Share

3. Perjanjian

Author: El Alfun27
last update Last Updated: 2023-10-23 17:14:25

Sore harinya, aktivitas di pesantren Al-fatah berjalan seperti biasa. Para santri melanjutkan belajar kajian kitab di masing-masing kelas.

Tidak termasuk bagi Ashraf dan Balqis, mereka berdua dipanggil kembali menghadap Kyai Zulkifli.

"Maaf Kyai, ini benar-benar salah paham. Dan saya rasa bukan seperti itu jalan penyelesaiannya," Ashraf menolak permintaan Kyai Zulkifli yang menyarankan untuk menikahi Bilqis.

"Tapi Ustadz Ashraf, masalah ini sudah sampai ke semua santri dan juga wali santri. Pihak pengasuh sudah berunding akan hal ini, dan kesepakatan yang terbaik dari kami seperti itu," Kyai Zulkifli menatap Ashraf dengan serius.

"Maaf Kyai, bagaimana dengan Ayra?" Ashraf terlihat bingung, dia salah satu santri yang selalu menuruti permintaan Kyai Zulkifli. Untuk itulah dia dijadikan sebagai menantu.

"Ayra masih belum pantas untuk menjadi pasangan siapapun, ego dia masih besar. Saya harap ustadz Ashraf mau menuruti permintaan saya ini. Jadikan Balqis sebagai pasanganmu," ucap Kyai Zulkifli melihat Balqis yang sedari tadi menunduk.

"Kyai, saya tidak bisa. Saya tidak pantas untuk ustadz Ashraf, dan masalah ini saya lah penyebabnya. Saya akan menyelesaikan semua masalah ini dengan keluar dari pesantren ini," Balqis mengatakan itu dengan nada bergetar. Sedari tadi dia menahan tangis. Lalu sekarang dia diminta untuk menikah dengan ustadz Ashraf.

"Meskipun kamu keluar dari pesantren, masalah ini tidak akan selesai. Kecuali masalah yang sudah menjadi aib bagi pesantren ini diselesaikan dengan cara yang halal. Insya Allah. Semua akan baik-baik saja," papar Kyai Zulkifli.

Balqis semakin ragu, berusaha dengan sekuat tenaga agar tangisannya tak terdengar. Sementara Ashraf dilanda ketakutan, takut untuk mengambil keputusan dan juga takut untuk tidak menuruti permintaan sang gurunya.

"Beri kami waktu, Kyai. Dan saya akan melaksanakan sholat istikharah. Jika jalan ini terbaik, saya akan menuruti keinginan Kyai. Dan jika belum baik, maaf jika saya harus menolak permintaan Kyai," ucap Ashraf akhirnya, membulatkan tekad untuk tetap menerima takdir.

Balqis tercengang, tidak menyangka jika Ashraf akan melakukan hal itu. Balqis kira Ashraf akan menolak keinginan Kyai Zulkifli secara mentah-mentah karena mengingat Balqis adalah santri yang tidak bagus perangai nya.

"Baiklah, dua hari. Pikirkan baik-baik ustadz Ashraf," ucap Kyai Zulkifli akhirnya.

Asra mengangguk pasrah, dirinya sudah memantapkan untuk memikirkan permintaan Kyai Zulkifli.

***

Setelah dua hari berlalu, dan kini tibalah Asrhaf untuk memutuskan pilihannya. Ashraf menemui Kyai Zulkifli.

"Saya sudah menemukan jawabannya, Kyai. Saya sudah melaksanakan sholat istikharah dan juga bertanya kepada beberapa guru saya," Ashraf duduk di hadapan Kyai Zulkifli yang sedang berdzikir.

Mereka berdua berada di masjid putra Al-Fattah. Tempat dimana Ashraf akan mengambil keputusan.

"Apa jawaban ustadz Ashraf?" tanya Kyai Zulkifli.

"Saya menyetujui permintaan Kyai untuk menikah dengan Balqis." 

Kyai Zulkifli langsung mengucap syukur, "Alhamdulillah, pernikahan kalian berdua akan dilaksanakan secepatnya," tukas Kyai Zulkifli.

"Ketahuilah Ustadz Ashraf, orang seperti Balqis jika sudah berubah, dia akan melebihi alimnya dari seorang perempuan yang kau anggap alim," tutur Kyai Zulkifli kembali.

