Home / Rumah Tangga / Suamiku Pengangguran Akut / Nasib yang Sama Apakah Karena Keturunan

Share

Nasib yang Sama Apakah Karena Keturunan

Author: YeosinD
last update Last Updated: 2023-06-18 17:10:20

"Kamu sudah datang rupanya."

Suara Nadia membuat Farida sangat terkejut hingga menarik kuat tangannya dari genggaman bapak mertuanya.

Saat itu juga bapak mertua Farida membiarkan tangan Farida lolos begitu saja karena tak mau membuat Nadia curiga.

"Alhamdulillah ya Allah. Engkau masih melindungi ku," batin Farida bersyukur. Ia mengusap pelan tangannya yang bekas digenggam kuat oleh bapak mertuanya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya jika Nadia tak datang saat itu.

Mungkin saja bapak mertuanya belum melepaskan genggaman tangannya dan bisa saja bapak mertuanya malah bertindak tak baik padanya lebih jauh karena bapak mertuanya yang memang sangat genit padanya.

"Ini beras dan juga lauk-pauknya." Nadia mengulurkan dua bungkusan plastik hitam.

Wajah Nadia terlihat sangat ketus dan tak ada senyum dari bibirnya. Nada suaranya pun terdengar sedikit keras dan tak ramah di telinga.

Farida mencoba menerima bungkusan itu dari tangan Nadia. Hatinya sangat teriris mendapat perlakuan yang tak baik dari mertuanya, tapi Farida tak bisa melakukan apapun. 

Semuanya karena Adam yang tak mau mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya sampai-sampai Farida nyaris dilecehkan oleh bapak mertuanya sendiri.

Jika Nadia tidak segera datang, entah apa yang akan terjadi padanya. Padahal Farida sudah berusaha menutup rapat tubuhnya dengan memakai baju gamis panjang dan jilbab yang menutupi dadanya.

Namun, tetap saja ada mata-mata jahil yang seolah bernafsu setiap kali melihat tubuh yang bahkan sudah ditutup rapat oleh pemiliknya.

"Itu beras dan lauk-pauk untuk anakku dan juga cucuku bukan untukmu. Kalau kamu mau makan, ya kamu harus usaha cari sendiri."

Bak ditusuk jarum. Kalimat itu begitu menancap di dalam hatinya hingga menyisakan rasa sakit dan nyeri yang teramat sangat.

Luka yang tak berdarah itu membuat Farida ingin menangis, namun lagi-lagi ia tak bisa membiarkannya jatuh begitu saja.

"Iya, Bu."

Hanya kalimat itu yang bisa Farida ucapkan sembari menunduk.

"Yaudah, kamu mau ngapain lagi di sini!" kata Nadia ketus.

"Ya sudah kalau begitu Farida pamit pulang ya, Bu, Pak," kata Farida.

Tangannya diulurkan kembali mengarah pada ibu mertuanya namun, tak dibalas oleh Nadia. Ia justru melengos membuang pandangannya dari Farida.

Farida hanya bisa menghembuskan napas pelan menerima respon yang tak baik dari ibu mertuanya.

Namun, tangannya mendadak menjadi gemetaran dan juga dingin karena saatnya ia kembali berjabat tangan dengan bapak mertuanya yang genit untuk berpamitan.

"Pak, Farida pamit pulang, ya," ucap Farida mengulurkan tangan.

Kali ini Farida mendapatkan perlakuan yang baik. Bapak mertuanya meloloskan tangannya begitu saja sampai akhirnya ia pulang.

Saat pulang dari rumah Nadia, Farida berpapasan di jalan dengan ibunya. Wajahnya tampak sedih dan matanya sedikit berkaca-kaca.

"Ibu darimana, Bu. Ibu kenapa? Kok nangis?" tanya Farida pada ibunya.

Farida menghentikan langkah kakinya dan berdiri tepat di depan ibunya. Dalam hati Farida sudah menebak apa yang membuat ibunya bersusah hati saat itu. Tampak jelas dari ekspresi wajahnya yang sudah menua.

Bukannya menjawab, Nani malah meneteskan air matanya hingga berjatuhan membasahi pipinya yang keriput.

Farida semakin dibuat khawatir oleh Nani. "Bu, ada apa? Kok ibu malah nangis?" tanya Farida cemas.

