Share

Sombong teriak sombong

Suamiku tak memiliki gaji

Part 2

"Gak bosen Ma tiap hari pulang pergi naik angkot? motor ada kenapa gak pernah dipake?" tanya suami saat aku tiba dirumah.

"Ribet Pa, naik angkot kan gampang tinggal duduk aja!" jawabku sambil menggantungkan tas sekolah anakku.

"Iya nih, Mama coba deh sekali-kali bawa motor, aku kadang kesel udah cape ditambah harus berdiri nunggu angkot." Khalisa, anakku yang baru duduk di kelas 1 SD ikut protes

"Iya deh iya, besok Mama bawa motor, tapi Khalisa janji ya Mama cuma nganterin aja, nanti pulangnya Mama jemput, janji deh Mama jemputnya 10 menit sebelum Khalisa keluar kelas."

"Gak mau, kalau gak ada Mama temen-temen dikelas pada jahat." Ucap Khalisa sambil memajukan bibirnya

"Jahat gimana sayang?" tanya suami pada Khalisa.

"Iya mereka suka jahatin Khalisa, kalau Mama gak ada terus pas guru lagi keluar temen-temen Khalisa suka ngambil pensil, buku, sama penghapus milik Khalisa." Akhirnya aku tahu alasan Khalisa tidak mau ditinggal.

"Emang Khalisa gak laporan sama Bu guru? kan Khalisa bisa bilang sama Bu guru kalau temen-temennya jahil sama Khalisa." Tanyaku.

"Udah pernah tapi pas pulang Khalisa malah lebih dijahatin, mereka ngadu sama Mama mereka terus Mama mereka marahin Khalisa deh, mereka juga pernah sampe ngehina bilang Khalisa anak orang miskin gak pantas sekolah disini katanya."

"Siapa yang bilang Khalisa gak pantas sekolah disini sayang?" tanyaku kembali.

"Itu Mamanya Bella Ma, yang bibirnya selalu merah dan bedaknya putih banget."

Bella adalah anak Bu Narti, sikapnya persis sekali seperti Bu Narti.

Kini aku tahu mengapa Khalisa seperti sangat trauma jika aku tinggalkan dia sendirian disekolah, mungkin karena perundungan yang dialaminya.

Padahal selama 8 bulan sekolah tidak sampai 5 kali aku membiarkan Khalisa sendirian, pantas saja saat terakhir aku meninggalkan Khalisa dia langsung menyusulku pulang bahkan dia sampai nekat naik angkot sendirian, untung saja sopirnya kenal dengan Khalisa dan menurunkannya tepat didepan rumah.

Apa harus aku menunjukkan pada mereka jika aku tidak serendah yang mereka kira, mulai besok aku tidak akan naik angkot lagi saat mengantarkan Khalisa sekolah, jika aku memiliki niat untuk sombong dan pamer jangankan motor, mobil juga kami punya tapi untuk apa yang ada nanti malah ditertawakan oleh orang-orang yang jauh lebih mampu.

***

"Ma, Papa lagi banyak kerjaan jadi Mama jangan heran ya kalau sampai tengah malam nanti Papa masih didalam." Ucap suamiku saat kami tengah menikmati makan malam.

"Jangan malam-malam Pa, jaga kesehatan takutnya nanti sakit,"

"Enggak semalam suntuk kok Ma ngerjainnya."

"Papa kenapa sih kayaknya senang banget ngerjain sesuatu itu malam-malam?"

"Ya gak tahu sih Ma, tapi menurut Papa kalau kerjanya malam suasananya lebih tenang, suka banyak inspirasi yang tiba-tiba muncul jadi makin banyak ide."

"Yaudah sih terserah Papa,"

"Gimana dengan rencana Mama yang mau buka toko baju itu? udah dapat belum toko nya?"

"Udah sih tapi sewanya mahal-mahal, semuanya diatas 20 juta."

"Ya gak apa-apalah, udah pasarannya segitu apalagi lokasinya strategis, kalau Mama udah cocok kita langsung bayar aja."

"Tapi 20 juta itu mahal Pa."

"Kan niat Mama buat bisnis, kalau bisinisnya lancar toko Mama maju nanti uang yang dikeluarin buat sewa itungannya pasti bakal kembali."

"Emang Papa gak sayang gitu ngeluarin uang puluhan juta cuma buat modalin usaha Mama? 20 juta cuma modal sewa toko aja, belum dengan modal untuk belanja bajunya nanti."

