Share

Bab 3

Author: Hana Floris
Setengah tahun kemudian, aku baru melihat nama “Vianie” lagi.

Saat itu aku mau buat PPT pidato perwakilan untuk Melisa, tapi laptopku kehabisan baterai. Kebetulan Hendra belum pulang karena ada makan bersama rekan satu departemen, jadi aku nyalakan komputer di ruang kerjanya.

Ketika aku lagi cari materi, aku tidak sengaja mengklik folder bersama dan melihat folder bernama [Kesayangan].

Hendra adalah orang yang sangat rapi.

Di dalam folder tersebut, semua dokumen disusun berdasarkan tahun dan bulan, totalnya 27 dokumen.

Intuisiku mulai bergejolak.

Sebelum aku lihat folder ini, aku tidak pernah nyangka Hendra bakal diam-diam berselingkuh.

Sama sekali tidak pernah.

Tapi pada saat itu, saat aku menggerakkan mouse ke salah satu dokumen, bersiap untuk mengkliknya, tanganku bergemetar tanpa sadar.

Aku pun duduk diam sambil melihat selama dua jam.

Folder [Kesayangan] itu mencatat kisah cinta yang samar, tapi penuh gairah antara seorang pria dan seorang wanita selama dua tahun tiga bulan.

Mereka awalnya adalah rekan kerja dari departemen yang berbeda dan ditugaskan dalam tim yang sama dalam sebuah proyek penelitian. Karena itu, selama berhari-hari, mereka dengan gembira terlibat dalam diskusi yang mendalam.

Lambat laun, hati mereka mulai tergerak, mereka jatuh cinta.

Mereka tahu betul, hubungan ini terlarang.

Jadi sepakat untuk hanya memiliki cinta suci, pacaran tanpa hubungan fisik, tidak dikalahkan oleh hasrat manusiawi yang rendah.

Mungkin dengan adanya jubah munafik inilah, mereka baru bisa bebas utarakan isi hati dan cinta mereka.

Hendra menyebut Vianie sebagai “Istri satu-satunya dalam kehidupan ini”.

[Ketika kamu berjalan melewatiku hari ini, aku mencium aroma tubuhmu yang unik, hatiku pun tiba-tiba bergetar.]

[Banyak sekali wanita di dunia ini yang tercemar. Hanya kamulah jiwa yang murni dan polos di hatiku. Terima kasih telah memurnikan hidupku.]

[Aku lewati banyak malam memikirkan wajahmu, menyebut namamu berulang kali di dalam hatiku.]

[Dulu aku pernah meratapi dan menyesali 33 tahun yang telah kusia-siakan, tapi kamu muncul diam-diam seperti malaikat, membuat semua masa lalu menjadi berharga.]

Vianie memanggil Hendra dengan sebutan “Kakak”.

[Kakak! Cintaku! Suamiku!]

[Pagi ini, beberapa helai rambutku yang panjang rontok. Aku menaruhnya dengan hati-hati di mejamu. Begitu rambut kita bertemu, artinya kita sudah bersama secara tak langsung.]

[Dalam notulen rapat, nama kita kebetulan berseberangan, hatiku berdesir bahagia. Tulisan itu terlihat seakan terjalin satu sama lain.]

[Kak, semalam aku mimpi sesuatu yang tak dapat kuceritakan. Dalam mimpi itu, aku memanggilmu dengan panik. Ketika aku terbangun, hanya ada air mata yang membasahi bantalku.]

[Aku merindukanmu setiap saat. Performaku pun jadi buruk, tapi malah Nona Gevinda Arista yang dipecat. Kakak, ini pasti karena kamu diam-diam bantu aku, ‘kan? Aku merasa bersalah dan senang di saat bersamaan. Aku jadi nggak enak.]

Di bawah baris ini, ada jawaban mengharukan dari Hendra:

[Tidak ada salahnya mencintai istri, aku rela pilih kasih pada istriku. Aku nggak peduli pada ketenaran dan kekayaan. Hanya saat ini, aku merasa beruntung punya kekuasaan di tanganku!]

