Share

Cinta Tanpa Batas

            Suatu sore Mardian bertemu Marni di taman kota. Dia sedang membaca. Mardian menghampirinya dan duduk di sampingnya.

            “Wah, Bung suka berjalan-jalan sore rupanya,” kata Marni sambil menutup bukunya.

            Mardian tersipu. “Aku suka dengan langit petang, keindahaannya seperti memberi tabik pada kejamanya malam,” jawabnya.

            “Ah, ya, senja. Keindahannya merupakan ketidakpedulian dalam kesabaran yang diam; sebuah ironi dari keapatisan. Tapi begitu, pasti ada alasan sesungguhnya, alasan di balik segala alasan. Alasan apa dan mengapa.”

            “Entahlah. Aku tidak begitu memikirkan hal romantis itu. Bagiku,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status