Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Terasa ada yang turun dari ranjang. Aku yang sedang tertidur bisa merasakan hal itu. Kuubah posisi tidur dari menyamping menghadap dinding, menjadi miring ke kanan, menghadap ke arah suamiku. Kuraba, namun tak ada terasa tubuh Mas Gilhan, suamiku. Kubuka mata perlahan dan benar saja, tempat tidurnya sudah kosong. Kukucek mata, dan melihat jam di dinding yang mengarah ke 01.05. Agghh ... suamiku memang suka menghilang di setiap malam. Pergi ke mana dia? Ketika subuh barulah dia kembali dan aku tak pernah tahu kapan ia datang, tapi tiba-tiba sudah ada di sampingku, selalu begitu setiap hari.Aku berusaha bangkit dari tempat tidur untuk mencarinya, tapi tubuh ini terasa berat dengan mata yang terasa amat mengantuk. Aku tak bisa menggerakkan tubuh hingga akhirnya kembali tertidur.***** “Sayang, Mas berangkat kerja dulu!” Terdengar suara samar-samar. Aku membuka mata dan mendapati Mas Gilhan sudah bersiap dengan pakaian kerjanya, setelan jas berwarna hitam. Kulirik jam di dinding yang
Sayangnya, aku lupa mengatakan keinginanku pada Mas Gihan. Pria itu sudah terlihat terlelap sekarang.Maka dari itu, aku pun memikirkan sebuah ide. Sengaja kujaga mata agar tak tertidur, sebab aku ingin memergoki ke mana perginya suamiku itu setiap malam. Dia akan selalu menghilang setiap di atas pukul 00.00, begitu menurut analisaku sebulan ini. Aku hanya pura-pura memejamkan mata saja dengan posisi memeluk guling dengan membelakanginya, agar ia tak tahu kalau aku tak benaran tidur.Tak lama kemudian setelah aku membuka sedikit mata untuk melihat jam di dinding kamar, terasa gerakan Mas Gilhan bangkit dari tempat tidur lalu melangkah. Aku membalikkan tubuh perlahan dan melihatnya membuka pintu kamar dan keluar.Dengan sigap, aku juga bangkit dari tempat tidur dan mengikutinya membuka perlahan pintu dan mengintip ke luar, dia terlihat menuruni anak tangga. Untung saja lampu di rumah ini di matikan sebagian, jadi aku bisa mengikutinya dengan aman. Setelah kulihat Mas Gilhan sampai d
Aku kembali terkaget-kaget dengan memegangi dada.Segera, aku menoleh ke belakang. Ternyata pintu belakang tertutup dengan sendirinya dan di depan pintu ada seorang anak laki-laki. Aku tak bisa melihat dengan jelas sosok pucat itu, wajahnya mirip Niko, putra sulung suamiku. “Ni—Niko .... “ seruku dengan terbata-bata. Tanpa menjawab perkataanku, dia melangkah melewatiku dan tubuh ini seperti tertarik untuk mengikuti langkahnya menyusuri lorong untuk menuju ke dapur. Saat tersadar, ternyata aku sudah berada di depan anak tangga untuk menuju ke lantai atas. “Niko!” panggilku dengan sambil celingukan, mencari sosok Niko yang tadi menuntunku untuk sampai di sini. Tak ada siapa pun di sini, bulu kuduknya tak hentinya meremang, tubuh ini semakin panas dingin. Aku memegangi dada, berusaha mengatur pernapasan. Sebaiknya aku kembali ke kamar saja. Besok pagi akan kutelusuri halaman belakang itu sebab aku sangat yakin kalau Mas Gilhan menuju ke sana tadi. Dengan tergesa-gesa, aku menaiki a
