Share

Bab 2

"Pergi dari rumah ini, apa maksudnya mas? Apa mas ada masalah dengan orang hingga kita harus pindah dari sini?" tanya Rahma tak mengerti.

"Tidak, mas tidak memiliki masalah dengan siapapun," jawab Yudha.

"Lalu?"

"Kejutan, nanti kamu akan tahu sendiri. Sebelum itu mas minta kamu persiapkan diri saja, karena nantinya semua orang akan mencarimu. Ah ... Sudahlah, mas lapar, kamu masak apa hari ini dek?"

"Aku cuma bikin bacem tempe sama sambel terasi mas," jawab Rahma menunduk.

"Sambel terasi ya, wah bakalan nambah nanti, ayo temani mas makan dulu," ajak Yudha sambil melangkah menuju ke dapur yang hanya bersekat dinding dengan kamar mandi di belakang.

"Iya, mas." Ujar Rahma sambil meraih plastik berisi opor ayam yang diberikan Widya padanya tadi.

Melihat sikap Rahma, sontak Yudha langsung memperhatikan plastik yang dipegang Rahma. Dengan tatapan mata penuh tanya, lelaki itu menghentikan langkah lalu memandang istrinya.

"Ini opor ayam, tadi diberi sama mbak Widya, mau aku buang. Paling juga sudah mau basi, seperti yang sudah-sudah," Ujar Rahma getir. Seakan tahu apa yang dipikirkan suaminya.

"Ya sudah, ayo kita makan dulu, lagipula, bacem tempe sama sambel terasi buatanmu lebih enak dari opor ayam itu," sahut Yudha tersenyum.

Rahma membalas senyuman itu dengan lengkungan tipis di wajahnya, hatinya sakit ketika melihat orang yang dicintainya tidak dihormati dan dianggap oleh keluarganya, namun dalam hati kecilnya Rahma yakin jika tak selamanya kemiskinan akan menderanya, selagi ada kemauan untuk berusaha maka akan selalu ada jalan untuk meniti kesuksesan.

"Mas, kamu kenal si Nia kan, anaknya Bi Zainab, katanya bulan depan, dia akan menikah." Lirih Rahma mengatakannya.

"Kalau di undang ya datang saja dek, tapi kalau nggak di undang, nggak usah datang," sahut Yudha santai.

"Entahlah mas, lihat saja nanti. Undangannya sih ada."

Yudha menggeleng, ia tahu mengapa Rahma tak begitu bersemangat menyambut undangan tersebut, sama seperti kakak dan iparnya, Zaenab, adik dari Alm. Bapak mertuanya itu juga tak bersikap baik pada mereka. Bahkan terkadang, kedapatan mengunjingkan mereka pada para tetangga.

Keluarga Rahma memang bukanlah keluarga kaya di kampung ini, namun mereka juga tak juga bisa dikatakan miskin, setidaknya, semasa hidupnya, kedua Alm. mertuanya meninggalkan sebidang tanah yang cukup luas dan beberapa petak sawah yang kini dikuasai oleh Nella dan Deni, kedua saudara kandung Rahma. Sedangkan Rahma sendiri, si bungsu itu hanya diberikan uang lima belas juta saja, yang kini sengaja disimpan Rahma di bank untuk keperluan mendesak.

Yudha tahu semua hinaan itu berawal dari keputusan Rahma yang memutuskan untuk menerima lamarannya, andai Rahma menerima lamaran Arie, anak juragan beras dari kampung sebelah yang sengaja dijodohkan oleh kedua saudaranya itu, mungkin Rahma tidak akan diperlakukan buruk dan dikucilkan seperti ini.

Ada rasa bersalah di benak Yudha bila mengingat betapa besar pengorbanan Rahma demi menerima lamarannya. Dalam hati Yudha berjanji, tak akan lagi ia membiarkan Rahma dihina dan di rendahkan lagi oleh keluarganya.

"Dek, jika nanti kita memiliki uang yang banyak, apa yang akan kau lakukan pada mereka yang menghinamu?"

"Tentu saja memberi mereka pelajaran, mas," ujar Rahma geram, yang membuat Yudha menggeleng lalu tersenyum.

***

Seminggu kemudian.

Malam menjelang ketika pintu rumah kontrakan Rahma diketuk seseorang dari luar. Bergegas Rahma melangkah ke depan untuk membuka pintu menyambut siapa tamu yang berkenan datang ke gubuk huniannya.

Wajah wanita itu berubah masam ketika ia melihat Nia, sepupunya yang kini berdiri dihadapannya. Sama seperti dirinya, wajah Nia pun terlihat tidak begitu gembira bertemu dengan Rahma.

"Ada apa?" Tanya Rahma datar.

"Aku sengaja datang buat ngasih seragam ini untukmu," ucapnya sambil menyerahkan sebuah kantong plastik berwarna putih itu padanya.

"Dipakai nanti saat acara di rumahku dan jangan malu maluin. Aku tidak mau keluarga mertuaku berpikir macam macam. Karena mereka keluarga kaya." Ketus Nia mengatakannya.

"Ya setidaknya setelah menikah, aku tak perlu pusing memikirkan uang karena gaji calon suamiku cukup besar," gadis itu menyombongkan diri.

"Alhamdulillah, baguslah," balas Rahma tersenyum.

"Ya sudah, ingat Rahma di acara nanti jangan sampai membuatku malu," pesan Nia sebelum meninggalkan rumah kontrakan Rahma.

Rahma menggeleng lalu menghela nafas panjang, mencoba menjaga kewarasannya. Dipandanginya plastik putih yang berisi seragam pernikahan itu dengan tatapan nanar, hati kecilnya bimbang antara ingin menghadiri atau tidak di acara itu nanti.

Rahma sadar bukan tak mungkin hinaan akan kembali di terimanya jika ia menghadiri acara tersebut. Bahkan mungkin dirinya akan berakhir di tempat cuci piring sebelum acara itu selesai. Sepertinya tidak terjadi sebelum- sebelumnya, ketika ada gelaran acara di rumah saudara atau salah satu kerabatnya yang lain.

"Siapa yang tadi datang dek? Kok nggak diajak masuk dulu?" Tanya Yudha yang melihat Rahma mematung di depan pintu.

"Ah, tidak. Tadi Nia datang kesini, cuma mau anterin seragam pernikahan ini," jawab Rahma sambil memperlihatkan plastik putih di tangannya.

"Oh, mas pikir siapa tadi yang datang," sahut Yudha.

"Iya, katanya jangan sampai malu maluin, karena calon mertuanya adalah orang kaya, ia juga membanggakan calon suaminya yang punya gaji besar," lapor Rahma cemberut.

"Memang kerja dimana calon suaminya?"

"Katanya Bi Zaenab sih jadi manager di salah satu perusahaan milik Widjaja group."

"Widjaja group?" Ulang Yudha sambil memiringkan kepalanya.

"Iya mas, katanya Bi Zaenab sih begitu, kenapa emangnya, mas kenal?"

"Tidak, hanya saja mas tidak mengira."

"Ah sudahlah, lebih baik kita masuk saja ke dalam. Angin malam tidak baik untuk kesehatan," ajak Yudha tersenyum. Entah mengapa Rahma melihat senyum di wajah suaminya itu tampak begitu misterius.

Bersambung

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bah Gus Khusein
sementara ini cerita sedikit membuka karakter yang menarik untuk di lanjutkan membaca sambungannya
goodnovel comment avatar
Wagirin
Mmg klo org kaya dari kecil, tidak sombong..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status