Short
Suamiku Pura-pura Mati Demi Menipu Uangku

Suamiku Pura-pura Mati Demi Menipu Uangku

By:  Farah DibaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di kehidupan lalu, suamiku tiba-tiba mengalami pendarahan otak dan meninggal. Dia juga meninggalkan sejumlah besar utang. Demi putraku yang masih SMA, aku menjual rumah yang diwariskan orang tuaku dan bekerja 3 pekerjaan untuk membayar utang. Setelah terlalu banyak bekerja, aku jatuh sakit dan akhirnya masuk rumah sakit. Di samping ranjang pasien, putraku yang sudah diterima di universitas bergengsi malah menelepon dengan gembira. “Halo? Ayah, ini aku. Wanita ini sudah mau mati. Aku ada belikan asuransi untuknya. Kita setidaknya bisa dapat kompensasi 10 miliar. Kamu dan Bibi Susi cepat kembali dari luar negeri.” Bibi Susi yang dimaksudnya adalah teman semasa kecil dan juga tetangga suamiku. Ternyata, yang disebut utang itu adalah hasil pencucian uang dalam jumlah besar yang dilakukan suamiku dan kekasih gelapnya. Demi menutupinya, mereka membuat pembukuan palsu, bahkan berpura-pura mati untuk menghindari tanggung jawab hukum. Sementara itu, demi menjadi anak orang kaya, putraku membiarkanku mati karena kelelahan. Saat membuka kembali mataku, aku sudah kembali ke hari di mana suamiku berpura-pura mati.

View More

Chapter 1

Bab 1

“Apa ini istrinya Marco? Suamimu alami pendarahan otak, tapi gagal diselamatkan. Dia sudah meninggal 1 jam lalu.”

Setengah jam sebelumnya, aku menerima telepon dari sebuah rumah sakit swasta yang terletak di dekat rumah. Aku buru-buru datang, tetapi malah menerima kabar kematian suamiku pada saat baru masuk.

Yohan, putraku sudah menunggu di tempat ini. Dia mendongak dan menatapku dengan mata berlinang air mata sambil berkata, “Ibu, Ayah sudah meninggal.”

Aku menatap jasad suamiku yang ditutup kain putih, lalu menatap putraku yang terlihat sangat sedih. Ini semua terasa bagaikan mimpi.

Di kehidupan sebelumnya, saat melihat putraku yang seperti ini, aku merasa sangat sedih dan langsung memeluknya sambil berkata, “Yohan, tenang saja. Meski cuma tersisa kita berdua, Ibu juga nggak akan biarkan kamu hidup susah.”

Dua hari setelah Marco meninggal, ada orang yang datang ke rumah untuk menagih utang. Aku baru tahu ternyata suamiku berjudi online dan berutang puluhan miliar. Demi tidak membuat Yohan khawatir, aku tidak memberitahunya mengenai situasi keluarga. Aku menjual rumah di ibu kota yang diwariskan orang tuaku, lalu meminjam uang dari teman dan kerabat untuk membayar utang itu.

Saat ini, Yohan berada di tahun ke-3 SMA dan membutuhkan banyak uang untuk pendidikan. Ditambah dengan dia juga lumayan boros dan suka membeli barang-barang bermerek, gajiku mulai tidak mampu untuk menutupi biaya hidup kami.

Oleh karena itu, aku bekerja 3 pekerjaan setiap hari tanpa beristirahat. Aku juga hanya makan acar dan mie instan, tetapi tetap memperhatikan nutrisi Yohan dan memasakkan banyak makanan bergizi seperti abalone, teripang, dan sebagainya. Selain itu, aku bahkan pekerjakan guru les privat yang biayanya jutaan per sesi untuk Yohan.

Setelahnya, aku jatuh sakit dan masuk rumah sakit. Aku masih berjuang keras untuk hidup, tetapi di saat-saat kritis, aku mendengar percakapan Yohan dengan suster.