Aku menggelengkan kepalaku.Setelah Niko berangkat ke sekolah, Mas Gilhan juga pamit kantor. Kini di rumah hanya tinggal aku, Bik Ana juga si kembar. Aku melangkah menuju anak tangga, hendak kembali ke kamar. Setelah mandi nanti, aku akan menyelidiki rumah ini. Aku sedikit heran, di rumah sebesar ini hanya memiliki satu asisten rumah tangga saja yang merangkap sebagai pengasuh juga. Saat menaiki anak tangga, Nayla dan Naura terlihat sedang menonton acara kartun di televisi, sedang Bik Ana sedang menyapu lantai. Dia memang wanita tangguh, bisa mengerjakan semuanya.Sesuai yang kurencanakan, setelah selesai mandi dan berpakaian, aku segera turun ke bawah dan menuju dapur. Bik Ana tak ada di sini, mungkin sedang menemani si kembar bermain. Oke, hari ini aku yang akan memasak sebab bosan juga rasanya kalau cuma bengong sendiri di kamar dan tak mengerjakan apa pun. Aku yang keseharian selalu menghabiskan waktu untuk bekerja di kantor, namun sekarang harus menghabiskan waktu di rumah, ras
Bik Ana mendekat kepadaku, namun aku segera berlalu menuju ruang keluarga yang terdapat televisi. Lebih baik menonton sinetron saja kalau mengerjakan apa pun tak dibolehkan.Kuraih ponsel lalu mengetik pesan yang akan kukirimkan kepada suamiku. Akan kuadukan perlakuan tak menyenangkan dari pembantu bertampang sangar itu. [Mas, aku tak senang dengan perlakuan Bik Ana kepadaku hari ini. Masa aku mau memasak saja gak dibolehin dan malah diusir dari dapur? Memangnya kamu pernah memberikan mandat kepadanya agar melarangku melakukan apa pun di rumah ini?] Segera kukirimkan pesan itu dan menunggu Mas Gilhan membukanya. Akan tetapi, jangankan dibaca, terkirimkan pun tidak, pesanku hanya centang satu saja. Ke mana suamiku itu? Aku tak habis akal, kuketik pesan untuk temanku yang masih bekerja di kantornya. [Mir, Mas Gilhan, suamiku ... sedang apa dia? Apa dia ada di ruangannya atau sedang keluar?] Pesan itu langsung kukirim kepada Mira, temanku. Lima menit kemudian, pesanku langsung mendap
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamPart 6 : Ketindihan “Hahaa ... oke, oke. Jadi begini, Mas memang ada bilang kepada Bik Ana agar jangan membiarkan kamu melakukan pekerjaan apa pun di rumah ini sebab aku membawamu ke rumah ini sebagai istri, bukan sebagai ... hmm ... wanita yang akan disuruh-suruh melakukan pekerjaan apa pun. Kamu Ratu di rumah ini, Sayang, juga Ratu di hati, Mas. Jangan marah lagi, soalnya Mas sibuk sekali di kantor hari ini sehingga pegang ponsel saja tak sempat,” ujar suamiku dengan nada khasnya, lemah lembut dan bikin darah tinggi mendadak turun.“Mas, nggak gitu juga kali? Kalo cuma masak, masa aku juga nggak boleh? Aku bosan kalau cuma duduk bengong saja di rumah ini, udah gitu ... mau main sama di kembar juga nggak dibolehin sama pembantu songong itu!” Aku mengerucutkan bibir.“Hmm ... bukan maksudnya begitu, Bik Ana hanya menuruti perintahku saja kalau ia tak boleh membebankan pekerjaan apa pun kepadamu termasuk mengasuh dua putriku,” jawab saumiku lagi.Aku m
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamPart 7 : Naura dan NaylaSetelah Mas Gilhan pamit ke kantor, aku melangkah masuk dan di ruang tengah. Di sana terlihat si kembar sedang membongkar keranjang mainannya. Bik Ana kayaknya lagi sibuk di dapur, bagus deh, aku jadi ada kesempatan untuk bermain bersama dua gadis kecil menggemaskan ini.“Mama Sindy, main yuk!” ajak salah satu dari putri tiriku itu, karena wajah, gaya rambut dan pakaian yang selalu sama, aku tak bisa membedakan keduanya.“Ayo!” jawabku dengan tesenyum dan duduk di antara mereka.“Nayla mau yang ini!” ujar anak tiriku itu sambil meraih sebuah boneka barby, aku langsung mengingat kalau yang duduk di sebelah kananku adalah Nayla jadi yang sebelah kiri pasti Naura.“Iya, Naura yang ini saja dan Mama Sindy yang ini,” ujar Naura dengan memberikan boneka barby dengan gaun pesta bewarna pink itu. “Hmm ... dan untuk Mama .... “ sambungnya dengan memberikan boneka barby dengan baju santai, celana pendek dan tanktop, ke udara.Eh! Aku ber