Home / Urban / Suamiku Pewaris Kaya Raya / Bab 4 - Bersedia Kembali

Share

Bab 4 - Bersedia Kembali

Author: Ahong
last update Last Updated: 2023-11-21 16:24:49

Ucapan Panji membuat Aditama terkejut. Dia menautkan alis. "Bukankah kamu berada di pihak ayahku? Kenapa kamu memberikan saran seperti itu padaku?"

Mata Panji menutup seiring dia menggelengkan kepala. Dia kemudian berkata, "Saya adalah kepala urusan rumah tangga keluarga Gandara. Saya hanya memikirkan yang terbaik untuk keluarga Gandara."

Aditama memicingkan matanya, lalu mendengus dingin. "Gila." Dia berbalik, lalu pergi meninggalkan Panji.

**

Keesokan harinya, setelah operasi selesai dan berjalan lancar. Aditama tampak tengah memegang tangan sang ibu yang masih tertidur lelap. Wajah wanita paruh baya itu tampak jelas membaik.

Mencium tangan ibundanya, Aditama berkata, "Ibu, cepatlah sembuh ...." Kemudian, wajahnya berubah sedikit murung. "Maafkan putramu yang tidak berguna dan harus menggunakan uang pria itu ...."

Selagi Aditama tengah memandangi wajah sang ibu, tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana dan melihat nama sang istri terpampang jelas di layar.

"Vania?" Aditama bertanya-tanya.

Dia pun langsung duduk di kursi yang ada di lorong rumah sakit sembari menerima panggilan masuk dari sang istri.

"Vania, ada apa?" tanya Aditama begitu menerima panggilan tersebut.

"Kamu di mana?" Suara Vania terdengar parau, seperti baru saja menangis.

Ekspresi wajah Aditama menjadi semakin sendu, berpikir bahwa istrinya itu pasti terkena omelan hebat dari sang kakek dan ibu tadi malam. Akan tetapi, mengingat sifat Vania, Aditama tahu istrinya itu pasti tidak ingin membicarakan masalah kemarin malam.

"Aku di rumah sakit."

"Bagaimana kondisi ibumu?" tanya Vania lagi.

Aditama tak elak tersenyum mendengar pertanyaan sang istri. "Baik. Bagaimana denganmu, apa kamu baik-baik saj--"

"Tama," potong Vania mendadak, membuat Aditama terdiam. "Ayo kita bercerai."

Mendengar hal itu, Aditama terkejut bukan main. "Bercerai? Apa maksudmu?" Pegangan Aditama pada ponselnya mengerat.

Sehari yang lalu, Vania menolak permintaan sang kakek untuk bercerai darinya. Lalu, kenapa sekarang wanita itu meminta perceraian ini sendiri?!

Pasti ada yang terjadi!

"Apa yang Kakek katakan padamu setelah aku pergi?" ujar Aditama dengan alis tertaut.

"Jangan salahkan Kakek," ujar Vania dengan suara bergetar, kentara tengah berbohong. "Keputusanku sudah bulat, Tam dan itu adalah keputusan yang terbaik untuk kita berdua."

"Van--"

Belum sempat Aditama mengatakan apa pun, Vania mematikan panggilan. Hal tersebut membuat Aditama sangat bingung.

Apa yang sebenarnya terjadi!?

Kala Aditama memikirkan hal tersebut, ponselnya kembali berbunyi. Tanda ada notifikasi pesan masuk.

Aditama segera mengecek ponselnya kembali dan mengernyitkan dahi saat melihat nama Bella yang mengirimkan pesan.

Bella adalah sepupu Vania, tapi Aditama tidak pernah dekat sebelumnya dengan wanita itu.

Bertanya-tanya, Aditama pun membuka pesan Bella. Ada foto Vania duduk tidak nyaman di sebelah seorang pria muda yang begitu dekat dengannya. Beberapa keluarga Hermanto lain tampak hadir di sana bersama keduanya!

Wajah Aditama menggelap, dia mengenali pria muda di sebelah Vania. Pria itu adalah Edward Bintoro, anak dari pemilik Bintoro Group yang sangat kaya raya!

Sedari dulu, Edward memang mengincar Vania dan memang Kakek Hermanto dari dulu ingin menjodohkan keduanya!

Di bawah foto itu, sebuah pesan dituliskan Bella.