"Ibu tadi habis dari warung buat hutang beras tapi nggak dikasih sama ibu warungnya, katanya hutang ibu sudah menumpuk jadi ibu tidak boleh berhutang lagi."

Nani bercerita dengan sesenggukan. Terkadang kalimatnya sedikit tersendat, namun Nani kembali melanjutkannya.

"Ya Allah, ibu." Farida memeluk tubuh ibunya yang kurus dan lebih rendah daripada dirinya.

Farida merasa sangat sedih dan juga lemas. Otot-otot tangannya seolah tak mampu lagi membawa beban meski hanya beras satu kantung berukuran sedang.

"Ya Allah ujian apa lagi yang Engkau berikan pada keluarga ku," batin Farida.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Pengangguran Akut    Ending

    Dua bulan kemudian.Sudah 2 bulan semenjak kepergian Farida, keadaan Tasya semakin memburuk. Tubuhnya semakin kurus dan pucat bahkan Tasya sering kesulitan untuk menekan makanan membuatnya semakin tamoak kurus."Ma, bagaimana ini. Keadaan Tasya semakin memburuk. Kita harus bagaimana sekarang?" tanya Adam yang saat itu tengah duduk di samping Nadia."Sudahlah, Dam! Kamu jangan bikin Mama jadi tambah bingung. Sekarang kita udah nggak punya apa-apa lagi.!perkebunan juga udah kita jual dan rumah juga sudah digadai. Semua habis untuk biaya pengobatan Tasya yang sampai sekarang nggak sembuh-sembuh juga. Kita udah nggak punya apa-apa, Dam," ucap Nadia."Berikan saja Tasya pada Farida, biar dia yang mengurusnya," ucap Nadia ketus."Tapi kan kita nggak tahu keberadaan Farida sekarang, Ma.""Kamu benar, juga. Pokoknya kamu harus cari saja dia sampai ketemu dan berikan Tasya padanya. Biar dia yang gantian mengurus Tasya," ucap Nadia yang wajahnya tampak sangat kusut.Setelah obrolan keduanya, Na

  • Suamiku Pengangguran Akut    Sampai Disini

    Sudah dia hati Farida dan Feri mencari Tasya dan Adam namun mereka masih belum menemukannya."Mas, bagaimana ini? Besok aku sudah harus berangkat tapi sampai sekarang kita masih belum menemukan Tasya. Aku takut benar-benar tidak bisa bertemu dengan Tasya sebelum aku berangkat," ucap Farida sembari terisak.Sementara langkah kaki keduanya masih terus menyusuri jalanan yang tampak lengang karena mendung."Apa kamu benar-benar harus pergi, Farida? Kamu bisa tetap tinggal di sini kalau kamu mau," ucap Feri."Tapi aku ingin mengambil Tasya dari mas Adam suatu saat, Mas. Aku yakin jika aku sudah punya banyak uang dan bisa menghidupi Tasya, pasti mas Adam tidak punya alasan lagi untuk menahan Tasya dariku.""Kamu kan punya aku, Farida. Aku bisa menghidupi kamu dan juga Tasya saat kita sudah menikah nanti.""Tidak, Mas. Aku tidak ingin merepotkan kamu. Kamu adalah orang baru yang tidak seharusnya merasakan semua itu. Aku yakin bisa membuktikan pada semua orang bahwa aku bisa menghidupi Tasya

  • Suamiku Pengangguran Akut    Pulang

    Tok... Tok... Tok.Suara gedoran pintu yang cukup keras dari arah luar membuat Nadia yang sudah tidur harus tebangun.Dengan sedikit malas Nadia berjalan keluar dari kamar dan menghampiri pintu."Siapa sih malam-malam begini bertamu. Nggak punya sopan santun banget," umpat Nadia sembari berjalan menghampiri pintu.Saat pintu dibuka, Nadia langsung membulatkan kedua matanya melihat anak dan cucunya yang ternyata pulang tengah malam."Loh Dam, kamu kok malam-malam begini ke sini?" tanya Nadia sembari melirik ke arah Tasya yang digendong oleh Adam sementara kedua tangannya menjunjung taa besar.Seketika perasaan Nadia pun mulai tak enak dan menerka-nerka penyebab kedatangan Adam yang tiba-tiba.Nadia pun mempersilahkan Adam masuk. Setelah menidurkan Tasya di kamarnya, Adam kembali keluar menhampiri Nadia yang tengah duduk di sofa ruang tamu sembari meminum air putih yang ia pegang di tangan kanannya."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu kembali ke rumah ini?" tanya Nadia tanpa basa-

