Share

Bab 3

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2022-10-29 01:50:37

Matahari sudah naik ke singgasananya, kerumunan anak anak sekolah pun kini mulai ramai melintas, ketika suara penjaja sayuran keliling terdengar di depan rumah kontrakannya, dari balik jendela, Rahma melihat sang penjaja sayuran itu sudah berhenti tepat didepan rumahnya dan segera di kerubungi para tetangganya yang akan berbelanja.

Sebenarnya Rahma sedikit malas keluar jika sudah seperti ini, tak ayal kerumunan Ibu ibu yang berbelanja akan mulai saling bergosip. Samar Rahma mendengar jika kali ini mereka sedang membicarakan tentang rumah tangga salah seorang tetangganya yang hendak bercerai, membuat Rahma akhirnya memilih untuk menunggu hingga kerumunan itu sepi.

Hampir setengah jam berlalu, diliriknya suaminya yang keluar dari kamar mandi, tanda ia telah selesai membersihkan diri. Rahma gusar karena sebentar lagi Yudha akan berangkat kerja, dan itu artinya ia harus bergegas untuk memasak bekal yang akan dibawa suaminya nanti.

Dari balik jendela, Rahma melihat hanya tinggal dua orang saja yang masih belum selesai, karena sudah bosan menunggu dan dikejar waktu, akhirnya Rahma pun keluar dari rumahnya untuk segera berbelanja.

"Eh, Mbak Rahma, Kirain akang nggak belanja."

Sapa Kang Pardi, sang penjual yang tampak tersenyum melihat Rahma. Seperti biasanya, sepapan tempe selalu menjadi sesuatu yang wajib dalam daftar belanja Rahma.

"Tempe lagi toh Mbak Rahma, nggak bosen?" Tanya Dian, tetangganya.

"Iya Bu, suami saya sukanya tempe," jawab Rahma tersenyum kecut.

"Sekali kali, beli ikan mbak, emang nggak takut kalau suaminya makan di luar, di warungnya mbak Nikki, itu lho si janda b4hen0l, jangan sampai suaminya kepincut lho, gara gara dikasih makan tempe tiap hari," kali ini Heni yang bicara. Menimpali ucapan Dian.

Tampak kedua orang wanita itu saling memandang penuh arti seakan senang mengejek ketidakmampuan Rahma. Tentu saja gerakan mata itu tak luput dari pandangan Rahma yang langsung mendengkus kesal.

Mendengar ucapan Dian, kembali Rahma tersenyum kecut, segera di ambilnya bumbu sambal dan seikat kangkung, lalu segera membayarnya. Sungguh, Rahma kesal jika terus membuang waktu mendengar ocehan tetangganya yang julid macam mereka. Namun, sebelum ia melangkah kembali ke rumahnya, tak sengaja Rahma mendengar mereka kembali bicara.

"Sebenarnya suaminya Mbak Rahma sih cakep banget ya, tapi sayang ... kere," di susul suara cekikikan mereka, membuat wajah wanita itu bertambah muram.

"Memang ada yang salah ya?" Tegur Rahma tak tahan lagi.

"Ya nggak sih, cuma kasihan sama mbak Rahma saja. Pilih suami itu yang mapan macam kita, ya nggak mbak Dian?" Jawab Heni sambil melirik Dian di sebelahnya.

Rahma mengepal kuat tangannya, ditahannya emosi yang hendak sampai di ubun ubun, untung saja, emosinya masih bisa di kontrol, meski mengumpat dalam hati. Rahma memilih bergegas kembali ke rumahnya.

Satu hal yang tidak disadari Rahma jika pembicaraannya tadi terdengar oleh Yudha yang duduk di kursi usang dekat pintu.

"Mas, sudah rapi?" Tanya Rahma sedikit terkejut, ketika melihat suaminya sudah duduk rapi.

"Iya," jawab Yudha pendek.

"Tunggu sebentar ya, aku masakin dulu bekalnya, nggak lama kok, cuma bikin tempe goreng sama tumis kangkung saja, paling setengah jam ya," Rahma tampak memohon.

Yudha mengangguk lalu tersenyum.

"Masaklah, mas akan tunggu. Maaf ya sudah membuatmu jadi bahan gibahan mereka," ucap Yudha.

"Mas dengar semuanya?" Tanya Rahma tak enak. Sungguh hal yang paling tidak disukainya jika suaminya mendengar semua hinaan tersebut.

"Iya, mas dengar semuanya, terima kasih karena kamu sudah membela mas," tutur Yudha lembut.

