Share

Bab 2

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-29 01:49:58

"Pergi dari rumah ini, apa maksudnya mas? Apa mas ada masalah dengan orang hingga kita harus pindah dari sini?" tanya Rahma tak mengerti.

"Tidak, mas tidak memiliki masalah dengan siapapun," jawab Yudha.

"Lalu?"

"Kejutan, nanti kamu akan tahu sendiri. Sebelum itu mas minta kamu persiapkan diri saja, karena nantinya semua orang akan mencarimu. Ah ... Sudahlah, mas lapar, kamu masak apa hari ini dek?"

"Aku cuma bikin bacem tempe sama sambel terasi mas," jawab Rahma menunduk.

"Sambel terasi ya, wah bakalan nambah nanti, ayo temani mas makan dulu," ajak Yudha sambil melangkah menuju ke dapur yang hanya bersekat dinding dengan kamar mandi di belakang.

"Iya, mas." Ujar Rahma sambil meraih plastik berisi opor ayam yang diberikan Widya padanya tadi.

Melihat sikap Rahma, sontak Yudha langsung memperhatikan plastik yang dipegang Rahma. Dengan tatapan mata penuh tanya, lelaki itu menghentikan langkah lalu memandang istrinya.

"Ini opor ayam, tadi diberi sama mbak Widya, mau aku buang. Paling juga sudah mau basi, seperti yang sudah-sudah," Ujar Rahma getir. Seakan tahu apa yang dipikirkan suaminya.

"Ya sudah, ayo kita makan dulu, lagipula, bacem tempe sama sambel terasi buatanmu lebih enak dari opor ayam itu," sahut Yudha tersenyum.

Rahma membalas senyuman itu dengan lengkungan tipis di wajahnya, hatinya sakit ketika melihat orang yang dicintainya tidak dihormati dan dianggap oleh keluarganya, namun dalam hati kecilnya Rahma yakin jika tak selamanya kemiskinan akan menderanya, selagi ada kemauan untuk berusaha maka akan selalu ada jalan untuk meniti kesuksesan.

"Mas, kamu kenal si Nia kan, anaknya Bi Zainab, katanya bulan depan, dia akan menikah." Lirih Rahma mengatakannya.

"Kalau di undang ya datang saja dek, tapi kalau nggak di undang, nggak usah datang," sahut Yudha santai.

"Entahlah mas, lihat saja nanti. Undangannya sih ada."

Yudha menggeleng, ia tahu mengapa Rahma tak begitu bersemangat menyambut undangan tersebut, sama seperti kakak dan iparnya, Zaenab, adik dari Alm. Bapak mertuanya itu juga tak bersikap baik pada mereka. Bahkan terkadang, kedapatan mengunjingkan mereka pada para tetangga.

Keluarga Rahma memang bukanlah keluarga kaya di kampung ini, namun mereka juga tak juga bisa dikatakan miskin, setidaknya, semasa hidupnya, kedua Alm. mertuanya meninggalkan sebidang tanah yang cukup luas dan beberapa petak sawah yang kini dikuasai oleh Nella dan Deni, kedua saudara kandung Rahma. Sedangkan Rahma sendiri, si bungsu itu hanya diberikan uang lima belas juta saja, yang kini sengaja disimpan Rahma di bank untuk keperluan mendesak.

Yudha tahu semua hinaan itu berawal dari keputusan Rahma yang memutuskan untuk menerima lamarannya, andai Rahma menerima lamaran Arie, anak juragan beras dari kampung sebelah yang sengaja dijodohkan oleh kedua saudaranya itu, mungkin Rahma tidak akan diperlakukan buruk dan dikucilkan seperti ini.

Ada rasa bersalah di benak Yudha bila mengingat betapa besar pengorbanan Rahma demi menerima lamarannya. Dalam hati Yudha berjanji, tak akan lagi ia membiarkan Rahma dihina dan di rendahkan lagi oleh keluarganya.

"Dek, jika nanti kita memiliki uang yang banyak, apa yang akan kau lakukan pada mereka yang menghinamu?"

"Tentu saja memberi mereka pelajaran, mas," ujar Rahma geram, yang membuat Yudha menggeleng lalu tersenyum.

***

Seminggu kemudian.

Malam menjelang ketika pintu rumah kontrakan Rahma diketuk seseorang dari luar. Bergegas Rahma melangkah ke depan untuk membuka pintu menyambut siapa tamu yang berkenan datang ke gubuk huniannya.

Wajah wanita itu berubah masam ketika ia melihat Nia, sepupunya yang kini berdiri dihadapannya. Sama seperti dirinya, wajah Nia pun terlihat tidak begitu gembira bertemu dengan Rahma.

"Ada apa?" Tanya Rahma datar.

"Aku sengaja datang buat ngasih seragam ini untukmu," ucapnya sambil menyerahkan sebuah kantong plastik berwarna putih itu padanya.

