Setelah mendengar kabar dari pasukan bahwa kakak kembar suamiku gugur dalam sebuah misi, kakak ipar yang baru ditinggal suaminya itu sangat terpukul hingga pingsan. Saat sadar kembali, dia kehilangan ingatannya. Tangannya menggenggam erat tangan suamiku dan tidak mau melepaskannya. Hanya karena dokter mengatakan, “Pasien tidak boleh menerima guncangan.” Suamiku dan ibu mertua pun membujukku agar ikut dia bersandiwara. Setiap kali aku menyinggung soal itu, mereka berdua selalu menjawab, “Tunggu aja sampai kakak iparmu pulih kembali ingatannya!” Maka dari itu, aku hanya bisa memandangi suamiku sendiri tinggal dan makan bersama kakak iparnya dengan mataku sendiri. Bahkan putri kami pun hanya bisa melihat anak kakak iparku memanggil suamiku sebagai papa di hadapannya. Sampai suatu ketika, putriku demam tinggi dan tak kunjung sadar. Aku memohon padanya untuk mengantarkan kami ke rumah sakit. Dan yang tidak kusangka, kakak ipar justru marah besar karena hal ini. Dia menangis sambil mengancam bunuh diri. Pada saat tarik menarik pertikaian mereka, sebilah gunting itu malah menancap ke jantungku. Saat kembali membuka mata, aku mendapati diriku telah kembali ke hari ketika suamiku memutuskan untuk menjadi suami pengganti bagi kakak iparnya.
View MorePria itu menepis tangan Yudhi dengan kuat, lalu menatapnya sekilas. “Oh. jadi, kamu ini Yudhi adik kembar Yudha?” Yudhi tidak menjawab.Pria itu kemudian menoleh ke arahku, dan berkata, “Kamu yang tadi menelpon Yudha, ‘kan?”Saat itu, Feni dan Cinthya yang keluar dari dalam rumah, kebetulan mendengar kalimat ini. Selain aku, semua orang tampak terkejut dan tidak mengerti. Di antara kerumunan, ada yang tidak tahan lalu bertanya, “Pak, apa maksud perkataanmu barusan?”“Oh,” jawab pria itu santai. “Ada yang menyampaikan kabar ke Yudha, katanya istrinya bersama adik kembarnya berbuat hal yang tidak pantas. Karena dia sekarang sedang terluka dan belum bisa pulang, dia meminta aku untuk melihat apakah kabar itu benar atau tidak. Tidak kusangka, ternyata memang benar!” Sambil berkata demikian, dia menatap Yudhi dengan ekspresi sulit dijelaskan. Baru saat itu aku paham. Rupanya, begitu aku keluar dari kantor pos, telepon dari pihak Yudha langsung tersambung pada pria ini. Itu artinya, tidak
Melihat aku seperti itu, semua orang pun kembali membelaku dengan suara lantang.Yudhi tidak bisa lagi mencari alasan, wajahnya semakin lama semakin muram. Aku diam-diam meliriknya sesekali, lalu menangis semakin keras.Di zaman ini, berbeda dengan masa depan nanti, pernikahan tidak harus diurus dengan surat nikah resmi. Banyak pasangan suami istri yang tidak memilikinya, seperti aku dan Yudhi juga begitu. Tetapi, Cinthya dan Yudha memang pernah mengurus surat nikah, karena Yudha adalah seorang tentara, pernikahannya dilindungi oleh hukum militer. Jika Yudha ternyata masih hidup, Yudhi otomatis menjadi orang yang merusak pernikahan militer. Keduanya bisa ditangkap dan dipenjara. Aku tidak ingat apakah di kehidupan lalu ini pernah terjadi, tetapi tidak kusangka di kehidupan ini, mereka berdua begitu terburu-buru. Sepertinya mereka memanfaatkan kesempatan mengurus surat nikah saat aku keluar rumah. Tidak disangka malah ketahuan oleh Yani, sehingga semua ini terungkap.Setelah semua ora