"Mereka memang seperti itu," sahut Rahma lalu mulai mengiris tempe.

Ponsel butut milik Yudha berbunyi, membuat Rahma melirik ke arah suaminya, wajah tampan oriental itu tampak tersenyum kecil melihat layar buram dari benda pipih ditangannya, membuat dahi Rahma berkerut.

"Telepon dari siapa mas?"

"Dari seorang teman, sebentar ya aku terima dulu," jawab Yudha lalu melangkah sedikit menjauh dari istrinya.

Sepeninggal Yudha, Rahma menyalakan kompornya, menggoreng tempe sambil memetik kangkung, wanita itu bergerak cepat karena berpacu dengan waktu. Rahma tak ingin suaminya terlambat karena menunggu bekal yang dibuatnya.

Suara dentingan wajan lalu aroma bawang yang menggoda tercium di hidung Rahma, tangan wanita itu begitu cekatan memasak, hingga akhirnya semua bahan sudah selesai dimasak.

"Beres, tinggal ditaruh saja," gumam Rahma sambil meletakkan nasi beserta lauknya kedalam kotak bekal.

Samar Rahma mendengar suara Yudha yang masih berbicara ditelepon, sepertinya pembicaraan suaminya belum selesai. Rasa penasaran akhirnya tanpa sadar membawa kakinya melangkah ke asal suara, tempat dimana Yudha berada. Dari balik dinding Rahma mengintip, entah mengapa ia tak ingin menganggu pembicaraan suaminya yang tampak begitu serius.

Dahi Rahma berkerut, ketika dilihatnya wajah suaminya yang tampak sedikit tegang, dan juga yang sungguh membuatnya terkejut adalah suaminya berbicara dengan bahasa inggris yang begitu fasih.

"Mas Yudha bisa bahasa Inggris?" Bisik Rahma sambil terus memandang Yudha dengan tatapan bingung, karena selama mereka menikah, Yudha tidak pernah memberi tahu ataupun menunjukkan kemampuannya dalam berbahasa asing, kepadanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 8

    Tiga bulan kemudian,"Selamat ya Pak Yudha, ibu Rahma positif hamil," ucap dokter wanita itu saat memeriksa Rahma."Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter."Wajah Yudha begitu bahagia saat mendengar kabar bahagia tersebut, tak hanya dirinya, pipi Rahma pun tampak bersemu merah."Saya akan meresepkan beberapa vitamin. Jangan lupa istirahat yang cukup ya, Bu Rahma." Ujar dokter wanita tersebut, setelah pemeriksaan ultrasonografi (USG) tersebut selesai.Beberapa pesan di berikan oleh dokter wanita itu pada mereka, tak lupa juga mengingatkan agar melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan. Setelah berbincang sebentar, mereka pun akhirnya pamit dan bergegas pulang ke rumah dengan suasana hati yang riang. Kurang lebih setengah jam kemudian, mobil yang membawa mereka pun akhirnya menepi dan berhenti di rumah besar itu, rumah yang hampir dua tahun ini mereka tinggali.Dengan hati hati, Yudha membantu Rahma keluar dari mobil. Rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya. Melihat wajah Yudha y

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 7

    "Bagaimana kondisi Mbak Nella?" Tanya Yudha beberapa saat setelah mendengar cerita Rahma."Mbak Nella baik baik saja," jawab Rahma lalu beranjak dari meja riasnya dan duduk di tepian ranjang mereka."Syukurlah. Uang yang hilang bisa dicari tapi jika para perampok itu sampai melukainya, entahlah, aku sulit untuk membayangkannya," sahut Yudha lalu meletakkan ponselnya ke atas nakas."Iya, kau benar, mas." "Hmm!" Yudha berdehem kecil."Besok papa mengundang kita untuk datang ke rumahnya.""Oh ya?" Tanya Rahma sembari menatap suaminya dengan pandangan tanya."Ada acara apa di rumah papa, mas?" Kembali Rahma bertanya."Tak ada, katanya sih hanya ingin berkumpul dengan kita saja sebelum berangkat umroh," jawab Yudha Mendengarnya, Rahma mengangguk pelan. "Oh, sekalian bulan madu, ya? Pengantin baru bikin gemes," sambung Rahma terkekeh."Mungkin saja, karena kudengar dari papa, katanya sih tante Miranda berharap segera diberi keturunan sepulang umroh nanti." Yudha kembali mejelaskan. "Ami

