Home / Urban / Suamiku Pewaris Kaya Raya / Bab 3 - Gunakan untuk Balas Dendam!

Share

Bab 3 - Gunakan untuk Balas Dendam!

Author: Ahong
last update Last Updated: 2023-11-21 16:23:34

"Maaf, Kek. Tapi istriku bukan barang yang bisa diperjualbelikan. Demikian, aku tidak akan menceraikannya untuk uang!" ucap Aditama penuh keyakinan.

Semua orang terbelalak, begitu pula dengan Vania. Tidak pernah dia melihat sang suami bersikap begitu keras!

Sebelumnya, setiap kali direndahkan dan diremehkan, Aditama tak pernah melawan. Namun, ketika hubungan mereka dipertaruhkan, ternyata Aditama bisa mengambil sikap yang pantas!

Sementara itu, para anggota lain keluarga Hermanto menjadi marah karena balasan Aditama.

"Dasar tidak tahu diri! Dikasih hati malah minta jantung."

"Cuma disuruh menceraikan dan melepaskan Vania saja kok susah! Demi dua miliar dan nyawa ibunya loh?!"

"Sekarang menolak, nanti dia yang akan kembali sambil bersujud untuk uang itu!"

Mendengar komentar-komentar keji itu, Aditama menatap satu persatu anggota keluarga Hermanto dengan saksama. Sampai akhirnya, pandangannya berhenti pada Kakek Hermanto.

"Karena tidak bisa menerima bantuan, aku pamit terlebih dahulu, Kek. Permisi."

Tanpa mempedulikan apa pun lagi, Aditama balik badan dan melangkah pergi!

"Tama! Tunggu!"

Tiba-tiba terdengar seruan dari Vania. Semua orang kompak menoleh.

Sedari tadi, Vania telah memperhatikan semuanya; bagaimana Aditama memilih mempertahankan rumah tangga mereka dan mencari sendiri biaya pengobatan ibunya.

Padahal sebagai istri, Vania tidak pernah sepenuhnya memperlakukan Aditama sebagai suami. Ranjang mereka terpisah, bahkan keduanya tak pernah sekalipun melakukan hubungan selama hampir empat tahun menikah. Berbicara pun seadanya, seperti ketika Aditama selesai menyiapkan makanan, membangunkannya sebelum ke kantor, atau menyambutnya setelah pulang kerja.

Semua hal itu karena Vania sendiri awalnya tidak setuju dengan perjodohan sang ayah dan memperingati Aditama untuk menjaga jarak!

Akan tetapi, Aditama baik hati dan lembut padanya. Sebagai suami, pria itu tidak pernah sekalipun menyakitinya. Demikian, Vania tidak membencinya.

Terlebih tadi, ketika Aditama menolak bercerai dengannya karena merasa dirinya bukan barang, Vania merasa ada perasaan tak menentu dalam hatinya!

Melihat Aditama menghentikan langkah dan membalikkan badannya terkejut, Vania langsung berucap, "Aku ikut untuk menemui ibumu!"

Aditama tersenyum dan menganggukkan kepala. "Oke." Dia bersiap meraih tangan sang istri, tapi mendadak sebuah seruan terdengar.

"Lancang!" teriak Kakek Hermanto selagi menunjuk-nunjuk Vania. "Berani kamu melangkah keluar dari kediaman ini!?"

Vania berbalik menatap sang kakek. "Apa salahnya aku menemui ibu mertuaku, Kek?! Beliau dalam kondisi kritis!"

"Kau kira aku peduli!? Kembali sekarang atau namamu akan aku coret dari keluarga besar Hermanto!" ancam kakek Hermanto, membuat Vania mematung di tempat.

Sebegitu benci dan teganya sang kakek kepada Aditama dan ibunya?!

Di sisi lain, Aditama menatap Vania dengan tenang. Tidak ada sedikit pun kebencian di matanya kala menatap sang istri yang terjerat dilema.

"Vania, dengarkan kakekmu dan tetaplah di sini."

Vania balik menatap Aditama, dia merasa begitu bersalah. Sebagai istri dan menantu, dia merasa harus melakukan sesuatu. Alhasil, ia mengeluarkan kartu ATM dari sakunya.

