Home / Rumah Tangga / Suamiku Pengangguran Akut / Berbagi Beras dari Mertua dengan Ibuku

Share

Berbagi Beras dari Mertua dengan Ibuku

Author: YeosinD
last update Last Updated: 2023-06-20 15:18:05

Hati Farida sangat teriris melihat butiran kristal dari orang yang sangat disayanginya, jatuh begitu deras sampai membuatnya sesenggukan.

Bahu kurus orang tuanya berguncang hebat menahan isak tangis yang semakin terdengar menggebu.

"Sudah, ibu jangan menangis lagi, ya." Farida melepaskan pelukannya.

Sebelah tangannya mencoba mengusap air mata ibunya yang sudah jatuh bergelimang membasahi pipinya.

Farida menggiring ibunya agar duduk di bawah pohon mangga. Di sebuah kursi yang ada di sana, Farida mencoba menenangkan ibunya.

Setelah terlihat agak tenang. Farida mencoba memberikan solusi pada ibunya yang tengah kebingungan itu.

"Ibu nggak usah sedih lagi, ya, Bu. Ini Farida ada beras tadi dikasih sama ibu Nadia. Kita bisa bagi dua beras ini," kata Farida.

"Jangan, Nak. Itu kan beras dari ibu mertuamu, jangan diberikan pada ibu. Nanti kalau dia dan suamimu tahu bagaimana." Nani menolak bantuan dari Farida.

Farida terdiam sejenak. Ia tahu apa yang dilakukannya itu tidak benar. Walau bagaimanapun seharusnya dia meminta izin terlebih dahulu pada suaminya sebelum memberikan beras yang diberi mertuanya itu pada ibu kandungnya.

"Bagaimana ini, ya Allah. Aku tahu ini salah, tapi aku tidak tega membiarkan orang tuaku kelaparan," batin Farida.

Tangannya mengerat memegang bungkusan plastik yang dia pangku. Sementara Nani, mengejutkannya dengan menggenggam tangan Farida yang tengah meremas plastik hitam di pangkuannya.

"Sudah, kamu ngga perlu khawatir. Ibu tidak apa-apa kok. Itu berada dari mertuamu, bawa saja pulang. Lagipula itu kan pasti dia berikan untu anaknya, cucunya dan juga kamu," ucap Nani mencoba memberi pengertian.

"Andai saja ibu tahu. Ibu Nadia bahkan tidak mengizinkan aku memakan apa yang dia berikan ini," batin Farida ingin sekali menjawab.

Namun, Farida tahu. Tidak mungkin baginya memberitahu ibunya tentang bagaimana keadaan keluarganya dan apa yang selalu dirasakannya selama 5 tahun pernikahannya dengan Adam.

"Ngga apa-apa, Bu. Berasnya kita bagi dua saja ya, Bu. Aku di rumah masih ada beras kok jadi ini bisa kita bagi dua," ucap Farida.

Akhirnya Farida mengambil keputusan untuk tetap membagi dua beras yang mertuanya beri. Ia tidak tega jika harus melihat orang tuanya kelaparan.

"Tapi, Farida ...."

"Ngga apa-apa, Bu. Kita bagi dua saja, ya." Tangan Farida langsung bergerak untuk membagi dua beras yang diberikan Nadia padanya.

Farida hanya berharap Nadia tidak tahu apa yang dilakukannya. Farida tahu jika Nadia sampai mengetahui beras itu ia bagi dengan ibunya, pasti Nadia akan sangat marah.

Adam mungkin masih bisa mengerti, tapi tidak dengan Nadia. Farida berharap agar Nadia tak mengetahui perbuatannya kali itu agar Nadia tidak mengumpat orang tuanya.

"Ini untuk ibu." Farida yang sudah selesai membagi beras itu pun langsung memberikan pada Ratna.

Nani tampak ragu-ragu untuk menerima beras di dalam plastik hitam itu.

"Udah, Bu. Ngga apa-apa. Ibu pegang ini, ya dan nanti langsung dimasak terus ibu makan," ucap Farida sambil tersenyum.

Dibalik senyum itu ada air mata yang ditahannya sekuat tenaga agar tak jatuh dan ada luka dibalik senyum yang tampak sangat manis itu.

"Tapi, Farida. Ibu ngga enak kalo harus menerima beras ini." Nani terlihat bimbang. Ia pun sempat akan mengembalikan beras di dalam plastik itu pada Farida lagi, tapi Farida menolak.

"Udah, Bu. Ngga perlu ngerasa ngga enak. Ibu bawa saja, ya," kata Farida kembali mendorong plastik itu pada Nani.

"Kalau mertuamu tahu, bagaimana?" tanya Ratna dengan wajah takut. "Ibu ngga mau dia memarahi kamu dan memaki ibu lagi," lanjutnya.