"Dipakai nanti saat acara di rumahku dan jangan malu maluin. Aku tidak mau keluarga mertuaku berpikir macam macam. Karena mereka keluarga kaya." Ketus Nia mengatakannya.

"Ya setidaknya setelah menikah, aku tak perlu pusing memikirkan uang karena gaji calon suamiku cukup besar," gadis itu menyombongkan diri.

"Alhamdulillah, baguslah," balas Rahma tersenyum.

"Ya sudah, ingat Rahma di acara nanti jangan sampai membuatku malu," pesan Nia sebelum meninggalkan rumah kontrakan Rahma.

Rahma menggeleng lalu menghela nafas panjang, mencoba menjaga kewarasannya. Dipandanginya plastik putih yang berisi seragam pernikahan itu dengan tatapan nanar, hati kecilnya bimbang antara ingin menghadiri atau tidak di acara itu nanti.

Rahma sadar bukan tak mungkin hinaan akan kembali di terimanya jika ia menghadiri acara tersebut. Bahkan mungkin dirinya akan berakhir di tempat cuci piring sebelum acara itu selesai. Sepertinya tidak terjadi sebelum- sebelumnya, ketika ada gelaran acara di rumah saudara atau salah satu kerabatnya yang lain.

"Siapa yang tadi datang dek? Kok nggak diajak masuk dulu?" Tanya Yudha yang melihat Rahma mematung di depan pintu.

"Ah, tidak. Tadi Nia datang kesini, cuma mau anterin seragam pernikahan ini," jawab Rahma sambil memperlihatkan plastik putih di tangannya.

"Oh, mas pikir siapa tadi yang datang," sahut Yudha.

"Iya, katanya jangan sampai malu maluin, karena calon mertuanya adalah orang kaya, ia juga membanggakan calon suaminya yang punya gaji besar," lapor Rahma cemberut.

"Memang kerja dimana calon suaminya?"

"Katanya Bi Zaenab sih jadi manager di salah satu perusahaan milik Widjaja group."

"Widjaja group?" Ulang Yudha sambil memiringkan kepalanya.

"Iya mas, katanya Bi Zaenab sih begitu, kenapa emangnya, mas kenal?"

"Tidak, hanya saja mas tidak mengira."

"Ah sudahlah, lebih baik kita masuk saja ke dalam. Angin malam tidak baik untuk kesehatan," ajak Yudha tersenyum. Entah mengapa Rahma melihat senyum di wajah suaminya itu tampak begitu misterius.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bah Gus Khusein
sementara ini cerita sedikit membuka karakter yang menarik untuk di lanjutkan membaca sambungannya
goodnovel comment avatar
Wagirin
Mmg klo org kaya dari kecil, tidak sombong..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 8

    Tiga bulan kemudian,"Selamat ya Pak Yudha, ibu Rahma positif hamil," ucap dokter wanita itu saat memeriksa Rahma."Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter."Wajah Yudha begitu bahagia saat mendengar kabar bahagia tersebut, tak hanya dirinya, pipi Rahma pun tampak bersemu merah."Saya akan meresepkan beberapa vitamin. Jangan lupa istirahat yang cukup ya, Bu Rahma." Ujar dokter wanita tersebut, setelah pemeriksaan ultrasonografi (USG) tersebut selesai.Beberapa pesan di berikan oleh dokter wanita itu pada mereka, tak lupa juga mengingatkan agar melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Setelah berbincang sebentar, mereka pun akhirnya pamit dan bergegas pulang ke rumah dengan suasana hati yang riang. Kurang lebih setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka pun akhirnya menepi dan berhenti di rumah besar itu, rumah yang hampir dua tahun ini mereka tinggali.Dengan hati hati, Yudha membantu Rahma keluar dari mobil. Rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya. Melihat wajah Yudha y

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 7

    "Bagaimana kondisi Mbak Nella?" Tanya Yudha beberapa saat setelah mendengar cerita Rahma."Mbak Nella baik baik saja," jawab Rahma lalu beranjak dari meja riasnya dan duduk di tepian ranjang mereka."Syukurlah. Uang yang hilang bisa dicari tapi jika para perampok itu sampai melukainya, entahlah, aku sulit untuk membayangkannya," sahut Yudha lalu meletakkan ponselnya ke atas nakas."Iya, kau benar, mas." "Hmm!" Yudha berdehem kecil."Besok papa mengundang kita untuk datang ke rumahnya.""Oh ya?" Tanya Rahma sembari menatap suaminya dengan pandangan tanya."Ada acara apa di rumah papa, mas?" Kembali Rahma bertanya."Tak ada, katanya sih hanya ingin berkumpul dengan kita saja sebelum berangkat umroh," jawab Yudha Mendengarnya, Rahma mengangguk pelan. "Oh, sekalian bulan madu, ya? Pengantin baru bikin gemes," sambung Rahma terkekeh."Mungkin saja, karena kudengar dari papa, katanya sih tante Miranda berharap segera diberi keturunan sepulang umroh nanti." Yudha kembali mejelaskan. "Ami