“Keadaan pasien sangat gawat. Kami butuh walinya memutuskan apa dia mau dioperasi atau nggak secepat mungkin. Keinginannya untuk hidup sangat kuat sehingga dia masih memiliki peluang untuk hidup.”

Aku mengerahkan hampir seluruh tenagaku untuk bernapas dengan harapan bisa bertahan hidup. Namun, putra yang sudah kusayangi selama lebih dari 20 tahun itu malah menjawab dengan sangat dingin, “Nggak usah. Kami nggak punya uang sebanyak itu untuk operasi.”

Meskipun tidak membuka mata, aku dapat mendengar suara di sekitar.

Kenapa putraku berkata begitu? Situasi keluarga kami memang tidak sekaya saat suamiku masih hidup, tetapi aku juga memiliki sedikit tabungan setelah bekerja keras bertahun-tahun. Bahkan 3 hari yang lalu, aku baru menyerahkan selembar kartu bank berisi uang 400 juta kepada putraku untuk membantunya membeli rumah.

Perawat merasa tidak tega dan lanjut bertanya, “Yakin nggak mau operasi? Biaya operasinya nggak lebih dari 100 juta. Kamu nggak bisa pinjam dari teman atau kerabat dulu?”

Namun, Yohan malah menyela ucapan perawat dengan tidak sabar, “Punya peluang hidup nggak berarti pasti bisa hidup. Kalau gagal, bukankah 100 juta itu akan melayang dengan sia-sia?”

Perawat itu pun menghela napas. Tanpa persetujuan wali, rumah sakit tidak dapat mengoperasiku. Aku dipindahkan ke unit perawatan intensif. Mereka menyebutnya sebagai perawatan konservatif, tetapi itu sebenarnya tidak berbeda dengan menunggu mati.

Aku yang berbaring di ranjang pasien tidak mengerti kenapa putraku tega menolak biaya operasiku yang hanya membutuhkan biaya 100 juta. Sampai aku sadar kembali sebelum meninggal, aku berusaha membuka mata dan melihat putraku yang berdiri di ujung ranjang pasien.

Melihat EKG-ku yang berangsur-angsur melemah, dia tersenyum gembira dan menelepon seseorang untuk melaporkan keadaanku.

“Ayah, Ibu sudah mau mati. Kamu dan Bibi Susi beres-beres saja dulu. Kalian sudah boleh pulang dengan bawa uangnya. Aku sudah belikan asuransi ratusan juta untuknya. Habis dia mati, kita paling nggak bisa dapat kompensasi 10 miliar.”

Suara dari ujung telepon terdengar jelas. Itu adalah suara suamiku yang sudah meninggal 6 tahun lalu. Sementara itu, Bibi Susi yang dimaksud putraku adalah teman semasa kecil suamiku.

Yohan tidak tahu aku masih bisa mendengar. Dia dengan bangganya membahas kehidupan gembira mereka kelak.

“Beberapa tahun ini, aku sudah hampir nggak tahan, tapi malah harus lanjut sandiwara. Kalau bukan karena Ibu, aku sudah pergi ke luar negeri untuk jadi orang kaya. Tapi, kematiannya nggak sia-sia. Kita bisa dapat tambahan 10 miliar. Sudah lama aku incar rumah di ibu kota itu. Kebetulan, uang ini bisa jadi tambahan buatku.”

Air mata mengalir dari sudut mataku. Dari percakapan mereka, aku sudah memahami semuanya. Ternyata utang itu hanyalah jebakan yang disusun suamiku dan selingkuhannya. Mereka membuat pembukuan palsu untuk menutupi pencucian uang yang dilakukan mereka.

Sementara itu, putra yang kulindungi mati-matian ternyata mengetahui semua fakta ini, juga diam-diam membantu mereka. Suami dan putra yang seharusnya adalah orang terdekatku malah memanfaatkan aku tanpa belas kasihan.
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status