Suara Hantu di Kamar TamuPart 34 : GalauHari terus berlalu. Semenjak kejadian Vika mengirimkan chat isi hatinya, aku belum pernah melihatnya lagi muncul di kantor ini. Sedikit bimbang juga dengan keadaannya sekarang. Apa dia tersinggung dengan penolakanku atau juga sakitnya semakin parah? Kubolak-balik ponsel di tangan ini, dilema antara menanyakan keadaannya atau tetap cuek karena aku tak mau memberinya harapan palsu jika benar dia memiliki rasa terhadapku.Jam pulang kantor pun tiba. Kulirik ruangan di depan sana, di mana ada gadis yang selalu melempar senyum jika bertemu denganku, tapi kini ruangan itu terlihat sepi. Kuusap wajah dengan kesal, karena suasana hati jadi tak menentu saat ini.Sepanjang perjalanan pulang pun, aku masih kepikiran Vika. Ada perasaan aneh yang menyelusup di relung hati ini, rasa bimbang ini seakan tak tertahan. Ah, tak seharusnya aku begini, dia bukan siapa-siapa bagiku. Dia hanya seorang atasan di kantor. Ketika sampai di rumah, kualihkan pikiran kepad
Suara Hantu di Kamar TamuPart 35 (Tamat)“Hay!” Suara yang tak asing itu membuatku terkejut dari lamunan.Kulirik ke arah suara dari sebelah kanan kursi, seorang wanita dengan senyum manis menyambutku.“Vika!” Aku tak dapat menyembunyikan senyum bahagia saat melihatnya kini malah duduk di sampingku, padahal tadi aku sudah mendengar suara pesawat naik landas.“Ayo, pulang!” Vika tiba-tiba menggandeng tanganku dan mengajak untuk beranjak dari kursiku.Aku tak bisa berkata-kata, kuturuti saja ajakannya yang kini malah menggandengku ke tempat parkiran. Aku tersenyum, hati ini senang saat dia tak jadi pergi. Tanpa kusadari, perasaan aneh ini muncul tiba-tiba.Aku memasukkan koper milik Vika ke bagasi, lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia menahan senyum saat duduk di sebelahku.“Coba, katakan sekali lagi ucapan kamu di bandara tadi? Aku tak salah dengar ‘kan? Sebab tak ada tiket untuk ke kota x lagi hari ini, tiketku hangus hanya karena ingin memeriksakan telinga yang sepertinya menga
Suara Hantu di Kamar TamuPart 1 : Suara Hantu"Pa, di rumah kita kayaknya ada hantu deh," ujar Arsha, putri pertamaku yang kini duduk di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama."Iya, Pa, Arka juga ngira gitu deh .... " timpal putra keduaku, dia kelas 5 Sekolah Dasar."Masa sih?" tanyaku acuh sambil terus menyendok nasi goreng ke mulut."Iya, Pa, tiap tengah malam ... sering terdengar suara aneh dari kamar ruang tamu yang di pojok," ujar Arsha lagi."Bukan hanya suara aneh, kadang juga seperti ada suara benda jatuh, padahal 'kan ... kamar itu kosong." Arka menyudahi sarapannya."Hmm ... Akan papa pikirkan masalah ini. Cepat sarapannya dan setelah itu berangkat sekolah sama Om Riko," jawabku akhirnya saat melihat Riko menuruni anak tangga dan menuju ke meja makan.Riko, dia adikku yang menumpang tinggal bersama kami karena dia kuliah di Kota ini sebab rumah orangtuaku berada di kota yang berbeda."Arsha, Arka, udah belum sarapannya?" tanya istriku sambil menggendong anak ketiga kami yang
Suara Hantu di Kamar TamuPart 2 : Pasang CCTVSetelah berhasil membeli kamera CCTV, aku segera kembali ke kantor. Rasanya sudah tidak sabar untuk memasang benda kecil ini di kamar tamu yang menurut dua anakku ada hantunya itu. Sebaiknya, sebelum malam aku harus sudah memasang kamera tersembunyi ini yang tentunya tak ada yang boleh tahu, termasuk Syilvina, istriku.Kulirik jam di pergelangan tangan yang sudah menunjuk ke arah pukul 16.00, pekerjaanku juga sedikit lagi rampung. Setengah jam lagi, aku harus berkemas pulang. Sebelum magrib, aku harus sudah berada di rumah.Pukul 16.30, aku sudah berada di mobil dan memacunya menuju pulang. Suasana jalanan lumayan sepi, jadi aku bisa memacu kendaraan secepat mungkin.Satu jam kemudian, aku sudah tiba di rumah. Anak-anak menyambutku dengan girang. Maklum, kalau hari biasanya aku pulang ketika semuanya sudah tertidur.“Tumben pulang awal, Bang?” sambut Syilvina sambil salim kepadaku lalu membantu membawakan tas kerja juga jasku.“Kerjaan s