"Di sini, ada uang tabunganku. Gunakan itu untuk operasi ibumu ...."

"Tunggu! Siapa bilang laki-laki sampah itu boleh menggunakan uangmu, Vania?"

Tiba-tiba Stephanie, ibu Vania, berteriak selagi datang menghampiri wanita itu dan Aditama.

“Uangmu dihasilkan dari perusahaan keluarga Hermanto, jadi uang itu adalah uang keluarga Hermanto!” ucap sang ibu. "Tidak berhak kamu memberikannya kepada pria tak berguna itu!"

Vania memasang wajah tak berdaya. "Ma ... tapi--"

"Tutup mulutmu! Turuti omongan Mama atau kamu sungguh tak Mama aku sebagai anak lagi!"

Sontak, Vania kembali membeku. Dia menatap Aditama. Akan tetapi, suaminya itu hanya menggelengkan kepala.

"Aku akan mengurus semuanya sendiri," ucap Aditama. Dia tersenyum tipis kepada sang istri. "Aku pergi."

Kepergian Aditama diiringi tawa mencemooh menyakitkan dari para anggota keluarga Hermanto. Sampai kapan pun, Aditama akan ingat hinaan mereka hari ini!

Setelah berjalan cukup jauh dari kediaman keluarga Hermanto, Aditama yang frustasi tiba-tiba dikejutkan dengan panggilan telepon.

“Selamat malam, benar ini dengan Tuan Aditama?”

“Iya, dengan saya sendiri. Siapa ini?”

“Tuan, saya dari pihak rumah sakit ingin mengonfirmasi bahwa operasi ibu Anda telah dijadwalkan untuk besok siang.”

Kening Aditama berkerut. "Tapi ... saya belum melunasi pembayarannya?"

Selama sesaat, pegawai rumah sakit terdengar bingung dan berbicara dengan seseorang. Kemudian, dia kembali bersuara, "Ah, pembayaran Anda telah dilunasi kerabat Anda."

Lunas?!

"Maaf, siapa kerabat saya yang Anda maksud?"

Pegawai rumah sakit menjawab, "Saya kurang tahu, Tuan. Akan tetapi, beliau tadi berpesan akan menunggu Bapak di sini."

Mendengar hal tersebut, Aditama mengerutkan keningnya. Sepertinya, dia tahu siapa yang telah melakukan pelunasan!

**

Tiba di depan kamar rawat inap sang Ibu, Aditama mendapati seorang pria tengah duduk di kursi lorong rumah sakit.

Menyadari kedatangan Aditama, pria itu pun langsung bangkit dan membungkuk hormat.

"Kenapa kau membayar biaya operasi Ibu?!" tanya Aditama dengan muka mengeras. "Bukankah sudah kukatakan untuk tidak mengganggu kami lagi!"

Ya, pria yang sedang Aditama bentak itu tidak lain dan tidak bukan adalah Panji.

Panji menegapkan tubuhnya. "Saya hanya melaksanakan perintah tuan besar, Tuan Muda." Tidak sedikit pun dia merasa tersinggung akan bentakan Aditama.

Aditama mengepalkan tangannya. Ia tidak sudi menerima bantuan dari Ayahnya. Namun, ia juga tidak mampu mengembalikan uang yang sudah dibayarkan oleh ayahnya itu. Rumah sakit juga jelas tidak akan membatalkan transaksi yang sudah terjadi!

"Pak Aditama!"

Aditama seketika menoleh ke sumber suara. Tampak suster perawat yang selama ini bertanggung jawab atas ibunya datang menghampiri.

"Kami perlu Anda menandatangani beberapa berkas untuk keperluan operasi ibu anda."

Aditama mematung. Apa dia akan menyetujui operasi yang terjadi dengan uang ayahnya ini?

Namun, dipikir-pikir, apa lagi yang bisa Aditama lakukan? Dia telah gagal mendapatkan pinjaman uang dari keluarga istrinya. Sedangkan pihak rumah sakit mengatakan kecil kemungkinan ibunya bertahan tanpa operasi itu!

Di saat itu, Aditama mendengar Panji berujar, "Tuan, jangan biarkan ego menguasai Anda. Apa Anda rela membiarkan Ibu Anda mati hanya karena itu?"