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 6

    Kabar perampokan yang terjadi di rumah Nella, akhirnya sampai juga ke telinga Rahma, meskipun sudah dua hari berselang pasca kejadian tersebut, tetap saja insiden perampokan itu masih menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan para tetangganya.Meski khawatir, Rahma menahan diri untuk tidak segera datang ke rumah kakak perempuannya tersebut. Rahma yakin pasti ada alasan mengapa Nella tidak memberitahu dirinya atas musibah yang menimpa dirinya. Berdiri di hadapannya, seorang wanita yang beberapa jam lalu di mintanya untuk mencari kabar terbaru tentang Nella. Dari laporan yang diterimanya, setidaknya Rahma bisa menghela nafas lega karena para perampok itu sudah di tangkap polisi. Dan salah satunya adalah orang yang mereka kenal baik, seseorang yang masih bertetangga dengan Nella.Ada tiga orang yang beraksi pada malam itu. Menggasak habis uang yang tersimpan di dalam lemari, untung saja pada malam sebelumnya, Nella telah memindahkan kotak yang biasa digunakannya untuk menyimpan perhi

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 5

    Deru mobil Deni perlahan terdengar menjauh dari rumah. Sesaat, terlihat Widya mematung di sana, seakan tengah mengkhawatirkan suaminya. Tak lama, ia berbalik masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pagarnya terlebih dulu.Pandangan matanya terlihat menerawang ke sekeliling ruangan, ia tak menyangka jika tak ada satupun perabotan rumah ini yang berubah letaknya. Semuanya masih sama seperti ia tinggalkan beberapa waktu lalu. Piring, gelas maupun toples yang ada di atas meja pun hampir tak ada yang berubah letaknya, hanya isinya saja yang sudah kosong.Helaan nafasnya terdengar berat, tak lama la melangkah ke arah dapur, bersiap untuk mencuci peralatan makan dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, karena asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka sebelumnya, terpaksa di berhentikan beberapa hari setelah kasus penipuan berkedok investasi yang menghabiskan semua uang mereka tersebut.Suara seseorang terdengar mengetuk pintu, sontak membuat kepala Widya menoleh, tak butuh waktu

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 4

    Deni mengulum senyum ketika di lihatnya Widya yang tampak canggung saat mereka duduk berdua saja di dalam mobil. Lelaki itu tak menyangka jika rencana Rahma untuk membuat istrinya kembali ke rumah tanpa paksaan, akan berjalan dengan sempurna.Tadinya ia sempat tak yakin, namun atas dukungan dari Nella, Deni akhirnya memberanikan diri menelpon ayah mertuanya dan meminta bantuan darinya, agar Widya bisa pulang tanpa harus membuatnya memohon dan menjatuhkan harga diri di depan istrinya.Untuk beberapa saat, suasana terasa hening, karena tak ada satupun dari mereka yang mau membuka percakapan lebih dulu, baik Deni maupun Widya, tampak masih berusaha mengatur nafas masing-masing. "Aku dengar kau sering belanja di warungnya si Mirna? Apa benar, mas?"Pertanyaan Widya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, membuat Deni memalingkan wajahnya dari Widya sembari menyunggingkan senyum. "Kalau iya, apa ada masalah? Semua orang tahu jika dia cantik dan sendiri," Pancing Deni menggoda istri

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 3

    "A-aku mau pulang, mas."Ucapan Widya membuat tiga pasang mata yang ada di sana sontak menoleh padanya. "Benarkah?" Ceplos ibu mertuanya sambil melempar pandangan pada Sofyan, suaminya.Mata Deni tak berkedip saat mendengarnya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja tadi didengar oleh telinganya, begitu juga dengan Sofyan, ayah mertuanya yang tanpa sadar memandang tajam pada putri sulungnya tersebut.Mungkinkah, istrinya yang keras kepala itu telah berubah? Batin Deni berbisik."Nggak lagi ngelindur kan?" "Kemarin katanya nggak mau pulang, dipaksa- paksa, tetap kekeuh bilangnya males pulang, kok sekarang beda lagi? padahal Deni nggak bilang mau ajak kamu pulang lho, Wid?" Goda ayahnya."Itu ... Ya, terserah dong," ketus Widya yang membuat lelaki paruh baya itu akhirnya terkekeh.Setelah mengatakannya, dengan wajah masam Widya angkat kaki dari sana dan bergegas masuk ke kamarnya. Wanita itu tampak kesal dengan dirinya sendiri karena bisa bisanya terpancing emosi."Sepertinya, a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status