Share

Ke mana?

Sayangnya, aku lupa mengatakan keinginanku pada Mas Gihan. Pria itu sudah terlihat terlelap sekarang.

Maka dari itu, aku pun memikirkan sebuah ide. Sengaja kujaga mata agar tak tertidur, sebab aku ingin memergoki ke mana perginya suamiku itu setiap malam.

Dia akan selalu menghilang setiap di atas pukul 00.00, begitu menurut analisaku sebulan ini. Aku hanya pura-pura memejamkan mata saja dengan posisi memeluk guling dengan membelakanginya, agar ia tak tahu kalau aku tak benaran tidur.

Tak lama kemudian setelah aku membuka sedikit mata untuk melihat jam di dinding kamar, terasa gerakan Mas Gilhan bangkit dari tempat tidur lalu melangkah. Aku membalikkan tubuh perlahan dan melihatnya membuka pintu kamar dan keluar.

Dengan sigap, aku juga bangkit dari tempat tidur dan mengikutinya membuka perlahan pintu dan mengintip ke luar, dia terlihat menuruni anak tangga. Untung saja lampu di rumah ini di matikan sebagian, jadi aku bisa mengikutinya dengan aman.

Setelah kulihat Mas Gilhan sampai di lantai bawah, aku segera menuruni anak tangga pula. Pikiran jahat mulai mengotori pikiran ini, firasat mengatakan kalau suamiku itu akan mendatangi kamar pembantu kami, Bik Ana, seperti cerita yang sering kutonton di televisi dengan cerita suami majikan selingkuh dengan pembantu. Agghh ... semoga aku salah.

Tak lama kemudian, aku telah tiba di lantai bawah, aku celingukan mencari Mas Gilhan, ke mana dia? Dalam suasana temaram begini, sebab hanya lampu ruang tengah saja yang masih menyala, ditambah pula dengan rumah yang besar begini, aku jadi mudah kehilangan jejak.

Eh, aku seperti melihat bayangan yang menuju lorong untuk ke belakang, yang di samping kanannya terdapat kamar Bik Ana. Jantung makin berdebar kencang saja, aku belum siap jika memergoki suamiku beselingkuh dengan pembantu, apalagi usia pernikahan kami baru sebulan. Kalau dia memang ada main dengan pembantunya itu, kenapa mereka tak menikah saja? Toh dia sudah lama menduda, sebab istri pertamanya meninggal tak lama beberapa bulan setelah melahirkan putri kembarnya itu.

Eh, Mas Gilhan tak menyinggahi kamar Bik Ana, ia malah menuju ruangan belakang yang terdapat pintu untuk ke halaman belakang yang katanya hutan itu, karena suamiku memang pernah bilang begitu, di belakang itu hutan dan tak ada yang boleh ke sana.

Pintu belakang terbuka, itu artinya suamiku sudah keluar. Aura detektifku yang tadi begitu menggelora kini menciut, apalagi bulu kuduk terasa berdiri. Akan tetapi, mau kembali aja sudah nanggung, lebih baik kutuntaskan semua ini biar tahu ke mana tujuan Mas Gilhan setiap malam.

Aku berdiri di dekat pintu dengan mata mencoba mencari sosok suamiku di antara pekatnya malam, namun tak terlihat apa pun di sana. Ke mana perginya Mas Gilhan? Apa dia pemuja setan yang setiap malam harus bercinta dengan kuntilanak atau ... ahhh ... aku tak tahu. Akan tetapi, belum sempat aku mengkaji lebih jauh, terasa ada sebuah tangan yang memegang pundakku.

“Aaagg!!!” jeritanku terasa tertahan, aku kelu dan tak dapat mengeluarkan suara.

Dengan suara yang tertahan dan lutut yang gemetar, aku berusaha membalik badan untuk melihat siapa yang ada di belakang.

Sebuah tangan masih terasa memegang pundakku, akan tetapi ternyata tak ada siapa pun yang ada di belakang, hanya ada udara yang terasa aneh yang membuat bulu kuduk terasa berdiri.

 Tiba-tiba, aku melihat sebuah bayangan hitam melesat masuk ke dalam rumah!

"Ya Tuhan, benda apa itu?" lirihku.

Jantung jadi berdebar tak karuan, dengan tubuh yang gemetar karena menahan takut, napas jadi memburu cepat. Aku berusaha menguasai diri agar tak pingsan di sini. Namun, baru saja aku mengatur napas....

'Braakkk’ Tiba-tiba terdengar suara pintu seakan didorong kasar.

Bersambung ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bagus Sudewo
Gila misteri bgt, aku merasalan sensasinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status