Ashraf bingung dengan maksud Kyai Zulkifli, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Serasa tidak mungkin," ucap Ashraf dalam hatinya.

Ashraf hanya mengangguk patuh, seolah menyetujui perkataan Kyai Zulkifli. 

"Apakah Balqis sudah mengetahuinya?" tanya kyai Zulkifli.

"Belum, Kyai," jawab Ashraf.

"Baiklah, biarlah pernikahan kalian pihak pesantren yang akan mempersiapkan semuanya. Kamu hanya perlu memberitahu Balqis saja," ucap Kyai Zulkifli beranjak meninggalkan Ashraf yang masih menunduk patuh.

***

"Kenapa Ustadz menyetujui permintaan Kyai Zulkifli?" tanya Balqis saat ditemui Ashraf di ruang kelas putri. Mereka tidak berdua. Ada beberapa santri lain juga.

"Saya tidak bisa menolak permintaan Kyai, karena bagi saya, permintaan Kyai Zulkifli adalah perintah," acuh Ashraf tanpa menatap Balqis.

"Tapi Ustadz, saya itu berbeda jauh dengan ustadz Ashraf. Saya menyadari kekurangan saya," ucap Balqis sudah lelah dengan julukan dirinya dari orang lain.

"Untuk itulah saya memberitahu kamu. Saya ingin kita membuat kesepakatan," jelas Ashraf lalu mengeluarkan selembar kertas. Ashraf memberi selembar kertas itu kepada Balqis.

Balqis langsung menerima dan membacanya. "Perjanjian pernikahan?" tanya Balqis.

Bahwa di kertas itu dijelaskan tentang perjanjian pernikahan mereka. Yang dimana ada beberapa syarat dan juga kesepakatan. 

Mulai dari tidak boleh tidur sekamar, tidak boleh ada rasa cinta diantara mereka berdua. Mengurus urusannya masing-masing serta diharuskan menjaga perjanjian itu sampai dengan waktu yang ditangguhkan.

"Kamu paham 'kan?" tanya Ashraf setelah Balqis selesai membaca semua penjelasan di kertas itu.

"Maksud ustadz apa? Bukankah pernikahan itu hal yang sakral. Tidak boleh ada rahasia perjanjian seperti ini. Sama saja kita membohongi semua orang," Balqis tak terima lalu menyerahkan kembali kertas itu.

"Gak usah sok paling tahu dan menggurui saya. Jelas ini masalah adalah kamu penyebabnya. Jadi saya gak mau kamu menolak perjanjian ini. Jika kamu mau masalah ini selesai," Ashraf meninggikan suaranya sampai beberapa santriwati yang lain menoleh ke arah mereka.

Balqis tak dapat berkata-kata, di dalam hatinya dia hanya mengutuk kebodohan dirinya sendiri. Tanpa disadari, air matanya keluar dengan derasnya.

"Maaf, baiklah jika ini mau ustadz saya setuju," lalu mengambil bolpoin dari tangan Ashraf dan segera menandatangani surat perjanjian pernikahan itu.

Perjanjian resmi lengkap dengan tanda tangan beserta materai. Disana tertulis jika Balqis menyetujui dengan syarat yang Ashraf tulis.

Tanpa sepatah kata apapun, Ashraf langsung pergi setelah Balqis menandatangani surat itu. Balqis meratapi nasibnya sekarang.

Selama ini Balqis jarang menangis karena seringnya dia berbuat onar. Tapi kali ini hatinya benar-benar sakit dan penyebabnya adalah ustadz dingin itu, Ashraf.

"Ciee, yang mau nikah sama ustadz ganteng. Bangga nggak, adanya malu-maluin."

"Sadar diri dong, antara langit dan bumi aja sok-sok an."

"Udah rebut tunangan orang kok masih nangis. Mending party aja."

"Tukang buat onar, sering dihukum, dan sekarang jadi pelakor. Dasar rendahan!"

Kata-kata pedas itu diucapkan oleh beberapa teman santri lain. Balqis tak bisa tinggal diam untuk satu ini. Sudah terlalu berlebihan teman-temannya sekarang.

Bugh!!

Satu santri yang merupakan ketua dari tiga orang itu langsung terdorong. Tanpa ampun, Balqis juga melakukan hal yang sama untuk kedua temannya.

"Kalian ini apa sudah sempurna? Berani membicarakan orang lain di depannya. Tidak ada yang sempurna, semua santri disini itu sama," gertak Balqis dengan nafas naik turun.

Ketiga santri itu tersungkur, tak berani melawan Balqis yang tenaganya sangat kuat. Mulut mereka bungkam dengan keberanian yang Balqis miliki.

***

Kyai Zulkifli mengumumkan pernikahan Ashraf dan Balqis yang akan dilaksanakan tiga hari lagi di hadapan semua pengurus.

"Ayra tidak menyetujui pernikahan mereka sampai kapanpun!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku Ustadz Dingin   122. Tamat : Kisah mereka telah usai.

    Setelah empat tahun semenjak kelahiran ketiga anak kembar Balqis dan Ashraf. Akhirnya Ashraf mampu membuat pesantren sendiri. Bermodalkan dari usahanya yang sukses semakin berkembang besar dan jerih payahnya atas dakwahnya yang berhasil membuat banyak orang mengenalnya. Dari sanalah, Ashraf membangun relasi yang banyak dan kuat. Pesantren Al Muhajirin yang bertepatan di kota Semarang. Pesantren yang masih memiliki beberapa ratus santri. Karena memang baru berdiri sekitar dua tahunan. Merupakan pencapaian terbesar untuk Ashraf dan Balqis.“Kyai Ashraf, tamunya sudah datang. Beliau sedang menunggu di Masjid,” ucap seorang pengurus putra menemui Ashraf di ruang khusus tempat Ashraf beribadah.“Setelah ini saya kesana,” kata Ashraf menyudahi dzikirnya. Lalu segera menuju ke rumah yang berada di ujung pertengahan antara asrama putra dan asrama putri.“Humairah,” panggil Ashraf memasuki kamarnya. Pandangan pertama yang dilihat ialah ketiga putranya yang sedang belajar menulis bahasa arab d

  • Suamiku Ustadz Dingin   121. Sebuah Kebahagiaan dan bertemu kembali

    Satu tahun kemudian, Gibran lulus madrasah Aliyah dan dia berhasil mendaftar kuliah di universitas luar negeri. Yaitu Universitas Cairo, Mesir. Dengan mengambil jurusan Tafsir Hadits. Perasaan terharu oleh kelas sebelas PK A. Saat ini mereka sedang merayakan kelulusannya di asrama putra. Setelah acara resmi kelulusan mereka oleh pesantren Al Fatah.“Bye bro, setelah ini kamu akan merindukan aku,” kata Andre dengan menyalami satu per satu temannya. Semuanya pun tertawa ngakak karena ekspresi Andre yang hampir mau menangis.“Sampai bertemu di waktu lain, bro,” ucap Gibran pada Andre sambil menepuk bahu Andre berkali-kali.“Siap bro, kamu semoga sukses ya,” kata Andre pada Gibran. Mereka semua melakukan pelukan persahabatan. Acara sederhana di kantin asrama putra itu. Mereka makan bersama sambil merencanakan rencana yang akan mereka lakukan setelah lulus. Lalu Ashraf datang bersama dengan Fakih. Sudah agak lama Ashraf tak berkunjung ke Al Fatah. Paling hanya kalau mau ketemu Gibran atau

  • Suamiku Ustadz Dingin   120. Maaf menganggumu

    Ashraf membawa Balqis di suatu tempat tak jauh dari gang komplek rumahnya. Mereka berdua pergi dengan menggunakan motor. Terlihat begitu mesra saat Balqis memeluk Ashraf dari belakang. Ashraf pun terlihat memperlakukan Balqis dengan sebaik mungkin. Memasangkan helm dan juga membantu Balqis naik dan turun dari motor.Setelah sampai di gedung yang tak seberapa besar itu. Mereka pun sama-sama turun. Memasuki gedung itu sambil bergandengan tangan. Tak ada yang berniat untuk melepas gandengan tangan keduanya. Disana mereka sudah disambut dengan beberapa orang. Ada Fakih dan Bagas dan beberapa ibu-ibu yang memakai baju yang seragam warnanya. Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan Ashraf dan Balqis.Lalu mereka berkumpul di satu ruangan yang sama. Ada beberapa bapak-bapak yang juga cukup berumur.“Hari ini adalah pembukaan untuk bisnis kuliner kering, ini Ashraf selamu owner. Semoga bisnis kita lancar,” ucap Fakih membuka pembicaraan. Semuanya tampak memperhatikan dengan baik setiap pes

  • Suamiku Ustadz Dingin   119. Mereka benar-benar ikhlas dan mencoba memberi rasa pada orang baru

    Ayra memutuskan untuk mempunyai hobi baru dan memilih untuk hidup lebih mandiri lagi. Semenjak hari itu Ayra benar-benar memikirkan nasibnya lagi. Mencoba untuk melupakan semua kenangannya dengan Ashraf. Bahkan semua hal tentang Ashraf, Ayra sudah buang jauh-jauh. Seperti hari ini Atra memilih untuk ke pentas seni lukisan di sekitar Jakarta Timur. Sebab Ayra memang punya hobby yang pernah dia tekuni yaitu suka melukis.Tampilan beberapa seni lukis yang di pajang di lorong-lorong menuju ruangan bazar seni lukis itu. Ada banyak tampilan lukisan dari berbagai penulis besar. Banyak orang yang hadir termasuk para penikmat lukis dan juga beberapa orang yang ingin belajar khusus di seni lukis.“Ning Ayra,” sapa seorang laki-laki dengan pakaian khas santri. Para santri Al Fatah memang se konsisten itu tentang pakaian ke santriannya. Baik itu masih menjadi santri maupun sudah menjadi alumni santri.Ayra menoleh dan melihat laki-laki itu dengan cermat. Namun Ayra sedikit lupa laki-laki itu siap

  • Suamiku Ustadz Dingin   118. Anak itu pembawa rezeki, Mas.

    Balqis menepuk-nepuk punggung putranya dengan bergantian. Sebab salah satu menangis maka keduanya juga ikut menangis. Karena mereka sedang tertidur jadi bangun karena salah satunya ramai karena menangis.“Cup cup cup, ayo anak ibu, diemnya jagoan. Ibu lagi sendirian soalnya, ayah lagi ada urusan. Ayo mana anak Sholeh kok cengeng sih, ayo diam, kalian kenapa sih nak? Mas Ashraf, angkat dong,” ucap Balqis seorang diri sambil menenangkan ketiga buah hatinya. Dan juga sambil berusaha menghubungi Ashraf. Karena panggilannya tak diangkat sudah beberapa kali.Lalu Ashraf tiba-tiba masuk ke kamar dengan terburu-buru dan langsung menggendong satu per satu putranya. “ Maaf Humairah, tadi hpnya ke silent, jadi ga kedengaran waktu kamu nelfon. Maaf ya anak-anak ayah, ayah telat datengnya. Sekarang tenang ya, kasian ibu kamu pasti capek,” kata Ashraf sambil menggendong anaknya. Satu per satu dan sampai mereka semuanya tenang. Baru Ashraf taruh kembali ke ranjang tempat tidurnya.“Gak apa-apa kok M

  • Suamiku Ustadz Dingin   117. Bisnis yang sekiranya menguntungkan

    Balqis memberikan asi pada ketiga putranya. Dengan sangat pelan dan bergantian, putranya pun terlihat sangat menikmati. “Mas, liat anak-anak kita, dia semakin gembul ya,” ujar Balqis menunjukan salah satu putranya pada Ashraf yang sedang berkutat dengan laptopnya.“Iya Humairah, mirip kamu ya kalau gembul gini,” kata Ashraf sambil menoel-noel pipi putra-putranya. Anak pertama dipanggil Adam anak kedua dipanggil Idris dan anak ketiga dipanggil Ibrohim. Semua itu nama-nama yang diberikan oleh Ashraf. Karena memang dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkannya. Ashraf sangat senang dengan pemberian nama itu kepada ketiga putranya. Sebab dia tak menyangka kalau akan dikarunia langsung tiga putra yang sangat menggemaskan. Sementara Balqis memang menyerahkan nama-nama untuk anaknya kepada sang suami.“Humairah, saya izin mau bertemu dengan teman saya. Mau bahas seputar bisnis, boleh?” tanya Ashraf meminta izin untuk pergi keluar.Balqis meletakkan bayinya di ranjangnya. “Iya Mas, hati-hati y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status