Share

Yang panas semakin panas

Penulis: Ayu_Kusuma20
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-08 11:41:43

Suamiku tak memiliki gaji

Part 3

"Siapa yang sombong Bu Narti? saya gak maksud pamer kok, bukannya Bu Narti sendiri yang mau lihat STNK saya, lagian gak apa-apa Bu motor saya murah, yang penting tenang gak pusing mikirin cicilan tiap bulannya." Ucapku sambil memasukkan kembali STNK kedalam dompet

Aku memang dikenal paling pendiam dari semua Ibu-ibu yang ada disini, tapi jika ada yang terang-terangan mengusik aku tidak akan diam saja.

"Bu Sofi nyinggung saya hah? karena NMAX saya cicilan? ya gak apa-apa cicilan juga yang penting tiap bulan lancar bayarnya, aku yakin Bu Sofi juga awalnya mau kredit juga tapi karena gak di ACC jadi deh cash. Justru saya bangga motor saya kredit itu artinya saya dipercaya punya hutang karena suami saya punya gaji."

"Kalau saya dan suami niat buat kredit juga bisa Bu, Bu Narti gak tahu ya susahnya beli motor scoopy cash? saya inden sampai dua bulan lebih karena belinya cash, beberapa kali marketingnya datang nawarin biar kredit aja, kalau kredit motor bisa langsung ada katanya, tapi kami tetap mau cash gak apa-apa nunggu lama juga."

"Alah palingan juga belinya second itu, terus dibalik nama deh jadi nama Bu Sofi," Bu Yomi ikut berbicara

"Ya sudah sih terserah Ibu-ibu aja ya, untuk apa cape-cape jelasin gak ada untungnya bagi saya!" kupasangkan headset ditelinga dan memutar lagu favorit

"Hmm mentang-mentang udah punya motor berani ningkah dia ya, biasanya kan dia diam aja. Baru punya motor udah belagu, pantas aja hidupnya kismin terus karena dikasih nikmat dikit langsung songong." Bu Narti setengah berbisik namun masih terdengar jelas meskipun terpasang headset ditelingaku

Aku memilih diam saja dan pura-pura tidak mendengar apa yang Bu Narti katakan

Waktu sudah menunjukkan pukul 09:50 sebentar lagi Khalisa keluar dari kelas, aku langsung bersiap agar saat Khalisa keluar nanti kita bisa langsung pulang

Saat sedang menunggu Khalisa keluar dari kelasnya, tiba-tiba suamiku mengirim sebuah pesan suara

[Ma pulangnya beli roti tawar sari roti ya sama nutellanya jangan lupa, sama cemilan, di kulkas udah gak ada cemilan apa-apa soalnya, beli alpuket mentega juga dua kilo]

Suamiku memang lebih senang mengirim pesan suara, lebih simple dan tidak perlu repot mengetik katanya

"Emm tukang anggur laganya kayak bos gedongan, segala beli sari roti sama nutella, saya aja yang tiap bulan belanja bulanan ke super market jarang beli begituan, soalnya mahal, sayang duit." Tiba-tiba saja Bu Narti berbicara seperti itu, sepertinya dia mendengar pesan yang dikirimkan Mas Dirman

"Bu Narti nyindir suami saya?" aku langsung bertanya padanya

"Apa sih Bu Sofi? sensitif amat, saya lagi ngomongin tukang anggur, emang Pak Dirman tukang anggur? bukan kan." Bu Narti mengelak

"Oh, kirain lagi nyindir, tadinya kalau Bu Narti nyindir suami saya, saya mau bayarin cicilan NMAX Bu Narti bulan ini, ternyata enggak. Maaf ya Bu Narti saya sudah buruk sangka." Ucapku sambil pergi meninggalkan mereka kebetulan juga Khalisa sudah keluar dari kelasnya

Hari ini mungkin aku menjadi manusia paling menyebalkan bagi Bu Narti dan kawan-kawannya, tapi aku tak peduli mereka sendiri yang memulai semuanya

Sebelum pulang aku mengajak Khalisa untuk mampir di sebuah Mini Market dan kios buah-buahan untuk membeli beberapa titipan Mas Dirman tadi

"Habis ini belanja apa lagi Ma?" tanya Khalisa saat aku membayar dua kilo alpukat

"Enggak belanja lagi, kita langsung pulang."