Suara Hantu di Kamar TamuPart 3 : Berprasangka Baik"Ma, udah selesai belum masaknya? Arka udah lapar .... " Belum sempat Syilvina menjawab pertanyaanku, putra keduaku sudah muncul di hadapan kami sambil mengelus perutnya."Udah, ayo kita makan malam sama-sama! Kamu sama papa duluan duduk di depan makan, Mama mau manggil Kakak dan adikmu juga Om Riko," ujar istriku sambil melangkah keluar dari dapur.Aku dan Arka duluan duduk di depan meja makan sambil menunggu yang lainnya, namun seribu tanya mulai membebani pikiran ini. Aku masih penasaran dengan kata "beb" yang diucapkan Syilvina, istriku yang cantik dengan body aduhai walau sudah melahirkan tiga anak kami. Ah, pikiran jahat semakin merasuki kepala ini."Ayo, makan, Bang!" Suara Syilvina mengagetkanku, ternyata semua orang sudah berada di depan meja makan. Tiga anak-anakku, adikku juga istriku.Aku menghela napas berat dan menoleh ke piring yang ternyata sudah lengkap dengan nasi dan lauk. Entah kapan Syilvina mengambilkannya, aku
Suara Hantu di Kamar TamuPart 4 : Tak ada yang terekamPermainan selesai, Syilvina terlihat meringis lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kenapa dia? Apa dia sedang bad mood atau apa? Kuraih dia ke dalam pelukan dan mengelus punggungnya yang berbaring dengan membelakangiku."Sayang, kamu kenapa?" bisikku."Nggak kenapa-kenapa, Bang. Aku hanya capek dan ngantuk. Aku tidur dulu," jawabnya namun masih dengan mode memunggungiku.Dengan masih memeluknya, aku juga mulai memejamkan mata. Sudah lama tak bisa memeluknya seintim begini. Kalau malam-malam kemarin, kala melihatnya sudah tertidur pulas, aku tak berani menyentuhnya lagi. Aku tahu, dia pasti kelelahan mengurus rumah juga anak-anak kami. Semoga lelahmu menjadi ladang pahala untukmu, istriku. Kucium punggung lalu semakin mengeratkan pelukan.*******Azan subuh sudah berkumandang, aku segera membuka mata. Syilvina melempaskan diri dari pelukanku. Ia langsung melangkah menuju kamar mandi, aku mengekor di belakangnya dengan mak
Suara Hantu di Kamar TamuPart 5 : Hantunya takut sama papaAh, ribet juga cara menggunakan kamera CCTV ini. Katrok sekali aku, capek ke aku dong kalau terus bolak-balik copot pasang nih kamera. Kenapa nggak kuhubungan ke laptop atau ponsel aja? Nah, ‘kan karena teror hantu itu aku jadi nggak bisa mikir dengan cerdas begini. Browsing saja dulu kalau gitu, mau nanya teman, malu juga entar diledekin.Setengah jam mengotak-atik, akhirnya selesai juga. Kenapa baru terpikir sekarang? Nanti sore akan kupasang kembali benda kecil ini dan aku akan memantaunya lewat ponsel atau laptop dan tak akan repot bongkar pasang lagi. Aku tersenyum simpul.‘Tok-tok’ terdengar ketukan dari depan pintu ruanganku. Aku segera bangkit dan membuka pintu. Terlihat Mis Jutek atau Vika Putri di depan pintuku. Mau apa dia? Apa mau ngasih kerjaan lagi, tugas dari Pak Sofian saja belum selesai kukerjakan.“Ya, Mbak Vika, ada apa?” tanyaku dengan mengerutkan dahi.“Hmm ... Pak Radit, anda benaran sedang sakit? Kok ti
Suara Hantu di Kamar TamuPart 6 : Notifikasi CCTV[Sayang, malam ini Abang nginap di mes soalnya bakal lembur sampai larut malam. Titip anak-anak, ya! I love you.] Kukirimkan pesan itu kepada Syilvina biar dia nggak nungguin aku malam ini.[Iya, Bang. I love you too.] Aku tersenyum senang pesanku langsung dibalas olehnya.[Jangan lupa kunci pintu! Kalau ada apa-apa, segera hubungan Abang.] Kembali kutekan tombol send.[Iya, Bang.]Segera kusimpan ponsel dan kembali melanjutkan pekerjaan. Laporan ini harus selesai sebelum malam, biar nanti aku bisa mengamati hantu penunggu kamar tamu itu.Saat adzan magrib telah berkumandang, segera kukemaskan tas kerja dan tak lupa mengambil kunci mes. Suasana kantor sudah sepi, kulangkahkan kaki menuruni anak tangga lalu menuju parkiran. Bangunan Mes tepat bersebelahan dengan kantor, aku langsung mengemudikan mobil memasuki halaman bangunan berlantai tiga itu. Sekilas, mes itu terlihat seperti hotel. Hanya terdapat kamar yang cukup luas, ada 50 kam