Saya akan bicara kembali dengan putra saya, jika dia berniat mengubah pendapatnya, saya akan menghubungi kalian kembali."

"Saya sangat menunggu jawaban terbaik sari kalian, Aug. Sebagai teman lama, saya berharap bisa berbesan dengan Anda."

Rossaline tersenyum manis dan menggenggam erat tangan wanita yang sejak tadi memasang senyum terbaiknya. "Mama akan berusaha memaksa Raffa agar menerima perjodohan ini."

"Makasih, Ma!"

Raffa memutar bola matanya bosan. Setelahnya mereka pulang dan Rosa memarahinya habis-habisan. "Dia itu suka sama kamu, Raf? Kenapa kamu nggak coba menerima dia saja? Dara itu perempuan baik-baik, dia sangat cocok menjadi istri kamu."

"Please, deh, Ma. Raffa juga bisa menilai mana wanita baik-baik atau enggak. Kalau Raffa udah ketemu sama wanita itu, tanpa nunggu waktu lama, Mama akan menjadi orang pertama yang tahu."

August berdeham. "Kamu sepertinya sudah menemukannya."

Satu-satunya yang ada di kepala Raffa hanyalah gadis yang hampir ia tiduri di malam pernikahan Nayla dan Ethan. Wanita itu memang berkata telah memiliki calon suami, lalu menolaknya mentah-mentah. Namun, dia tahu wanita itu adalah wanita yang baik.

Jika bukan karena khilaf, dia takkan berakhir di tempat itu, apalagi alasannya sampai sana karena Raffa yang telah menggodanya dengan godaan maut dan menyeretnya memasuki salah satu kamar di lantai atas. Namun, bukan hal itu yang membuat Raffa tetap bisa memikirkannya terus menerus.

Wanita itu punya pengendalian diri yang tinggi. Satu-satunya hal yang tak ia miliki. Dan juga ... dia memiliki kesetiaan. Satu-satunya hal yang mungkin tersisa secuil di hati Raffa yang sekarang.

"Hm, kalau aku bisa merampasnya dari calon suaminya."

"GILA KAMU MAU JADI PEBINOR!" komentar ibunya langsung, sedangkan ayahnya mengangkat bahu tak peduli.

Baginya, asalkan Raffa bahagia dengan pilihannya, dia akan menyetujuinya, walau anaknya harus mengambil calon istri orang lain.

"Kan masih calon, Ma. Masih bisa jadi milik bersama, nah, kalau udah nikah, ya udah, Raffa nyerah."

"Mama nggak tahu, deh, harus nasihatin kamu kayak gimana lagi! Terserah kamu, Raffa! Terserah!" Rosa menatap Raffa tajam. "Tapi cepat bawa kami menemui orang tuanya."

Raffa hanya bisa memasang senyum miring. Kenal saja belum, jadian apalagi, sudah disuruh membawa kedua orang tuanya bertemu dengan orang tua wanita yang bahkan tidak ia kenal siapa namanya.

____

Pasrah daku denganmu, Raffa!


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Mantan Playboy (INDONESIA)   (sequel) Evan - Lilya | Blurb

    Perusahaan keluarga nyaris bangkrut, keuangan menipis lantaran terbiasa hidup hedonis.Lilya harus menerima takdir Kenanga yang menolak dijodohkan dengan Pak Tua Mesum dari keluarga Gunawan yang terkenal. Demi keluarga dia rela berkorban, dia rela digadaikan, dinikahkan dengan Pak Tua Mesum Gunawan yang terkenal kaya raya.Namun, Pak Tua itu tidak mau menunjukkan dirinya sebelum hari pernikahan mereka tiba. Sosoknya yang misterius dan selalu bersembunyi di balik kamera, akhirnya terungkap saat ia menikahi Lilya dengan cara terhormat."K-kamu ... masih muda?" tanya Lilya dengan polosnya."Kamu kira saya sudah tua?"Lilya menggeleng panik. "Tapi, kata Kak Kenanga, kamu orang tua mesum dari keluarga Gunawan yang terkenal."Laki-laki bernama Evan itu mendengkus keras. "Itu hanya rumor palsu tentang saya, jangan percaya rumor sebelum kamu melihat sendiri buktinya."Apakah Lilya yang selalu menderita bisa hidup bahagia dengan suaminya Evan? Ataukah Kenanga akan menjadi duri dalam daging di p

  • Suamiku Mantan Playboy (INDONESIA)   (Sequel) Dikejar Aktor Gila! | Prolog

    KEPALANYA terasa pusing, padahal Syila hanya perlu kembali pada teman-temannya dan mengatakan, kalau dia sudah menyelesaikan tantangannya untuk mencium orang pertama yang ia lihat ketika keluar dari toilet.Benar sekali, mereka sedang memainkan permainan terkenal "Truth or Dare" di mana Syila lebih memilih dare daripada dia harus berkata jujur pada teman-teman barunya.Syila menyenderkan tubuhnya ke tembok. Alkohol yang ia minum cukup banyak dan membuatnya mabuk, itu mengapa dia menerima tantangan gila itu tanpa protes apa pun."Hei!"Syila menoleh, dengan mata menyipit, mencoba mengenali sosok yang menghampirinya. Ternyata pria itu yang mendatanginya, Syila kira siapa."Kenapa?" Syila mengedip berulang kali.Awalnya, Syila pikir pria ini seorang perempuan, jadi ia sama sekali tak merasa ragu saat menciumnya. Apalagi dia sedang memakai hoodie hitam yang menutupi kepala, jadi identitasnya terasa samar-samar."Lo mabuk?""Hm, nggak apa-apa," gumam Syila seraya berjalan dengan menggunakan