"Ya gak apa-apalah, doain aja mudah-mudahan kerjaan Papa selalu lancar."

"Tapi kalau usaha Mama gak maju dan akhirnya bangkrut gimana? Papa rugi banyak dong?"

"Yang namanya untung rugi dalam usaha itu hal biasa, kalau untung alhamdulilah kalau rugi ya mungkin kita harus berjuang lagi."

Suamiku memang tidak pernah perhitungan dalam hal apapun, asalkan dia punya jika ada yang butuh bantuannya pasti dengan senang hati dia akan membantu, seperti beberapa teman Mas Dirman yang datang untuk meminjam uang jika dihitung mungkin jumlahnya sudah puluhan juta uang yang Mas Dirman keluarkan untuk dipinjamkan, tapi suamiku tidak pernah mau menagihnya sama sekali.

***

"Pa, Mama hari ini nganterin Khalisa sekolah mau bawa motor ya." Ucapku sambil meraih kunci motor

"Yaudah bawa aja Ma, lagian dari awal juga kan Papa udah nyuruh Mama bawa motor aja ke sekolah!"

"Mama berangkat ya, assalamualaikum."

"Eh sebentar STNK sama SIM punya Mama dibawa gak? hati-hati pagi-pagi gini suka banyak Polisi nanti kena tilang."

"Oh iya lupa, maklum biasa naik angkot yang dibawa cuma dompet buat ongkos aja, untung diingetin."

Aku yang sudah menyalakan mesin sepeda motor kembali turun untuk mengambil STNK dan SIM yang ada dikamar.

Sampai diperempatan lampu merah tiba-tiba aku diberhentikan oleh dua orang anggota Polisi, mereka langsung memintaku untuk menunjukkan surat izin mengemudi atau biasa disebut SIM, mereka juga memeriksa kelengkapan surat kendaraan yang kubawa.

Untung saja tadi Mas Dirman mengingatkan, jadi aku bisa langsung melanjutkan perjalanan.

Sampai disekolah aku merasa menjadi pusat perhatian oleh Bu Narti dan kawan-kawannya, bahkan mereka tak memalingkan pandangannya padaku dan Khalisa.

Setelah mengantarkan Khalisa kedalam kelas aku langsung bergabung bersama mereka, meskipun aku hanya menjadi pendengar saja dalam obrolan mereka tapi aku tidak pernah memisahkan diri.

"Pagi Ibu-ibu," sapaku padaku mereka sambil tersenyum.

"Duh Bu Sofi gercep ya baru aja kemarin saya nyuruh Bu Sofi minta motor, sekarang udah bawa motor aja." Ucap Bu Narti

"Iya Bu, sebenarnya saya malas bawa motor sendiri, tapi Khalisa minta dianterin naik motor."

"Emmm gitu ya, Bu Sofi itu kayaknya motor bekas ya udah ada plat nomornya soalnya, body nya juga udah agak kusam, tapi gak apa-apalah segitu juga Pak Dirman udah usaha, eh itu motornya bodong gak?" tanya Bu Narti.

"Cash apa kredit Bu Sofi? kalo kredit kok bisa sih orang kayak Pak Dirman di acc, biasanya kan suka dimintain slip gaji buat syarat, Pak Dirman kan gak punya slip gaji." Bu Yomi ikut bertanya.

"Alhamdulilah itu motor dibeli suami saya cash sebagai hadiah ulang tahun saya tahun lalu, maklum bodynya udah kusam soalnya udah setahun lebih."

"Emm palingan juga bodong ya Bu Yomi, motor scoopy kayak gitu kan mahal 20 jutaan, kalau bodong 7 juta juga dapat."

"Alhamdulilah surat-suratnya lengkap Bu Narti,meskipun harus indent beberapa lama karena cash."

"Coba mana STNK nya, saya mau lihat!" Bu Narti seolah tidak percaya dengan apa yang ku katakan.

"kalau gak percaya nih STNK nya ada atas nama saya sendiri." ku kekuarkan STNK yang ada didalam dompet dan memberikannya pada Bu Narti.

Bu Narti dan Bu Yomi saling berebut ingin membaca nama yang tertera dalam STNK yang kuberikan.

"Sofi Nurlela, bener ini Bu Narti motornya gak bodong!" ucap Bu Yomi.

"Jangan sombong Bu Sofi, harta gak dibawa mati, cuma punya scoopy doang, masih mahalan motor NMAX punya saya!" ucap Bu Narti sambil mengembalikan STNK kepadaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status