Aditama menggertakkan gigi. Dia tahu sang ibu tidak akan memaafkannya karena telah melakukan ini, tapi ...

"Berikan dokumennya," ucap Aditama pada akhirnya, langsung menandatangani dokumen yang diberikan sang suster.

Setelah suster pergi, Panji tersenyum dan berkata, "Keputusan yang bijak, Tuan Muda."

Aditama mendelik ke arah Panji. "Jangan anggap tindakanku ini akan mengubah keputusanku perihal ahli waris ...."

Panji menatap lembut tuan mudanya itu. "Saya tahu, Tuan Muda." Dia kemudian menambahkan, "Tapi, pikirkanlah dengan baik. Dibandingkan bersikeras menolak dan berpegang pada harga diri, kenapa tidak membalas Tuan Besar dengan mempergunakan segala yang bisa dia berikan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 272 - Darren, Pelengkap Kebahagiaan

    Satu bulan yang lalu, Vania telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Darren Alvaro Gandara. Sebagai bentuk untuk mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan anggota keluarga Gandara, khususnya bagi pasangan Aditama dan Vania, sekaligus untuk menyambut anggota keluarga Gandara yang baru, keluarga Gandara kembali menggelar pesta besar-besar an. Pesta diadakan di ruangan dan halaman rumah. Malam ini, ruangan dan halaman itu disulap menjadi tempat pesta yang megah. Ada ratusan undangan yang datang dalam acara. Kerabat dekat, kolega, rekan bisnis dan kenalan keluarga Gandara. Meja-meja makanan tampak tersusun rapi dengan menu spesial di atasnya. Dekorasi acara terhampar di setiap titik-titik paling pasnya. Juga halaman rumah dihiasi lampu-lampu yang membuat belakang rumah itu terlihat lebih menawan. Di saat ini, Aditama dan Vania—yang sedang menggendong bayinya—tampak berdiri di dalam ruangan menyambut para tamu yang terus berdatangan silih berganti. Tamu-tamu it

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 271 - Lega Bukan Main

    Begitu melihat sang suami memasuki rumah, Vania yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama sang ibu—langsung bangkit dari duduknya—segera berhambur setengah berlari ke arah Aditama, lantas langsung memeluknya dengan erat. "Kenapa malam sekali pulangnya, Tam ... aku sungguh mencemaskanmu tadi ... takut terjadi apa-apa denganmu. Juga Papa. Aku tidak bisa tidur, sayang. Entah kenapa, rasanya tidak tenang saja kalau kamu belum pulang." Ucap Vania dalam posisi wajah tenggelam di dada suaminya. Di saat yang sama, Vania merasa sangat lega karena sang suami pulang dengan selamat. Dalam keadaan baik-bajk saja. Begitu pula dengan sang Ayah. Aditama menghela napas. "Maafkan aku, sayang karena baru sampai rumah. Karena urusannya baru selesai. Jadi, aku dan Papa baru bisa pulang." Balas Aditama seiring menghembuskan napas lega, mengusap kepala sang istri dengan lembut, juga terus mengecup keningnya. Aditama lanjut berkata. "Sekarang aku sudah pulang sesuai janji aku tadi, Van ... p

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 270 - Mengurus Jasadnya Edwin

    Sementara itu, Aditama dan sang Ayah memutuskan beranjak dari perumahan Paradise hendak pulang. Di dalam mobil, tiba-tiba ponsel Aditama berbunyi menandakan ada panggilan masuk yang membuat perhatian pria tampan itu teralihkan. Seketika ia merogoh saku jas, mengeluarkan ponsel dari dalam sana, nama Heru terpampang jelas di layar ponsel. Melihat hal itu, mata Aditama melebar! Mendadak, ia teringat sesuatu. Apakah Kak Heru hendak memberitahu kabar mengenai Edwin? Juga Robert dan Andika? Pikir Aditama. Melihat sang anak laki-lakinya bersikap demikian, Laksana Gandara mengernyitkan kening. "Telepon dari siapa, Tam?" tanya Laksana Gandara seraya menghadap Aditama.Mendapatkan pertanyaan dari sang Ayah membuat Aditama menoleh. Dia kemudian menjawab. "Kak Heru, Pa,"Laksana Gandara mengerjap mendengarnya. Dia kemudian buru-buru berkata. "Cepat angkat, Tam ... sepertinya dia mau mengabarkan sesuatu tentang Edwin." Laksana Gandara langsung mendesak Aditama yang dijawab angg