Jika naik angkot biasanya butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai dirumah, namun jika menggunakan sepeda motor cukup 15 menit saja.

"Pulang-pulang wajahnya ditekuk gitu sih, ada apa? Khalisa Mamanya kenapa tuh?" tanya suamiku

"Khalisa juga gak tahu Pa."

"Mama kenapa sih? kalau ada apa-apa itu cerita jangan dibawa cemberut nanti cepat tua," goda suamiku

"Mama kesal Pa, Mama tadi diintrogasi sama temen-temen Mama, terus tadi juga ada yang nyindir Papa." Ucapkan sambil melepas peniti yang mengaitkan kerudungku

"Diintrogasi kenapa?"

"Tuh, gara-gara bawa itu," ucapku sambil menunjuk sepeda motor diteras

"vara-gara bawa dia Mama ditanya macam-macam, mereka gak percaya kalau kita punya motor sampai minta ditunjukin STNK macam Pak Polisi lagi nilang." Sambungku

"Emm yaudah lah biarin aja jangan diladenin kayak anak kecil aja!"

"Mereka keterlaluan Pa, tadi dia juga waktu Mama dengerin VN dari Papa tiba-tiba Bu Narti nyindir katanya tukang anggur laganya kayak gedongan."

"Udah, kata Papa apa, biarin aja! kalau udah dasarnya gak suka sama kita mau gimana lagi, orang yang benci memang senang melihat kita susah dan susah melihat kita senang."

Benar apa yang dikatakan suamiku, meskipun apa yang kita lakukan benar tetap saja dimata orang yang membenci pasti akan tetap salah.

***

Malam sudah larut, namun mata ini masih menolak untuk terpejam, kulirik jam yang menempel di dinding kamar, jarum jam tepat berada di angka 11.

Khalisa sudah tidur sejak tadi, sedangkan Mas Dirman masih asik diruangan kerjanya, untuk mengusir rasa bosan kuraih ponsel diatas nakas dan membuka beberapa aplikasi.

Aplikasi yang pertama kubuka adalah f******k, meskipun aku sangat jarang membuat status ataupun mengunggah foto tapi aku sangat senang menarik ulur beranda hanya untuk melihat postingan orang lain

[Maklum OKB makanya nora, padahal baru punya motor doang gimana kalau punya Avanza Ayla atau Pajero kayaknya bakal di arak keliling kota buat di pamerin]

Tak sengaja aku membaca status dari akun bernama Mama Bella yang tidak lain adalah Bu Narti

Kulihat ada 11 komentar dalam postingannya, karena penasaran akhirnya kulihat semua komentar dalam postingan yang dibagikan dua jam yang lalu itu

[Maklum lah Mama Bella, mungkin dia butuh pengakuan kalau dia juga mampu beli apa yang kita punya] tulis akun bernama Yomi Ajah

[Mungkin dia gak tahu kalau sombong itu dosa] Bu Narti membalas komentar

[Harus dikasih ceramah kalau gitu biar dia tahu dosa]

[Orang kayak gitu mana tau dosa Bu Yomi, kalau tahu dosa gak mungkin ng*p*t, logikanya aja lakinya setiap hari dirumah terus punya uang dari mana buat beli kuda besi kalau gak ng*p*t? Hahaha]

Aku tak sanggup membaca komentar-komentar berikutnya pasti isi komentarnya jauh lebih pedas

Meskipun dalam postingan itu tidak menyebut namaku tapi aku tahu siapa yang mereka maksud siapa lagi kalau bukan aku

[Yang sabar ya Pa ngajarin Mama nyerir, jangan galak-galak] itulah caption dalam video yang ku unggah, videoku saat belajar nyetir beberapa bulan lalu.