[Demi mendapatkan uang untuk operasi ibumu dari Kakek, Vania bersedia menceraikanmu dan dinikahkan dengan Edward Bintoro. Kalau memang kamu suami yang baik, cepatlah datang dan selamatkan istrimu di restoran Hotel Gandhi Life!]

Tangan Aditama mengepal. Keterlaluan! Beraninya mereka melakukan ini pada istrinya!?

Aditama langsung berdiri, siap untuk pergi menyusul Vania. Akan tetapi, kemudian dia berpikir. Di depan keluarga Hermanto saja dia tidak berdaya, apalagi di hadapan Edward Bintoro!?

Di saat itu, benak Aditama pun teringat akan ucapan Panji sebelumnya.

"Dibandingkan bersikeras menolak dan berpegang pada harga diri, kenapa tidak membalas Tuan Besar dengan mempergunakan segala yang bisa dia berikan?"

Mata Aditama menutup. Benci, tapi dia harus akui bahwa ucapan pria tua itu benar adanya.

Akhirnya, setelah beberapa saat terdiam, Aditama membuka mata dan menghubungi seseorang.

"Panji ... aku bersedia kembali."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 272 - Darren, Pelengkap Kebahagiaan

    Satu bulan yang lalu, Vania telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Darren Alvaro Gandara. Sebagai bentuk untuk mengungkapkan kebahagiaan yang tengah dirasakan anggota keluarga Gandara, khususnya bagi pasangan Aditama dan Vania, sekaligus untuk menyambut anggota keluarga Gandara yang baru, keluarga Gandara kembali menggelar pesta besar-besar an. Pesta diadakan di ruangan dan halaman rumah. Malam ini, ruangan dan halaman itu disulap menjadi tempat pesta yang megah. Ada ratusan undangan yang datang dalam acara. Kerabat dekat, kolega, rekan bisnis dan kenalan keluarga Gandara. Meja-meja makanan tampak tersusun rapi dengan menu spesial di atasnya. Dekorasi acara terhampar di setiap titik-titik paling pasnya. Juga halaman rumah dihiasi lampu-lampu yang membuat belakang rumah itu terlihat lebih menawan. Di saat ini, Aditama dan Vania—yang sedang menggendong bayinya—tampak berdiri di dalam ruangan menyambut para tamu yang terus berdatangan silih berganti. Tamu-tamu it

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 271 - Lega Bukan Main

    Begitu melihat sang suami memasuki rumah, Vania yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama sang ibu—langsung bangkit dari duduknya—segera berhambur setengah berlari ke arah Aditama, lantas langsung memeluknya dengan erat. "Kenapa malam sekali pulangnya, Tam ... aku sungguh mencemaskanmu tadi ... takut terjadi apa-apa denganmu. Juga Papa. Aku tidak bisa tidur, sayang. Entah kenapa, rasanya tidak tenang saja kalau kamu belum pulang." Ucap Vania dalam posisi wajah tenggelam di dada suaminya. Di saat yang sama, Vania merasa sangat lega karena sang suami pulang dengan selamat. Dalam keadaan baik-bajk saja. Begitu pula dengan sang Ayah. Aditama menghela napas. "Maafkan aku, sayang karena baru sampai rumah. Karena urusannya baru selesai. Jadi, aku dan Papa baru bisa pulang." Balas Aditama seiring menghembuskan napas lega, mengusap kepala sang istri dengan lembut, juga terus mengecup keningnya. Aditama lanjut berkata. "Sekarang aku sudah pulang sesuai janji aku tadi, Van ... p

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 270 - Mengurus Jasadnya Edwin

    Sementara itu, Aditama dan sang Ayah memutuskan beranjak dari perumahan Paradise hendak pulang. Di dalam mobil, tiba-tiba ponsel Aditama berbunyi menandakan ada panggilan masuk yang membuat perhatian pria tampan itu teralihkan. Seketika ia merogoh saku jas, mengeluarkan ponsel dari dalam sana, nama Heru terpampang jelas di layar ponsel. Melihat hal itu, mata Aditama melebar! Mendadak, ia teringat sesuatu. Apakah Kak Heru hendak memberitahu kabar mengenai Edwin? Juga Robert dan Andika? Pikir Aditama. Melihat sang anak laki-lakinya bersikap demikian, Laksana Gandara mengernyitkan kening. "Telepon dari siapa, Tam?" tanya Laksana Gandara seraya menghadap Aditama.Mendapatkan pertanyaan dari sang Ayah membuat Aditama menoleh. Dia kemudian menjawab. "Kak Heru, Pa,"Laksana Gandara mengerjap mendengarnya. Dia kemudian buru-buru berkata. "Cepat angkat, Tam ... sepertinya dia mau mengabarkan sesuatu tentang Edwin." Laksana Gandara langsung mendesak Aditama yang dijawab angg