"Tenang saja, Bu. Ini kan ibu Nadia ngga lihat jadi ibu ngga perlu khawatir. Ngga akan ada yang marah, kok." Farida menenangkan ibunya.

"Ya sudah kalau begitu, ini berasnya ibu tambahi, ya. Biar kamu yang 3 kilo dan ibu yang 2 kilo." Nani memindahkan beras yang ada di kantong plastiknya ke dalam kantong plastik Farida.

"Tapi, Bu ...."

"Sudahlah. Ibu mau terima beras ini, tapi 2 kilo saja. Sisanya biar buat keluargamu. Lagipula kalian kan lebih banyak orang sementara ibu hanya sendiri," sela Bu Nani.

Setelah memberikan beras pada ibunya, Farida pun berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanannya pulang.

Untungnya jarak rumahnya saat itu tidak terlalu jauh sehingga tak lama, Farida sudah sampai di rumah.

Sesampainya di rumah, Farida melihat Adam yang tengah terbaring di sofa sembari menonton video di HP-nya. Wajahnya tampak begitu semringah sampai terdengar suara tawa sesekali.

Farida yang baru sampai di rumah pun menyaksikan Adam yang tengah bersantai seolah tanpa beban.

"Assalamualaikum, mas," ucap Farida.

"Waalaikumsalam," jawab Adam singkat lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Mas, kamu yakin nggak mau cari kerja?" tanya Farida pada Adam sembari mengeluarkan lauk-pauk dari dalam plastik yang dia bawa tadi.

"Buat apa kerja. Nih transferan dari ibu sudah masuk." Adam menunjukan layar ponselnya pada Farida.

"Apa, Mas! Ibu kirim uang lagi buat kamu?" Farida terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Pengangguran Akut    Ending

    Dua bulan kemudian.Sudah 2 bulan semenjak kepergian Farida, keadaan Tasya semakin memburuk. Tubuhnya semakin kurus dan pucat bahkan Tasya sering kesulitan untuk menekan makanan membuatnya semakin tamoak kurus."Ma, bagaimana ini. Keadaan Tasya semakin memburuk. Kita harus bagaimana sekarang?" tanya Adam yang saat itu tengah duduk di samping Nadia."Sudahlah, Dam! Kamu jangan bikin Mama jadi tambah bingung. Sekarang kita udah nggak punya apa-apa lagi.!perkebunan juga udah kita jual dan rumah juga sudah digadai. Semua habis untuk biaya pengobatan Tasya yang sampai sekarang nggak sembuh-sembuh juga. Kita udah nggak punya apa-apa, Dam," ucap Nadia."Berikan saja Tasya pada Farida, biar dia yang mengurusnya," ucap Nadia ketus."Tapi kan kita nggak tahu keberadaan Farida sekarang, Ma.""Kamu benar, juga. Pokoknya kamu harus cari saja dia sampai ketemu dan berikan Tasya padanya. Biar dia yang gantian mengurus Tasya," ucap Nadia yang wajahnya tampak sangat kusut.Setelah obrolan keduanya, Na

  • Suamiku Pengangguran Akut    Sampai Disini

    Sudah dia hati Farida dan Feri mencari Tasya dan Adam namun mereka masih belum menemukannya."Mas, bagaimana ini? Besok aku sudah harus berangkat tapi sampai sekarang kita masih belum menemukan Tasya. Aku takut benar-benar tidak bisa bertemu dengan Tasya sebelum aku berangkat," ucap Farida sembari terisak.Sementara langkah kaki keduanya masih terus menyusuri jalanan yang tampak lengang karena mendung."Apa kamu benar-benar harus pergi, Farida? Kamu bisa tetap tinggal di sini kalau kamu mau," ucap Feri."Tapi aku ingin mengambil Tasya dari mas Adam suatu saat, Mas. Aku yakin jika aku sudah punya banyak uang dan bisa menghidupi Tasya, pasti mas Adam tidak punya alasan lagi untuk menahan Tasya dariku.""Kamu kan punya aku, Farida. Aku bisa menghidupi kamu dan juga Tasya saat kita sudah menikah nanti.""Tidak, Mas. Aku tidak ingin merepotkan kamu. Kamu adalah orang baru yang tidak seharusnya merasakan semua itu. Aku yakin bisa membuktikan pada semua orang bahwa aku bisa menghidupi Tasya