Aku tertawa geli saat membaca kembali postingan yang kubagikan, aku sengaja membagikan itu agar Bu Narti melihatnya, biar yang panas semakin panas, penasaran bagaimana responnya nanti.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Tidak Memiliki Gaji   Bagian akhir (ending)

    Suamiku tak memiliki gajiPart 25"Maaf Bu Anggi, yang barusan itu siapa saya baru liat?" tanyaku setelah Bu Narti kembali ke belakang."Oh itu Mba baru, yang biasa bantuin disini resign pulang kampung mau nikah." "Udah lama kerja disininya?""Baru sekitar dua mingguan lah, kasian juga dengar cerita hidupnya katanya dia sakit-sakitan karena di guna-guna sama orang lain suaminya sampai pergi ninggalin dia sama anaknya gitu aja karena bosan ngurus dia keluar masuk rumah sakit, ya mudah-mudahan kerja sama aku dia sehat." Jawab Bu Anggi sambil menuangkan sirup pada gelasnya."Tega sekali dia fitnah suaminya kayak gitu, padahal suaminya luar biasa baik.""Uhuk. . . uhuk. . . emang Bu Sofi kenal sama Mba Narti?" Bu Anggi hampir mengeluarkan lagi sirup yang baru saja dia teguk."Kenal lah, anaknya itu satu sekolah satu kelas sama anak saya Khalisa, tiap hari kita ketemu karena sama-sama nungguin anak sekolah.""Terus gimana karakter dia? kalau ketemu tiap hari pasti sudah hafal dong dengan

  • Suamiku Tidak Memiliki Gaji   Kondisi Bu Narti kini

    Suamiku tak memiliki gajiPart 24Hari ini aku mendapat kabar jika Bu Yomi juga ikut ditahan di kantor polisi.Sekilas aku memikirkan bagaimana dengan Aqila, anaknya Bu Yomi, dengan siapa dia sekarang apa dia ikut dibawa ke kantor polisi? mengingat Bu Yomi dan Pak Edi hanyalah pendatang di kota ini, mereka tidak memiliki keluarga disini."Ma, kenapa sih kok bengong?" tegur suamiku."Oh enggak kok, Mama gak bengong, Mama cuma merhatiin orang yang lewat aja mau kemana ya mereka.""Mama ini ada-ada saja, Papa pulang dulu ya ke rumah, biasa ada kerjaan mendadak." Mas Dirman mengambil kunci motor yang disimpan didalam meja kasir."Yaudah hati-hati Pa!"Entah kenapa perasaan bersalah pada pelaku pencurian kemarin terus menghantuiku, aku merasa jadi manusia paling jahat di muka bumi ini.Apalagi saat mengingat omongan dari salah satu pelaku, dia terpaksa melakukan itu karena Istrinya sebentar lagi mau melahirkan butuh biaya, jadi tanpa pikir panjang dia mengambil tawaran pekerjaan dari Bu Yo

  • Suamiku Tidak Memiliki Gaji   Proses hukum untuk mereka

    Suamiku tak memiliki gajiPart 23Hari ini aku kembali dengan aktifitasku yaitu mengantarkan Khalisa sekolah namun ada yang spesial selain Khalisa yang sudah naik ke kelas dua, Khalisa pun sudah tidak mau ditunggu selama proses belajar, dia hanya meminta untuk diantar jemput saja."Ma, Khalisa kan udah gede jadi Khalisa gak perlu ditunggu lagi ya!" ucap Khalisa saat aku sedang menyisir rambutnya."Siap, gitu dong, inget kata Mama ya, belajar yang benar kalau ada yang jahil apalagi sampai nyakitin jangan takut lapor ke guru."Pukul setengah 6 aku dan Khalisa sudah berangkat, karena sudah menjadi tradisi hari pertama di tahun ajaran baru pasti para murid akan berangkat lebih pagi untuk memilih tempat duduk, sistem pemilihan tempat duduk memang tidak pernah ditentukan oleh guru maupun sekolah jadi semua tergantung siapa cepat dia dapat, Khalisa memilih tempat duduk di barisan ketiga meskipun kursi didepan masih kosong, menurut Khalisa duduk dipaling depan kurang nyaman.Di hari pertama s