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 269 - Kematian Robert, Andika dan Edwin

    Sementara itu, tiba di gedung kasino milik Robert dan Andika, Edwin disambut keributan dan kericuhan oleh orang-orang di sana. Kesibukan pun menyertai. Para petugas pemadam kebakaran tengah berusaha memadamkan api yang melahap gedung kasino tersebut. Beberapa mobil-mobil tampak keluar, sebagian besar adalah para pengunjung kasino yang sedang bergegas pulang, tapi ada pula yang masih berada di sana—menonton. Namun Edwin tidak mempedulikan hal tersebut, ia bergegas mencari dua orang yang sebelumnya ia agung-agungkan, tapi kini ia telah berubah benci pada keduanya.Selang sebentar saja, tiba-tiba Edwin menghentikan langkah saat melihat dua orang yang sedang ia cari—berdiri di dekat salah satu mobil—menyaksikan kesibukan. Melalui ekor matanya, Robert menyadari kedatangan Edwin, ia pun segera menoleh diikuti Andika setelahnya. Kemudian, Robert memicingkan pandangan. Detik berikutnya, dia terhenyak. Begitu pula dengan Andika. Edwin!? Selama sesaat, keduanya kompak tercengang. Seg

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 268 - Memenjarakan Arumi dan Haikal

    Begitu melihat sosok Arumi dan Haikal, Laksana Gandara langsung murka bukan main. Seketika ekspresi wajahnya menjadi masam, seruan marah, sumpah serapah dan makian terlontar keluar dari mulutnya. Mendapati hal tersebut, Arumi dan Haikal hanya bisa pasrah. "Aku pikir kau sudah takut denganku, Arumi ... sudah takut dengan keluarga Gandara ... tidak mau berurusan dengan keluargaku lagi setelah kuusir dirimu," seru Laksana Gandara dengan emosi menggebu seraya menunjuk-nunjuk Arumi. "Tapi apa yang malah akan kau lakukan kepada anggota keluargaku, wanita iblis!? Kau bahkan berencana mau membunuh anggota keluarga tercintaku!?" Lanjut Laksana Gandara. Mendengar itu, Arumi refleks mengangkat wajah menatap Laksana Gandara. Kemudian, ia langsung menggeleng cepat. "Tidak, tuan. Bukan seperti itu. Itu bukan ide saya. Saya tidak ada niatan sedikit pun mau menghabisi anggota keluarga anda. Itu sepenuhnya adalah ide tuan Robert, tuan Andika, juga Edwin." Jawab Arumi yang langsung dibenarkan

  • Suamiku Pewaris Kaya Raya   Bab 267 - Sudah Tidak Ada Kata Maaf!

    Aditama menatap Arumi dan Haikal dengan saksama. Juga dengan dingin. Ekspresi wajahnya datar. Kemudian, ia pindah menatap Arumi untuk beberapa saat. "Akhirnya kita bertemu lagi, Nona Arumi ... setelah sekian lama," ucap Aditama. Dia kemudian menambahkan. "Aku tidak menyangka kalau anda benar-benar licik. Tak selemah yang dibayangkan. Aku pikir, anda sudah kapok, tak akan mau berurusan dengan keluarga kami lagi, tapi nyatanya aku salah." "Anda memang tidak bisa kami anggap remeh. Dan hal yang membuat aku cukup terkejut adalah ... Anda bekerja sama dengan Robert, Andika dan Edwin untuk membalas keluarga Gandara. Sungguh menakjubkan. Tapi terlepas dari itu, anda tidak bisa berbuat apa-apa." Aditama terdiam sebentar. "Seorang wanita seperti anda ... bisa meyakinkan Papa? Hal itu juga sungguh tak bisa dipercaya. Dan anda yang memfitnahku dan mama dulu ... benar-benar tidak akan pernah kulupakan, Nona Arumi." Kata Aditama lagi. Mendengar itu, Arumi mengangkat wajah menatap Aditama.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status