  • Suamiku Pengangguran Akut    Talak Tiga

    Tiba-tiba saja Gladis bersimpuh di kaki Adam membuatnya semakin bingung."Maafkan aku, Mas. Aku minta maaf," ucap Gladis sembari menangis sesenggukan.Adam yang merasa belum puas dengan jawaban dari Gladis, segera meminta penjelasan yang lebih akurat."Hentikan nak Adam! Tespek itu memang milik Gladis," ucap Erna. Akhirnya Erna memberanikan diri angkat bicara mewakili Gladis yang saat itu hanya bisa menangis sesenggukan."Itu memang milik Gladis dan saat ini dia sedang hamil," ucap Erna lagi sembari melangkah kakinya menghampiri Gladis dan membangunkannya.Adam mengernyitkan keningnya tak mengerti. "Apa! H-hamil? Bagaimana bisa Gladis hamil sementara aku sendiri belum menyentuhnya," ucap Adam masih tak mengerti. Namun, dalam hatinya mulai berpikir yang tidak baik mengenai Gladis dan keluarganya.Hendaryo pun akhirnya menjelaskan semuanya pada Adam selagi Erna membawa Gladis kembali ke sisi mereka dan menenangkannya."Apa! Jadi kalian sudah menipu ku!" Adam tampak sangat marah setelah m

  • Suamiku Pengangguran Akut    Ketahuan

    Setelah makan malam, Adam dan Gladis masuk ke dalam kamar dan duduk di pinggiran ranjang. Adam tampak ragu-ragu untuk mulai membahas apa yang dikatakan Nadia tadi di telpon."Emmm Gladis, Mas mau bicara sesuatu, " ucap Adam ragu-ragu.Gladis menatap ke arah Adam. "Ada apa, Mas? Mas mau bicara apa? Apa Ada sesuatu?" tanya Gladis.Adam terdiam sejenak memikirkan tentang apa yang akan ia katakan pada Gladis saat itu. Ia menimbang-nimbang dalam hatinya."Mas mau bicara apa? Bicara saja, tidak apa-apa kok," ucap Gladis meyakinkan.Adam yang tersadar mendengar kata-kata Gladis, langsung menoleh ke arahnya."Emmm b-begini, Gladis. Sebenarnya aku ingin menanyakan tentang dana yang akan keluarga kamu berikan untuk membantu perkebunan ku yang sedang memburuk," ucap Adam sedikit terbata.Gladis mengernyitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan Adam saat itu."Mas, kamu ini bagaimana, sih. Sekarang kan Tasya sedang sakit tapi kok kamu memikirkan perkebunan! Seharusnya kamu memikirkan kesembuha

  • Suamiku Pengangguran Akut    Resah

    Hari-hari terus berlalu. Gladis dengan setia menemani Adam menjaga Tasya yang sakitnya semakin parah.Tasya membutuhkan pendonor namun masih belum mereka dapatkan sehingga sakitnya Tasya semakin parah.Gladis dan Adam bahkan belum melakukan malam pertama karena sibuk mengurus Tasya yang kondisinya terus memburuk.Dengan penuh kasih sayang, Gladis menyeka tubuh Tasya dengan air hangat yang ia siapkan sendiri."Terima kasih ya, Gladis. Aku benar-benar tidak menyangka kamu akan sesayang ini sama Tasya," ucap Adam mengusap lembut pundak Gladis lalu mengecupnya sekilas.Gladis pun menghentikan tangannya yang tengah menyapu tubuh Tasya. Ia menoleh ke arah Adam yang berdiri di sampingnya."Iya, Mas, sama-sama. Aku senang bisa melakukan ini semua," jawab Gladis lembut."Maaf ya karena sampai saat ini aku masih belum melakukan kewajiban ku sebagai seorang suami.""Nggak apa-apa, Mas. Aku mengerti kondisi kamu sekarang. Ya sudah katanya kamu mau pergi ke apotek untuk memberi obat. Lebih baik ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status