Share

68.

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2024-03-05 17:04:43

Jax’s POV

Setelah melalui perjalanan selama tiga hari, kami akhirnya berlabuh di Southwest Island, tempat di mana Devon mengasingkan kekasihnya, Jessabelle dan anak-anaknya. Bayanganku ketika mendarat nanti adalah pulau tak berpenghuni di mana hanya ada Jessabelle juga beberapa orang anak yang merupakan darah daging Devon dan Jessabelle.

Tak mungkin akan ada penduduk lain, karena yang kutahu mengenai Southwest adalah pulau kosong yang memang merupakan aset yang Devon miliki sejak dulu.

Dari yang kuingat, ia dulu sempat ingin menyatukan North dan Southwest Island, tetapi dikarenakan beberapa pertimbangan, ia urung melakukannya. Dan sepertinya, yang terjadi sekarang merupakan hikmah dari sikapnya yang tidak gegabah.

Kuakui, Devon memang seorang pemimpin yang penuh pertimbangan, meski terkadang sikapnya itu membawa kerugian, tetapi tentu saja tak akan lebih parah ketimbang jika ia bersikap sembrono.

Langkahku terhenti ketika baru saja menjejakkan kaki di daratan pulau tersebut. Beberapa orang telah menyambut kami dengan membawakan rangkaian bunga yang mereka kalungkan di leher kami. Beberapa lainnya membawa sebuah nampan seperti benda yang mereka gunakan untuk melakukan pemujaan lalu mencipratkan air ke wajahku.

“Selamat datang, Tuan Zaverio. Nona Tierry telah menantikan kedatanganmu,” ucap salah satu dari beberapa orang yang berkerumun menyambut kami layaknya tamu kehormatan.

Jika mereka melakukan itu terhadap Devon, mungkin masuk akal, karena bagaimana pun, Devon adalah pemimpin mereka. Ia bahkan pemilik pulau ini. Apakah mereka melakukan itu karena sudah mengetahui bahwa mereka akan kedatangan tamu?

“Terima kasih. Aku akan segera menemuinya. Bisakah kau antarkan kami ke sana?” jawab Devon tampak penuh wibawa dan terlihat jelas bahwa seluruh penduduk sangat menghormati dan memperlakukan Devon layaknya raja.

Wanita yang sejak awal menyambut kami, mengangguk menanggapi permintaan Devon. Ia lantas memberi isyarat agar kami mengikutinya menuju ke tempat di mana kami bisa bertemu Jessabelle.

Aku tak sabar untuk memastikan semirip apa wanita itu dan Ivanna. Meski Devon telah memastikan bahwa mereka berdua memang sangat mirip satu sama lain, tetapi tetap saja, aku ingin memastikannya sendiri.

Langkah kami belum berhenti, karena wanita yang memandu kami juga belum menunjukkan tanda-tanda bahwa kami sudah tiba di tempat yang kami tuju. Pemandangan yang ada di sepanjang jalan, membuatku sesaat terpana dan teringat pada Ivanna. Ia pasti akan sangat menyukai tempat ini.

Langit cerah seolah menjadi atap yang menaungi taman bunga lavender serta beberapa tanaman hijau menghiasi sisi kanan dan kiri mengapit jalan setapak yang kami lalui. Aku bisa menghidu aroma wewangian alami dari tanaman tersebut. Aroma yang menenangkan terhidu olehku dan membuatku betah berlama di tempat itu.

“Silakan, Tuan. Sebentar lagi Nona Tierry akan keluar menemui anda.” Wanita itu membuka pintu sebuah rumah megah yang berada di tengah danau, kemudian ia pamit untuk pergi, membiarkan aku dan Devon berada di tempat itu.

Beberapa kali aku menengok benda di pergelangan tangan, memastikan kalau kami tidak akan terlalu lama berada di tempat itu. Aku masih memikirkan kondisi Ivanna untuk saat ini.

Rasanya ingin mengurungkan niat bertemu Jessabelle dan beranjak pergi saja. Namun, niat itu pun sirna kala suara langkah di atas lantai kayu terdengar mendekat ke arah kami.

Aku mengangkat kepala, menatap seraut wajah yang muncul di hadapanku dengan senyum lembut tersungging di paras ayunya.

Sungguh, wanita ini benar-benar mirip dengan Ivanna. Kecuali tentu saja apa yang telah kusebutkan sebelumnya.

Devon bangkit, meraih wanita itu ke dalam pelukannya. Mereka berpelukan untuk beberapa saat, kemudian Devon melepaskan rengkuhannya dan mengecup bibir wanita itu.

“Akhirnya kau mengunjungi kami. Meski ...” Tatapan wanita itu tertuju padaku. “Kau datang dengan seseorang yang tidak kuharapkan. Jason Alister.”

Raut wajah wanita itu berubah seketika, yang semual begitu hangat dan lembut, kini menjadi bengis dan tampak membenciku—atau mungkin Jason. Ia melangkah mendekat le arahku dan menatapku tajam.

“Apa tujuanmu kemari, huh?!”

“Jessy, kau telah salah sangka.” Devon berdiri di hadapan wanita yang ia panggil Jessy. Pasti dialah Jessabelle yang ingin kutemui sejak beberapa hari lalu. “Dia adalah adik Jason. Jax Alister. Dia sahabatku.”

Mendengar perkataan Devon, ekspresi Jessabelle berubah seketika. Otot wajah yang semula menegang, kini sudah sedikit melunak.