Ada 27 folder, tiap foldernya, ada 30 dokumen, jadi totalnya 810 dokumen.

Selama 810 hari ini, mereka saling berbagi dan mencurahkan perasaan terdalam mereka satu sama lain di folder berjudul [Kesayangan] ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chantiqa Chiqa
dan sisampah malah terus berkhayal dg kebucinan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 20

    Saat itu aku dan Melisa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Nia yang kakinya terkilir. Ketika kami keluar, kami bertemu mereka.Keduanya sedang berdebat hebat di aula rawat jalan.Aku menggandeng Melisa dan berdiri di tengah kerumunan, aku terkejut oleh perubahan besar penampilan mereka.Vianie jadi keriput dan lusuh, mulutnya menjadi setipis garis, sudut bibirnya terkulai ke bawah dan dia mengutuk, “Omong kosong! Keluargamu nggak berguna. Orang tuaku yang harus kerja keras untuk urus anak kita. Beraninya mereka remehkan keluargaku? Beraninya mereka marahi aku, dasar jalang tua!”Hendra berwajah muram dan mengenakan jaket yang aku belikan untuknya beberapa tahun lalu. Pada usia 35 tahun, rambutnya sudah beruban dan dia tampak lelah dan tua.Bibirnya juga bergerak, sama sekali tidak mau mengalah.“Kamu yang sampah! Seluruh keluargamu sampah! Dasar benalu! Setelah sedot uangku, kamu masih mau targetkan keluargaku! Biaya pengobatan anak kita sangat mahal, keluargamu pun makan dan ting

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 19

    “Semua orang nggak percaya dan bilang apa ada salah paham. Tapi Vianie malah bilang dengan keras bahwa itu benar, bayi dalam perutnya adalah anak Pak Hendra!”“Setelah dengar itu, Pak Hendra tiba-tiba marahi Vianie dengan keras, dia bilang Vianie yang sengaja goda dan bius dia, Vianie yang jebak dia tidur dengannya. Vianie juga nggak mau kalah, dia tanya balik, untuk pertama kali, aku emang bius kamu, tapi gimana dengan kedua kalinya? Ketiga kalinya? Apa itu juga dibius?”Setelah menutup telepon, aku terdiam cukup lama.Hari itu aku bilang pada Vianie ada cara lain agar dia tidak perlu kembalikan uang itu.Dia bertanya apa yang bisa dilakukan.Kataku, “Rebut Hendra pergi.”Niatku awalnya adalah minta bantuannya untuk lancarkan perceraianku, tapi aku tak menyangka dia bakal ambil tindakan ekstrem seperti itu.Aku sempat tidak percaya.Kalau teringat kata-kata penuh gairah dan membekas di folder [Kesayangan] itu, aku merasa sungguh ironis.Hendra dengan jelas bilang padaku dengan suara l

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 18

    Aku tidak tahan lagi, sungguh tak bisa dipercaya. Aku pun berteriak, “Vianie itu satu-satunya istrimu, Hendra! Gimana bisa kamu bilang nggak pernah berpikir untuk bersamanya? Lalu apa gunanya ratusan dokumen itu? Untuk apa kalian berlagak mesra gitu?”‘Apa gunanya rencana perceraianku yang sudah aku rencanakan selangkah demi selangkah selama ini!’Hendra adalah orang yang keras kepala.Dia tampaknya siap membuktikan kata-katanya dengan tindakan.Sejak saat itu, dia bangun pagi tiap hari untuk buat sarapan, tapi aku dan Melisa bahkan tidak mau memandangnya. Aku pergi bekerja dan Melisa pergi sekolah, kami tidak banyak berkomunikasi dengannya.Siang harinya, dia juga kirimkan berbagai pesan padaku, seperti: [daun gugur indah yang jatuh di jalan], [makan siangnya] dan [teori apa yang dia temukan hari ini].Pada malam hari, dia cuci piring dan kerjakan pekerjaan rumah, mengucapkan selamat malam pada kami berulang kali sebelum tidur, begitu sabar dan gigih.Aku tidak tahan lagi dan pergi me