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 269 - Kematian Robert, Andika dan Edwin

    Sementara itu, tiba di gedung kasino milik Robert dan Andika, Edwin disambut keributan dan kericuhan oleh orang-orang di sana. Kesibukan pun menyertai. Para petugas pemadam kebakaran tengah berusaha memadamkan api yang melahap gedung kasino tersebut. Beberapa mobil-mobil tampak keluar, sebagian besar adalah para pengunjung kasino yang sedang bergegas pulang, tapi ada pula yang masih berada di sana—menonton. Namun Edwin tidak mempedulikan hal tersebut, ia bergegas mencari dua orang yang sebelumnya ia agung-agungkan, tapi kini ia telah berubah benci pada keduanya.Selang sebentar saja, tiba-tiba Edwin menghentikan langkah saat melihat dua orang yang sedang ia cari—berdiri di dekat salah satu mobil—menyaksikan kesibukan. Melalui ekor matanya, Robert menyadari kedatangan Edwin, ia pun segera menoleh diikuti Andika setelahnya. Kemudian, Robert memicingkan pandangan. Detik berikutnya, dia terhenyak. Begitu pula dengan Andika. Edwin!? Selama sesaat, keduanya kompak tercengang. Seg

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 268 - Memenjarakan Arumi dan Haikal

    Begitu melihat sosok Arumi dan Haikal, Laksana Gandara langsung murka bukan main. Seketika ekspresi wajahnya menjadi masam, seruan marah, sumpah serapah dan makian terlontar keluar dari mulutnya. Mendapati hal tersebut, Arumi dan Haikal hanya bisa pasrah. "Aku pikir kau sudah takut denganku, Arumi ... sudah takut dengan keluarga Gandara ... tidak mau berurusan dengan keluargaku lagi setelah kuusir dirimu," seru Laksana Gandara dengan emosi menggebu seraya menunjuk-nunjuk Arumi. "Tapi apa yang malah akan kau lakukan kepada anggota keluargaku, wanita iblis!? Kau bahkan berencana mau membunuh anggota keluarga tercintaku!?" Lanjut Laksana Gandara. Mendengar itu, Arumi refleks mengangkat wajah menatap Laksana Gandara. Kemudian, ia langsung menggeleng cepat. "Tidak, tuan. Bukan seperti itu. Itu bukan ide saya. Saya tidak ada niatan sedikit pun mau menghabisi anggota keluarga anda. Itu sepenuhnya adalah ide tuan Robert, tuan Andika, juga Edwin." Jawab Arumi yang langsung dibenarkan

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 267 - Sudah Tidak Ada Kata Maaf!

    Aditama menatap Arumi dan Haikal dengan saksama. Juga dengan dingin. Ekspresi wajahnya datar. Kemudian, ia pindah menatap Arumi untuk beberapa saat. "Akhirnya kita bertemu lagi, Nona Arumi ... setelah sekian lama," ucap Aditama. Dia kemudian menambahkan. "Aku tidak menyangka kalau anda benar-benar licik. Tak selemah yang dibayangkan. Aku pikir, anda sudah kapok, tak akan mau berurusan dengan keluarga kami lagi, tapi nyatanya aku salah." "Anda memang tidak bisa kami anggap remeh. Dan hal yang membuat aku cukup terkejut adalah ... Anda bekerja sama dengan Robert, Andika dan Edwin untuk membalas keluarga Gandara. Sungguh menakjubkan. Tapi terlepas dari itu, anda tidak bisa berbuat apa-apa." Aditama terdiam sebentar. "Seorang wanita seperti anda ... bisa meyakinkan Papa? Hal itu juga sungguh tak bisa dipercaya. Dan anda yang memfitnahku dan mama dulu ... benar-benar tidak akan pernah kulupakan, Nona Arumi." Kata Aditama lagi. Mendengar itu, Arumi mengangkat wajah menatap Aditama.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status