  • Suamiku Pengangguran Akut    Pulang

    Tok... Tok... Tok.Suara gedoran pintu yang cukup keras dari arah luar membuat Nadia yang sudah tidur harus tebangun.Dengan sedikit malas Nadia berjalan keluar dari kamar dan menghampiri pintu."Siapa sih malam-malam begini bertamu. Nggak punya sopan santun banget," umpat Nadia sembari berjalan menghampiri pintu.Saat pintu dibuka, Nadia langsung membulatkan kedua matanya melihat anak dan cucunya yang ternyata pulang tengah malam."Loh Dam, kamu kok malam-malam begini ke sini?" tanya Nadia sembari melirik ke arah Tasya yang digendong oleh Adam sementara kedua tangannya menjunjung taa besar.Seketika perasaan Nadia pun mulai tak enak dan menerka-nerka penyebab kedatangan Adam yang tiba-tiba.Nadia pun mempersilahkan Adam masuk. Setelah menidurkan Tasya di kamarnya, Adam kembali keluar menhampiri Nadia yang tengah duduk di sofa ruang tamu sembari meminum air putih yang ia pegang di tangan kanannya."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu kembali ke rumah ini?" tanya Nadia tanpa basa-

  • Suamiku Pengangguran Akut    Talak Tiga

    Tiba-tiba saja Gladis bersimpuh di kaki Adam membuatnya semakin bingung."Maafkan aku, Mas. Aku minta maaf," ucap Gladis sembari menangis sesenggukan.Adam yang merasa belum puas dengan jawaban dari Gladis, segera meminta penjelasan yang lebih akurat."Hentikan nak Adam! Tespek itu memang milik Gladis," ucap Erna. Akhirnya Erna memberanikan diri angkat bicara mewakili Gladis yang saat itu hanya bisa menangis sesenggukan."Itu memang milik Gladis dan saat ini dia sedang hamil," ucap Erna lagi sembari melangkah kakinya menghampiri Gladis dan membangunkannya.Adam mengernyitkan keningnya tak mengerti. "Apa! H-hamil? Bagaimana bisa Gladis hamil sementara aku sendiri belum menyentuhnya," ucap Adam masih tak mengerti. Namun, dalam hatinya mulai berpikir yang tidak baik mengenai Gladis dan keluarganya.Hendaryo pun akhirnya menjelaskan semuanya pada Adam selagi Erna membawa Gladis kembali ke sisi mereka dan menenangkannya."Apa! Jadi kalian sudah menipu ku!" Adam tampak sangat marah setelah m

  • Suamiku Pengangguran Akut    Ketahuan

    Setelah makan malam, Adam dan Gladis masuk ke dalam kamar dan duduk di pinggiran ranjang. Adam tampak ragu-ragu untuk mulai membahas apa yang dikatakan Nadia tadi di telpon."Emmm Gladis, Mas mau bicara sesuatu, " ucap Adam ragu-ragu.Gladis menatap ke arah Adam. "Ada apa, Mas? Mas mau bicara apa? Apa Ada sesuatu?" tanya Gladis.Adam terdiam sejenak memikirkan tentang apa yang akan ia katakan pada Gladis saat itu. Ia menimbang-nimbang dalam hatinya."Mas mau bicara apa? Bicara saja, tidak apa-apa kok," ucap Gladis meyakinkan.Adam yang tersadar mendengar kata-kata Gladis, langsung menoleh ke arahnya."Emmm b-begini, Gladis. Sebenarnya aku ingin menanyakan tentang dana yang akan keluarga kamu berikan untuk membantu perkebunan ku yang sedang memburuk," ucap Adam sedikit terbata.Gladis mengernyitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan Adam saat itu."Mas, kamu ini bagaimana, sih. Sekarang kan Tasya sedang sakit tapi kok kamu memikirkan perkebunan! Seharusnya kamu memikirkan kesembuha

  • Suamiku Pengangguran Akut    Resah

    Hari-hari terus berlalu. Gladis dengan setia menemani Adam menjaga Tasya yang sakitnya semakin parah.Tasya membutuhkan pendonor namun masih belum mereka dapatkan sehingga sakitnya Tasya semakin parah.Gladis dan Adam bahkan belum melakukan malam pertama karena sibuk mengurus Tasya yang kondisinya terus memburuk.Dengan penuh kasih sayang, Gladis menyeka tubuh Tasya dengan air hangat yang ia siapkan sendiri."Terima kasih ya, Gladis. Aku benar-benar tidak menyangka kamu akan sesayang ini sama Tasya," ucap Adam mengusap lembut pundak Gladis lalu mengecupnya sekilas.Gladis pun menghentikan tangannya yang tengah menyapu tubuh Tasya. Ia menoleh ke arah Adam yang berdiri di sampingnya."Iya, Mas, sama-sama. Aku senang bisa melakukan ini semua," jawab Gladis lembut."Maaf ya karena sampai saat ini aku masih belum melakukan kewajiban ku sebagai seorang suami.""Nggak apa-apa, Mas. Aku mengerti kondisi kamu sekarang. Ya sudah katanya kamu mau pergi ke apotek untuk memberi obat. Lebih baik ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status