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 17

    Keduanya menunjukkan ekspresi tidak rela dan tak puas di wajah mereka.Vianie tiba-tiba berteriak, “Kak”, kemudian memeluknya.Keduanya berpelukan erat.Melisa menggigit bibirnya dan menatap mereka, air mata mengalir tak terkendali.Aku menghela napas dalam hati.Aku awalnya tidak bermaksud menyeret anakku ke dalam kesalahan orang dewasa.Tapi ketika Melisa menangis dan berteriak padaku: “Aku pilih ayah” hari itu, aku tiba-tiba sadar bahwa dia sudah berada di dalamnya.Perkataan Melisa tentu saja menyakiti hatiku, tapi saat aku tanya pada diriku sendiri, aku tahu aku benar-benar tidak tega tinggalkan putri yang telah aku besarkan sendiri.Sejak kecil dia dekat dan bergantung padaku serta ayahnya.Hanya saja dia dituntun ke arah yang salah oleh orang lain yang punya niat buruk.Dia butuh aku dan aku butuh dia.Jadi aku biarkan dia menyaksikan kekejaman hidup sejak dini.Tak apa, asal aku di sampingnya, aku akan ajari dia jadi anak yang pintar, jadi orang yang cerdas, dan mampu hadapi ke

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 16

    Tubuh Vianie bergetar, dia akhirnya tak bisa tahan air matanya lagi, dan menangis tersedu-sedu, berlari keluar sambil menutupi wajahnya.Sementara Hendra tetap berdiri kaku di sana, menatap ponselnya, tidak mengangkat kepalanya.Setelah kembali ke rumah, wajah Hendra muram dan suaranya galak, “Caroline, sudah kubilang, syaratku untuk pulang adalah lupakan masalah ini, tapi kamu nggak tepati janji!”Aku tersenyum dan berkata, “Ya, aku sudah ingkar janji. Kamu mau gimana?”Hendra terdiam cukup lama, menatapku dan berkata dengan nada yang penuh kesedihan, seolah hatinya telah mati.“Kita terpaksa cerai.”Aku mengangguk. “Oke.”Dia tertegun, ekspresi tidak percaya tampak jelas di wajahnya.Aku masuk ke kamar, mengambil sebuah dokumen dan serahkan padanya.“Ini surat cerai. Coba cek apa ada masalah.”Matanya terbuka lebar, mengambilnya dengan kaku dan bertanya sambil menggertakkan giginya, “Kapan… Kamu siapkan ini?”Aku menyipitkan mataku sambil memiringkan kepala dan berpikir.“Kapan ya? O

  • Suamiku Pulang, Tapi Aku Menyesal   Bab 15

    Dia terbata-bata, “Aku nggak mengenalimu saat itu, aku nggak tahan lihat kamu lukai orang lain. Lagian aku sudah minta maaf pada Pak Hendra.”“Minta maaf pada Pak Hendra? Emangnya dia yang terluka?”Tanyaku dingin sambil melihat ke arahnya.Mereka yang berdiri di tengah kerumunan itu semuanya adalah mantan bawahan Hendra. Mereka semua tampak geram dan merasa kasihan pada Vianie. Tampak jelas mereka anggap aku bersikap tidak masuk akal.Aku menatap Hendra lagi.Wajahnya sedikit miring, menatap Vianie yang berusaha keras menahan air matanya, masih terlihat kasihan dan sedih.Aku tersenyum, mengeluarkan ponsel dari tas dan menyerahkannya pada Hendra.“Tadi ponselmu ketinggalan di mobil, jadi aku bawakan. Aku juga sudah kirim rekaman video CCTV restoran daging panggang hari itu ke grup kalian.”Seketika tempat itu menjadi heboh, semua orang menunduk menatap ponsel mereka.“Video itu sangat jelas dan dapat membuktikan dua hal. Pertama, aku sama sekali nggak sentuh Vianie. Dia juga harusnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status