  • Suamiku Mantan Playboy (INDONESIA)   Ex • 04

    TIDAK ada hal yang lebih mendebarkan daripada menunggu kelahiran anak pertama. Apalagi, baik Riri maupun Raffa sama-sama tidak mau mengetahui jenis kelamin anak mereka. Yang mereka mau dengar setiap kali memeriksakan kandungan adalah kesehatan bayi mereka di perut Riri yang kini sudah menginjak usia sembilan bulan.Raffa mendekatkan wajahnya ke perut buncit istrinya. "Kak, kamu beneran nggak mau apa-apa di dalam perut mamamu?"Riri terkikik melihatnya, ini bukan kali pertama Raffa berbicara pada anak mereka, tapi entah mengapa dia selalu ingin tertawa setiap kali melihatnya.Dulu, saat pertama kali Raffa berbicara pada anak mereka, dia memanggilnya dengan sapaan 'Dek' yang kemudian Riri lerai, "Memangnya kamu nggak mau punya anak lagi setelah ini?"Dan setelahnya Raffa jadi bersemangat untuk menyapa anak mereka setiap malam dengan panggilan 'Kakak'.Raffa memandangi istrin

  • Suamiku Mantan Playboy (INDONESIA)   Ex • 03

    RAFFA sedang bekerja. Punya asisten merangkap sekretaris seperti Allen membuat Raffa tidak bisa berbuat apa-apa selain duduk patuh di balik laptop dan mengerjakan semua tugasnya.Allen seperti memaksa Raffa membuang semua sifat malas yang ia punya. Dan pria itu berhasil, Raffa benar-benar ingin pekerjaannya segera selesai agar ia bisa pulang dan menemui istrinya, daripada harus menghadapi si Robot Allen terus-menerus.Ponsel Raffa tiba-tiba saja berbunyi. Dia meraih ponselnya dan mulai membuka akun sosmed yang barusan berbunyi.Dari Instagram Revan. Tampak, sahabatnya itu sedang memeluk seorang wanita dengan tangan kanannya.Raffa tersenyum manis, dia pikir Revan telah menemukan wanita pujaan hatinya, tapi begitu melihat wajah wanita itu, Raffa jadi ingin membunuh seseorang sekarang."Kalau jodoh nggak akan ke mana." Tulis Revan di caption Instagramnya yang membua

  • Suamiku Mantan Playboy (INDONESIA)   Ex - 02

    RIRI tidak boleh stres, tidak boleh banyak pikiran apalagi memikirkan kapan dia punya anak. Dia harus rileks, santai, dan biasa saja. Riri juga harus mengenali kapan dia berada di fase lagi tanggal subur atau tidak dan berusaha meminimalisir hubungan seksual yang keras atau aneh-aneh.Nasihat dari Revan sudah nancap di otak. Riri berharap bisa hamil cepat, bulan depan paling tidak dia sudah isi. Ini hanya rencana dan Riri tidak boleh terlalu berharap, karena kembali lagi, apakah Tuhan akan merestui niat dan keinginannya?"Raffa!"Raffa menoleh, dia mengernyitkan dahi saat Riri menghambur memeluk tubuhnya yang sedang duduk di ranjang sambil memangku laptop kerjanya."Maaf buat yang tadi siang, ya?"Raffa mengangguk singkat, kemudian mencium kening istrinya. "Maaf juga, karena kamu harus menerima karma dari perbuatanku di masa lalu. Maafin, aku, ya, Ri?"Riri menggeleng pelan. "Kamu nggak salah, seenggaknya sekarang kamu udah berubah. Kita bel

  • Suamiku Mantan Playboy (INDONESIA)   Ex - 01

    "GIMANA hasilnya?" tanya Raffa yang menunggu di depan pintu sambil menatap istrinya dengan harapan besar.Riri menyodorkan sebuah tes pack kepada Raffa dengan muka cemberut. "Negatif, aku nggak hamil."Raffa mendesah kecewa. Mereka merasa sudah membuat anak seperti biasa, tapi kenyataannya, Tuhan belum menitipkan seorang bayi pun pada mereka."Ya udah, deh, sabar dulu aja."Riri mendengkus. Raffa tahu pasti, kalau istrinya sedang kesal. Riri ingin punya anak secepatnya, tapi mereka belum dikaruniai juga. Namun, mau bagaimana lagi?"Aku sabar, kok, kamu juga yang sabar karena siap puasa lagi seminggu."Dan Raffa ingin segera punya anak, supaya dia tidak terkena lampu merah ketika ingin memiliki istrinya. Walau sembilan bulan kemudian dia akan merengut lantaran perhatian Riri terbagi, tapi setidaknya, Riri senang karena sudah punya baby, dan Raffa juga tidak akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status