Setelah dia selesai berbicara, suasana langsung berubah menjadi hening. Feni terpaku di tempat, seolah-olah tombol jedanya ditekan. Mata melotot, menatap penuh dengan ketakutan. Jelas sekali, dia benar-benar terkejut oleh ucapan itu.Meskipun begitu, dia tetap berkata, “Kamu ngomong apa sih, jangan ngomong sembarangan!”“Sembarangan? Kalau begitu tanya saja pada semuanya, emangnya aku asal ngomong?”“Waktu ada orang datang mengantarkan uang santunan, mereka bahkan berpesan kepada kami untuk lebih sering menjaga keluargamu.”“Kami tidak ingin mengungkit kesedihan kalian, tapi tidak disangka, di balik ini kalian malah seperti ini.”Merasa putriku yang berada di pelukan gelisah, aku mengusap lembut kepalanya, dalam hati tersenyum mengejek. Kalau dipikir-pikir, hal ini memang baru kuketahui di kehidupan keduaku ini. Saat pihak militer mengirim santunan, mereka memang secara khusus menitip pesan kepada para tetangga di desa. Bahwa Yudha gugur dengan terhormat, dan mereka berharap warga sek
Namun sayang sekali aku tidak bisa membuat Yudha melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri. Tetapi tidak apa-apa, yang terpenting adalah dia bisa pulang.Meskipun tidak menyaksikannya secara langsung, dia tetap bisa mendengarnya dari mulut orang lain. Memikirkan hal ini, aku segera pulang, berniat mengadukan keluarga ini di depan para warga desa. Tidak kusangka, Cinthya justru lebih dulu menyerang.“Tasya, kamu sudah gila ya? Ini suamiku, Yudha! Yudhi sedang pergi berbisnis, nggak ada di rumah. Walaupun kamu merindukannya, jangan sampai salah mengenali orang dong.” “Lagipula, anakmu itu tidak tahu sopan santun. Nggak ada papa sih, jadi mau nggak mau biarkan pamannya yang memberinya pelajaran,” katanya terdengar penuh keyakinan, seakan-akan akulah yang membuat keributan tidak berdasar. Aku hanya tertawa dingin, siap untuk membuka kedoknya tanpa ampun.Namun yang tidak kusangka, para bibi di desa ini ternyata sangat membantu. “Eh, kamu kira kami semua bodoh?” “Jelas-jelas dia itu Y
Aku sangat bersyukur, di kehidupan sebelumnya setelah aku mati, jiwaku bisa melihat segalanya, termasuk telepon dari Yudha. Semua yang kuketahui setelah terlahir kembali ini, berubah menjadi pengalamanku sendiri. Memang benar, dalam misi itu dia jatuh dari tebing. Pasukan juga sudah melakukan pencarian. Tetapi mereka terlambat satu langkah, dia sudah lebih dulu diselamatkan orang lain. Cinthya hanya pura-pura amnesia, sedangkan Yudha benar-benar kehilangan ingatannya.Namun, dia sangat beruntung. Bukan hanya bertemu orang baik yang menyembuhkan lukanya, bahkan diajak ikut berbisnis bersama.Ketika akhirnya ingatannya pulih dan dia pulang ke rumah ...Yudhi dan Cinthya sudah menikah resmi. Tetapi mereka berdua sangat pandai berakting. Saat itu juga mereka langsung berakting di depan Yudha. Mereka bilang, Cinthya sebagai janda hidupnya tidak mudah. Orang-orang menghinanya karena status janda, bahkan ada yang ingin merusaknya. Kalau bukan kebetulan Yudhi lewat dan menolongnya, mungkin
Namun, yang membuatku sedikit terkejut adalah ... Sebelum pergi, Yudhi menarikku ke samping.Dia menjelaskan, “Tasya, jangan salah paham. Aku tidak tahu bagaimana hubungan Kakak dan Kakak Ipar dulu. Aku hanya mengikuti kata-katanya saja. Kalau tidak, dia bakal curiga.”Melihat ekspresi menenangkannya, aku hanya tersenyum tipis. “Aku mengerti, tunggu saja sampai ingatannya pulih kembali.”Melihat aku begitu pengertian, wajah Yudhi justru tampak sedikit canggung.Dia mengeluarkan sejumlah uang dari saku dan menyerahkannya ke tanganku.Ibu dan anak ini benar-benar sama, kata orang, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Itu memang benar.Keduanya sama-sama ingin menyingkirkanku dengan uang.Namun, uang yang sudah sampai di tangan, tentu saja tidak ada alasan untuk menolak.Aku pun menerimanya sambil berkata, “Kalau begitu, nanti saat pulang aku akan membelikan hadiah untuk putri kita, supaya dia tidak sedih.”“Kamu juga tahu, putri kita jauh lebih pengertian.”Mungkin tersentuh karena aku
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments