Share

Notifikasi CCTV

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-05-01 19:56:10

Suara Hantu di Kamar Tamu

Part 6 : Notifikasi CCTV

[Sayang, malam ini Abang nginap di mes soalnya bakal lembur sampai larut malam. Titip anak-anak, ya! I love you.] Kukirimkan pesan itu kepada Syilvina biar dia nggak nungguin aku malam ini.

[Iya, Bang. I love you too.] Aku tersenyum senang pesanku langsung dibalas olehnya.

[Jangan lupa kunci pintu! Kalau ada apa-apa, segera hubungan Abang.] Kembali kutekan tombol send.

[Iya, Bang.]

Segera kusimpan ponsel dan kembali melanjutkan pekerjaan. Laporan ini harus selesai sebelum malam, biar nanti aku bisa mengamati hantu penunggu kamar tamu itu.

Saat adzan magrib telah berkumandang, segera kukemaskan tas kerja dan tak lupa mengambil kunci mes. Suasana kantor sudah sepi, kulangkahkan kaki menuruni anak tangga lalu menuju parkiran. 

Bangunan Mes tepat bersebelahan dengan kantor, aku langsung mengemudikan mobil memasuki halaman bangunan berlantai tiga itu. Sekilas, mes itu terlihat seperti hotel. Hanya terdapat kamar yang cukup luas, ada 50 kamar jumlah keseluruhan.

“Pak Radit!” seru suara dari arah samping.

Aku langsung menoleh, ternyata itu Vika sang manager.

“Hay, Mbak, nginap di mes juga?” tanyaku basa-basi.

“Iya, capek mau pulang,” jawabnya sambil mendorong pintu kamar. “Masuk dulu, ya,” sambungnya lalu masuk ke dalam kamar yang tepat bersebelahan dengan kamarku.

Aku menggaruk dahi, lalu memasukan anak kunci ke gagang pintu kemudian masuk juga. Kuhela napas panjang, lalu membuka lemari untuk mengambil handuk dan bergegas membersihkan diri.

Satu jam kemudian, aku telah selesai melakukan segala aktifitas. Kini saatnya membuka laptop dan mengamati kamera CCTV di kamar tamu. Aku sangat yakin, hantu itu akan tertangkap basah malam ini. Entah hantu jenis apa yang menghuni ruangan yang tak pernah ditiduri tiu? Kurasa, jin mungkin.

Kini jarum jam telah menunjuk ke arah 21.00. Hmm ... belum ada pun yang tampak dari dalam layar laptop. Aku masih fokus dan masih sabar menanti penampakan makhluk menyeramkan itu.

‘Tok-tok’

Aku langsung melompat kaget saat mendengar bunyi itu.

“Assalammualaikum, Pak Radit.” Terdengar suara ketukan pintu kembali disertai ucapan salam.

Astaghfirullah’adzim, aku mengelus dada. Kukira itu suara dari dalam laptop ini, ternyata itu suara dari depan pintu kamarku. Kuhembuskan napas berat lalu turun dari tempat tidur dan membuka pintu.

Dahi ini kembali berkerut saat mendapati Vika di depanku sambil menenteng sekotak pizza, wajahnya terlihat sangat bersahabat.

“Pak Radit, tadi saya order satu porsi pizza tapi malah diantar dua. Ya sudah, buat Pak Radit deh satu, saya nggak mampu menghabiskannya.” Dia mengulurkan kotak pizza ke tanganku.

 Aku tersenyum tipis dan menerima pizza itu, lalu berkata, “Terima kasih ya, Mbak Vika.”

 

“Oke, sama-sama. Saya permisi.” Dia langsung membalik badan dan menuju mes miliknya.

Aku mengangkat sebelah alis, menatap kotak pizza itu, lumayan buat teman begadang mantau CCTV. Segera kubawa masuk dan menikmatinya sepotong, dengan mata kembali fokus ke lapotop.

*****

Cahaya matahari yang menerobos dari celah tirai jendela membuatku sedikit terusik. Segera kubuka mata dan melihat jam yang tergantung di dinding. Ya tuhan, sudah pukul 09.00 rupanya. Aku bergegas bangkit dan berlari ke kamar mandi. Gara-gara mantau kamera CCTV itu aku jadi kesiangan begini.

Alhasil, aku tiba di kantor sudah pukul 09.30. Untung saja jarak mes sangat dekat, mobil kutinggal saja di garasi mes.

Dengan terburu-buru, aku segera masuk ke ruangan kerja dan menghembuskan napas letih. Berlari dengan jarak sedekat ini saja sudah membuatku kecapekan. Kukencangkan volume AC biar suhu tubuh berubah normal kembali.

Sibuknya pekerjaan membuatku tak sempat untuk mengecek hasil rekaman CCTV tadi malam yang pas aku ketiduran, biarlah nanti-nanti saja aku mengeceknya. Tadi malam juga, udah ditungguin sampai tengah malam tapi tak ada yang aneh juga, hanya kamar yang tetap gelap saja.

Tak terasa, hari mulai sore, sedangkan pekerjaanku masih menunmpuk begini. karena disibukan oleh benda kecil itu aku jadi melalaikan pekerjaan. sepertinya malam ini aku akan lembur sebab besok laporan harus selesai. Pak Sofian atasanku itu orangnya disiplin sekali, setiap tanggal 1 dia selalu meminta hasil laporanku dan tidak mau tahu jika ada masalah apa pun yang membuat laporan itu terjeda. Akan tetapi, aku selalu mendapat bonus bulanan karena pekerjaan ini. Jadi, aku rela lembur hingga subuh demi laporan ini. Bulan lalu aku mendapat bonus lima juta, itu jumlah yang sungguh lumayan sekali untukku.

Kurentangkan tangan dan melenturkan otot-otot, rasanya pegal sekali. Kuraih ponsel dan mengirim pesan untuk Syilvina.

[Sayang, malam ini abang lembur lagi. Kalian baik-baik ya di rumah.] Kutekan tombol kirim dan menunggu balasannya.

Satu menit, dua menit hingga sepuluh menit tapi tak juga ada balasan darinya. Kuketik pesan untuk Arsha saja, putri pertamaku.

[Arsha, kalian lagi apa? Malam ini papa lembur lagi dan nggak pulang. Mamamu mana? Papa chat mama tapi nggak dibalas.]

Dua menit kemudian, Arsha sudah membalas pesanku.

[Mama lagi ke Supermarket sama Om Riko, mau belanja katanya. Arsha lagi jagain Arshi ini. Arka sedang main sama temannya di teras.]

Aku menautkan alis. Kenapa anak-anak ditinggal bertiga saja di rumah? Kenapa nggak nunggu hari minggu aja sih belanjanya? Biasanya ‘kan begitu, padahal ini sudah hari jum’at. Besok siang aku juga udah pulang. Ah, Syilvina!

Oh iya, aku sampai lupa menanyakan masalah hantu itu.

[Sha, gimana tadi malam? Apa ada suara aneh-aneh lagi dari kamar tamu?]

Lima menit kemudian, barulah pesanku dibalas Arsha.

[Nggak ada, Pa, malam ini juga aman walau papa nggak ada. Mungkin hantunya udah pergi kali.]

Aku menahan senyum. Yeah, dasar Arsha! Semoga saja benar, hantu itu sudah pergi dan berpindah rumah. Kalau begini, aku tak bimbang lagi jika harus lembur dan pulang malam.

******

Saat jam menunjuk ke arah 01.25, barulah semua pekerjaanku rampung. Akhirnya bisa bernapas dengan tenang juga. Besok pagi tinggal menyerahkan laporan ini saja, dan aku bisa pulang siang ke rumah.

“Bro, udah selesai?” sapa Hilman saat aku keluar dari ruangan.

“Alhamdulillah,” jawabku lega. “Kamu juga lembur dan udah selesai?”

“Iya dan udah selesai juga. Sama, kayak kamu juga, besok Pak Sofian minta laporan kerusakan beberapa alat berat dan minta rincian biaya perawatan,” jawab Hilman sambil menuruni anak tangga.

“Kamu langsung pulang atau mau nginap di mes?” tanyaku lagi.

“Nginap di mes aja deh kayaknya, nggak kuat mau pulang, takut ditumpangi Nyi Kunti di tengah jalan.” Dia terkekeh. "Eh, gimana kalau kita mampir ke kafe saja dulu? Refresing, Bro, ngejus sambil karoke, seru tuh .... "

Belum sempat aku mengiyakan, tapi Hilman sudah menarik tanganku untuk menyeberang ke depan, menuju kafe yang berada tepat di depan mes.

Tiba-tiba, ada notifikasi dari sambungan CCTV di kamar tamu. Aku jadi penasaran. Akan tetapi, lagi-lagi Hilman sudah menarikku masuk ke dalam ruangan karoke dengan lampu yang bikin sakit mata. Ah, ya sudah, tunggu udah pulang ke mes aja baru kulihat hasil rekaman itu. 

Kuhela napas panjang, lalu duduk di sofa. Beberapa wanita masuk ke dalam ruangan kami dan menanyakan pesanan minuman. Aku pesan cappucino saja, biar nggak ngantuk. Hmm ... Dasar Hilman, dia nggak cuma pesan minuman saja, tapi juga pesan wanita untuk menemani kami di sini.

"Kamu aja, Hil, aku cukup pesan cappucino saja," ujarku sambil berpindah tempat duduk karena seorang wanita berpakaian serba kekurangan bahan menyerempet di sampingku.

Hilman terkekeh dan melambai wanita dengan rok mini biru itu. Kini dia diapit oleh dua wanita. Aku hanya menghela napas melihat tabiat temanku itu. Wajar dia masih betah jomlo, senggolannya banyak rupanya. Untunglah Vika tak tertarik kepada pria yang wajahnya mirip Ariel mantan Luna Maya itu, kasihan dia kalau dapat laki-laki hidung belang kayak Hilman.

Sumpah, pikiranku tak tenang berada di sini, walau dua lagu telah kulantunkan. Sedangkan Hilman, hanya kedoknya saja ngajak karokean, sekarang dia malah ngamar ama dua wanita itu. Astaghfirullahal'adzim.

Setelah membayar ke kasir, aku bergegas keluar dari tempat mesum ini. Aku seorang pria beristri dengan keluarga bahagia, jadi tak pantas lama-lama aku berada di sini.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
lingga Yana
mantap beud
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Tamat

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 35 (Tamat)“Hay!” Suara yang tak asing itu membuatku terkejut dari lamunan.Kulirik ke arah suara dari sebelah kanan kursi, seorang wanita dengan senyum manis menyambutku.“Vika!” Aku tak dapat menyembunyikan senyum bahagia saat melihatnya kini malah duduk di sampingku, padahal tadi aku sudah mendengar suara pesawat naik landas.“Ayo, pulang!” Vika tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajak untuk beranjak dari kursiku.Aku tak bisa berkata-kata, kuturuti saja ajakannya yang kini malah menggandengku ke tempat parkiran. Aku tersenyum, hati ini senang saat dia tak jadi pergi. Tanpa kusadari, perasaan aneh ini muncul tiba-tiba.Aku memasukkan koper milik Vika ke bagasi, lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia menahan senyum saat duduk di sebelahku.“Coba, katakan sekali lagi ucapan kamu di bandara tadi? Aku tak salah dengar ‘kan? Sebab tak ada tiket untuk ke kota x lagi hari ini, tiketku hangus hanya karena ingin memeriksakan telinga yang sepertinya menga

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Galau

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 34 : GalauHari terus berlalu. Semenjak kejadian Vika mengirimkan chat isi hatinya, aku belum pernah melihatnya lagi muncul di kantor ini. Sedikit bimbang juga dengan keadaannya sekarang. Apa dia tersinggung dengan penolakanku atau juga sakitnya semakin parah? Kubolak-balik ponsel di tangan ini, dilema antara menanyakan keadaannya atau tetap cuek karena aku tak mau memberinya harapan palsu jika benar dia memiliki rasa terhadapku.Jam pulang kantor pun tiba. Kulirik ruangan di depan sana, di mana ada gadis yang selalu melempar senyum jika bertemu denganku, tapi kini ruangan itu terlihat sepi. Kuusap wajah dengan kesal, karena suasana hati jadi tak menentu saat ini.Sepanjang perjalanan pulang pun, aku masih kepikiran Vika. Ada perasaan aneh yang menyelusup di relung hati ini, rasa bimbang ini seakan tak tertahan. Ah, tak seharusnya aku begini, dia bukan siapa-siapa bagiku. Dia hanya seorang atasan di kantor. Ketika sampai di rumah, kualihkan pikiran kepad