  • Suamiku Tidak Memiliki Gaji   Umroh dan kejadian di toko

    Suamiku tak memiliki gajiPart 22Akhirnya hari yang kami nantikan selama ini tiba, pada besok malam keluarga kecil kami akan berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah umrohSebelum berangkat selain menggelar syukuran kami juga meminta maaf dan meminta ridho kepada orang tua dan keluarga kami agar perjalanan ibadan kami diberikan kelancaran dan diberi kemudahan dalam segala hal"Ma, ngapapin sih masih bongkar-bongkar koper?" tanya Mas Dirman"Mama lagi ngecek dulu siapa tahu ada barang yang ketinggalan Pa.""Kan dari seminggu kemarin packing udah di cek ada lebih 3 kali, udah jangan bongkar pasang lagi, cape. Ayo istirahat!""Iya Pa, bentar ya sekali lagi." Kembali ku periksa tiga koper yang akan kami bawa, aku, Khalisa dan Mas Dirman masing-masing membawa satu koper jadi semuanya ada tiga koper yang akan dibawa"Yaudah terserah Mama aja deh!"Rasanya aku tidak bisa tidur malam ini, tidak sabar rasanya ingin segera datang hari esokSelama kami umroh urusan toko aku serahkan dan

  • Suamiku Tidak Memiliki Gaji   PoV Pak Toni

    Suamiku tak memiliki gajiPart 21PoV Pak ToniDulu aku merasa bangga bisa menikahi perempuan bernama Narti Hartati yang merupakan seorang kembang Desa ituNamun rasa bangga itu berubah menjadi penyesalan, seandainya waktu bisa diputar mungkin aku tidak akan memilih Narti menjadi IstrikuAndai tidak ada lagi wanita didunia ini selain Narti lebih baik aku hidup seorang diri sampai maut menjemputkuApakah aku salah jika aku menyerah dan memilih berhenti menjadi imam untuk Narti, aku benar-benar lelah tenagaku diperas namun aku tidak dilayani dengan baik, padahal penghasilanku setiap bulannya menurutku lebih dari cukup "Sarapannya cuma ini?" Aku protes saat Narti memberiku sarapan nasi yang digoreng tanpa minyak dan hanya diberi bumbu garam"Iya, emangnya mau makan apa? rendang sapi, semur ayam atau mekdi? yaudah sini uangnya aku belikan!""Tak punya otak kau ini Narti, yang pegang uangkan semuanya kamu? setelah gajiku cair langsung kau rampas, terus aku punya uang darimana?""Ya mak

  • Suamiku Tidak Memiliki Gaji   Memberi sedikit pelajaran pada Bu Narti

    Suamiku tak memikiki gajiPart 20"Iya itu emang suami saya, kalau libur suka jualan disini, biasa sampingan, suami saya emang pekerja keras meskipun gajinya gede tetap mau nyari penghasilan tambahan." Bu Narti membenarkan itu memang suaminyaJawaban Bu Narti benar-benar diluar dugaanku, aku kira akan terjadi huru hara saat ini mengingat Bu Narti selalu tidak terima jika ada orang yang berani menghina dan mempermalukannya"Ciyuuus Bu Narti? tapi beberapa hari lalu aku ketemu suami Bu Narti dia lagi kuli panggil di toko Bu Sofi? kalau gak salah itu hari rabu atau kamis, bukan hari libur pokoknya, terus pas saya tanya katanya Pak Toni udah gak kerja lagi dipabrik." Bu Yomi berusaha memancing keributan dengan Bu Narti"Suami saya emang suka gitu, suka merendah, yang jelas saya Istrinya lebih tahu, Bu Yomi jangan so tahu ya!" ucap Bu Narti tegas"Pantas aja segitunya nyari sampingan kan cicilan Bu Narti banyak, arisan nunggak, makan aja sampai ngutang." Bu Ida membuat suasana semakin pana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status