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 6

    Kabar perampokan yang terjadi di rumah Nella, akhirnya sampai juga ke telinga Rahma, meskipun sudah dua hari berselang pasca kejadian tersebut, tetap saja insiden perampokan itu masih menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan para tetangganya.Meski khawatir, Rahma menahan diri untuk tidak segera datang ke rumah kakak perempuannya tersebut. Rahma yakin pasti ada alasan mengapa Nella tidak memberitahu dirinya atas musibah yang menimpa dirinya. Berdiri di hadapannya, seorang wanita yang beberapa jam lalu di mintanya untuk mencari kabar terbaru tentang Nella. Dari laporan yang diterimanya, setidaknya Rahma bisa menghela nafas lega karena para perampok itu sudah di tangkap polisi. Dan salah satunya adalah orang yang mereka kenal baik, seseorang yang masih bertetangga dengan Nella.Ada tiga orang yang beraksi pada malam itu. Menggasak habis uang yang tersimpan di dalam lemari, untung saja pada malam sebelumnya, Nella telah memindahkan kotak yang biasa digunakannya untuk menyimpan perhi

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 5

    Deru mobil Deni perlahan terdengar menjauh dari rumah. Sesaat, terlihat Widya mematung di sana, seakan tengah mengkhawatirkan suaminya. Tak lama, ia berbalik masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pagarnya terlebih dulu.Pandangan matanya terlihat menerawang ke sekeliling ruangan, ia tak menyangka jika tak ada satupun perabotan rumah ini yang berubah letaknya. Semuanya masih sama seperti ia tinggalkan beberapa waktu lalu. Piring, gelas maupun toples yang ada di atas meja pun hampir tak ada yang berubah letaknya, hanya isinya saja yang sudah kosong.Helaan nafasnya terdengar berat, tak lama la melangkah ke arah dapur, bersiap untuk mencuci peralatan makan dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya, karena asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka sebelumnya, terpaksa di berhentikan beberapa hari setelah kasus penipuan berkedok investasi yang menghabiskan semua uang mereka tersebut.Suara seseorang terdengar mengetuk pintu, sontak membuat kepala Widya menoleh, tak butuh waktu

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 4

    Deni mengulum senyum ketika di lihatnya Widya yang tampak canggung saat mereka duduk berdua saja di dalam mobil. Lelaki itu tak menyangka jika rencana Rahma untuk membuat istrinya kembali ke rumah tanpa paksaan, akan berjalan dengan sempurna.Tadinya ia sempat tak yakin, namun atas dukungan dari Nella, Deni akhirnya memberanikan diri menelpon ayah mertuanya dan meminta bantuan darinya, agar Widya bisa pulang tanpa harus membuatnya memohon dan menjatuhkan harga diri di depan istrinya.Untuk beberapa saat, suasana terasa hening, karena tak ada satupun dari mereka yang mau membuka percakapan lebih dulu, baik Deni maupun Widya, tampak masih berusaha mengatur nafas masing-masing. "Aku dengar kau sering belanja di warungnya si Mirna? Apa benar, mas?"Pertanyaan Widya akhirnya memecah keheningan di antara mereka, membuat Deni memalingkan wajahnya dari Widya sembari menyunggingkan senyum. "Kalau iya, apa ada masalah? Semua orang tahu jika dia cantik dan sendiri," Pancing Deni menggoda istri

  • Suamiku Mualaf Kaya Raya   Bab Ekstra 3

    "A-aku mau pulang, mas."Ucapan Widya membuat tiga pasang mata yang ada di sana sontak menoleh padanya. "Benarkah?" Ceplos ibu mertuanya sambil melempar pandangan pada Sofyan, suaminya.Mata Deni tak berkedip saat mendengarnya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja tadi didengar oleh telinganya, begitu juga dengan Sofyan, ayah mertuanya yang tanpa sadar memandang tajam pada putri sulungnya tersebut.Mungkinkah, istrinya yang keras kepala itu telah berubah? Batin Deni berbisik."Nggak lagi ngelindur kan?" "Kemarin katanya nggak mau pulang, dipaksa- paksa, tetap kekeuh bilangnya males pulang, kok sekarang beda lagi? padahal Deni nggak bilang mau ajak kamu pulang lho, Wid?" Goda ayahnya."Itu ... Ya, terserah dong," ketus Widya yang membuat lelaki paruh baya itu akhirnya terkekeh.Setelah mengatakannya, dengan wajah masam Widya angkat kaki dari sana dan bergegas masuk ke kamarnya. Wanita itu tampak kesal dengan dirinya sendiri karena bisa bisanya terpancing emosi."Sepertinya, a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status