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Isi Hati Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 33 : Isi Hati Vika[Radit, aku mencintaimu. Bolehkah aku menjadi mama dari anak-anakmu?]Ini isi chat dari wanita yang kini sedang terbaring di hadapanku. Apa-apaan dia? Ah, kekanak-kanakan sekali. Kugaruk dahi yang tidak gatal. Apa yang harus kulakukan sekarang? Dia serius atau cuma bercanda, ya? Ada-ada saja. Aku jadi teringat kata-kata Arsha saat itu, katanya Vika suka denganku dan kupikir itu hanya bisa-bisanya putri sulungku itu saja.“Bu Vika, saya harus segera ke kantor. Hmm ... nanti Evita akan saya suruh ke sini, biar bisa menemani Bu Vika,” ujarku sambil bangkit dari kursi.Vika terlihat salah tingkah, tapi aku tetap berusaha bersikap wajar. Aku tak mau membuatnya malu, sedikit kasihan juga dengannya jika isi chat ini memang benar isi hatinya.Tanpa menunggu jawabannya, aku segera keluar dari ruangan itu dan meninggalkannya. Saat berpapasan dengan seorang perawat, aku sudah berpesan untuk menitipkan bosku itu, Vika Putri.Sesampainya di parkira

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Vika 2 (Chat Nyasar)

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 32 : POV Vika 2 (Chat Nyasar)[Hey, pelakor, jangan ganggu suamiku!]Sebuah pesan dari nomor tak dikenal, masuk ke ponselku. Dahi ini langsung berkerut kala membacanya dan menganggap pesan itu hanya salah nomor sebab saat ini aku tak sedang mengganggu suami siapa pun. kuabaikan pesan itu dan melanjutkan aktifitasku yang sedang membaca sebuah novel online di KBM App dengan judul “Istri Gaib” karya Evhae Naffae. Aku mulai berkhayal jika memiliki suami gaib, ah ... mungkin asyik kali ya. Hanya aku yang dapat melihatnya, otomatis aman dari gangguan pelakor. Eh! Kok pelakor?‘Ting-ting-ting’ Beberapa pesan WhatsApp masuk kembali ke ponselku. Ah, benar-benar mengganggu saja tapi kayaknya nomor yang tadi deh yang chat, apa dia mau minta maaf karena telah salah kirim atau apa ya? Segera kubuka pesan itu dan membacanya.[Hey, pelakor, kuingatkan kepadamu, jangan pernah ganggu Bang Radit lagi. Kami akan segera rujuk, jadi jangan berharap kamu bisa menggodanya!][M

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   Ulah Arsha

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 31 : Ulah ArshaAku masih sibuk mengerjakan laporan yang dipinta Pak Sofian harus selesai besok, saat getar ponsel membuyarkan konsentrasi. Segera kuraih benda pipih itu dan melihat siapa yang mengirim pesan.[Pak Radit, ajakan tadi malam, masih berlaku ‘kan? Jam berapa kita pergi?]Agghh ... itu chat dari Vika. Semua karena ulah Arsha, putri sulungku yang kini sudah pandai mengerjai papanya. Dasar! Aku tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Aku tak berminat pergi makan siang bersama Miss jutek itu, apalagi kalau sampai ketahuan Hilman yang sepertinya masih menyimpan rasa dengannya. Aku tak tega, lagipula aku tak mau seisi kantor heboh dengan gosipku dan Vika. Aku tak suka membuat skandal dan menjadi bahan perbincangan.Kumainkan ponsel dan memikirkan balasan yang tepat untuk Vika, aku tak mau membuatnya tersinggung. Dia gadis yang baik dan temannya Arsha pula, aku harus bisa membuat alasan yang masuk akal tapi apa, ya?‘Tok-tok’ Tiba-tiba terdenga

  • Suara Hantu di Kamar Tamu   POV Vika

    Suara Hantu di Kamar TamuPart 30 : POV Vika[Assalammualaikum, Bu Vika, maafkan saya atas kejadian di Bandara. Bukan maksud saya ingin menolak kebaikan ibu, tapi saya hanya merasa tak enak saja karena sudah merepotkan. Sekali lagi maaf.]Kupandangi chat dari Radit, rasanya tak percaya saja dia bisa chat aku begini. Senang sekali, bunga sakura seakan berterbangan di mana-mana, padahal isi chatnya biasa saja. Dasar aku, noraknya kebangetan! Aku tersenyum sendiri sambil memeluk ponsel.Aku balas apa ya? Duh, kok jadi grogi gini mau ngebalas apa? Kuacak rambut dengan menggeleng lemas. Vika, nggak usah malu-maluin begini, kenapa? Tinggal balas ‘tidak apa-apa’ aja jari ini mendadak kaku. Begini deh akibat dari mencintai seseorang dalam diam, padahal orang dicintai itu tak tahu sama sekali, hanya aku saja yang terlalu berharap kepada sesuatu yang tak mungkin.[Waalaikumsalama. Iya, Pak Radit, tidak apa-apa, saya bisa mengerti kok.]Segera kutekan tombol sent, selesai! Segampang itu tapi aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status