“Oh, maafkan ketidak sopananku, Tuan Alister. Aku hanya—“

“Tolong, jangan terlalu formal denganku. Panggil Jax saja dan aku tidak merasa terganggu dengan sikapmu sebelumnya,” ucapku, menyadari satu hal, bahwa Jason pastilah sudah memberikan kerugian bagi banyak orang. Mungkin salah satunya adalah Jessabelle.

“Sungguh, maafkan aku, Jax. Kakakmu ... aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Aku—“

Wanita itu tampak berkaca, yang seketika membuatku teringat pada Ivanna-ku yang cantik yang kini mungkin tengah berada di alam mimpi atau di alam lain untuk sementara waktu. Terlebih ketika Devon dengan cepat mengambil alih pembicaraan demi menjaga sang kekasih, membuatku ingin melakukan hal yang sama terhadap Ivanna.

“Dia memang akan selalu emosional setiap kali membahas Jason. Maafkan dia.” Devon kemudian menoleh pada Jessabelle dan memberikan isyarat pada wanita itu, hingga berhasil membuatnya tenang.

“Apa yang terjadi? Apakah Jason melakukan hal buruk padanya?” tanyaku, menatap Devon dan Jessabelle secara bergiliran.

“Tidakkah aku pernah menceritakannya?”

Aku terdiam berusaha mengingat apakah Devon memang pernah menceritakan apa yang terjadi antara Jessabelle dan Jason, atau aku telah melupakannya karena tidak menyangka kalau masalah ini pada akhirnya harus muncul lagi ke permukaan.

“Kau pasti sudah melupakannya. Namun, aku pernah mengatakannya padamu, kalau Jason hampir menjadikan Jessabelle menjadi vampir seperti kita. Untung saja aku sempat mengetahui itu dan berhasil membawanya kabur. Jika tidak, mungkin ia kini akan menjadi seperti Beth dan lainnya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   93. END

    Jax's POV Aku dan Ivanna saling bertatapan, begitu pula Gabby yang terlihat tak percaya apa yang baru saja ia dengar. “Kehamilanmu adalah hadiah dari Amethyst, Sang Dewi Bulan, untukmu dan Dokter Davidson, karena kalian telah menolong kami,” lanjutnya. Aku bisa melihat air mata bahagia menetes dari sudut mata Gabby. Ia telah lama menantikan seorang bayi, karena menurutnya, dirinya tak mungkin bisa mengandung. Vampire tak mungkin mengandung, meski Ayden adalah seorang hybrid yang masih mungkin memiliki organ dan sel hidup dalam tubuhnya untuk bereproduksi, tetapi tidak dengan Gabby.Itu sebabnya ia mengusahakan dengan eksperimen yang telah hancur akibat perbuatan Jason. “Aku sangat bahagia mendengarnya. Selamat, Gabby!” Ivanna turut meneteskan air mata dan memeluk Gabby dengan erat, begitu pula lainnya bergantian mendekap wanita berambut merah itu. “Lalu bagaimana dengan embrio yang Jason bawa saat itu?” tanya Ivanna tampak ingin tahu. “Dia tak pernah tumbuh, Ivanna. Aku melihatny

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   92.

    Jax’s POVAku bisa merasakan nagamaki yang menembus punggung Jason semakin mengoyak tubuhnya, termasuk juga tubuhku. Jason menarikku mendekat dan seolah tak membiarkanku hidup sementara dirinya harus berakhir di tangan wanita yang selama ini ia anggap lemah.Ivanna berhasil menaklukkan apa yang selama ini membuatnya gentar. Pertemuan dengan Bethany dan Jason, adalah hal paling menakutkan baginya.Jason mendekapku cukup lama. Bola mata kelabunya menatapku dengan tatapan bengis, penuh kebencian. Aku masih ingat perkataannya yang terdengar sebagai ancaman seolah aku akan takut dan memilih untuk berpihak padanya.“Kau tidak akan pernah bisa lari, Jax. Aku akan terus memburumu dan keturunanmu di kehidupanku selanjutnya,” ujarnya, kemudian menyeringai.“Mungkin. Jika kau memang terlahir kembali, aku akan dengan senang hati menghadapi dan membunuhmu dengan tanganku sendiri,” jawabku sebelum kemudian mendorong Jason menjauh dan berusaha menopang tubuhku sendiri agar tak terjatuh.Aku masih in

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   91.

    Ivanna's POV Aku bangkit perlahan, duduk dengan tegak dan meraih Ash yang semula kubaringkan di atas hamparan pasir. Tak ada tangis sedikit pun, seolah ia mengerti bahwa ibu dan ayahnya sedang berjuang untuk keselamatannya, maka ia tak ingin membebani kami dengan rengekan.Aku menyerahkan Ash pada Ivory, membiarkan wanita itu merengkuh putraku.“Aku tak tahu apakah ini keputusan benar, mempercayakan bayiku padamu. Namun, seperti kau percaya padaku, maka itu yang kulakukan. Aku percaya padamu. Tolong jaga Ash untuk kami. Aku akan kembali ke sana menolong Jax dan kawan-kawan lainnya. Aku akan kembali mengambil Ash setelah kekacauan ini selesai.”“Tenang saja, Ivanna. Kau bisa percaya padaku. Aku berjanji akan menjaga Ash, karena ia adalah jodoh Mackenzie. Tak mungkin aku melenyapkan jodoh putriku sendiri. Sekarang kembalilah, tolonglah Jax dan lainnya. Aku akan membantu kalian dari sini,” ucap Ivory yang membuatku tertegun sejenak mendengar apa yang barusan ia ucapkan.Ash berjodoh den

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   90.

    Ivanna’s POVGabby menatapku dengan tatapan yang tak mampu kuterjemahkan. Apa yang tengah ia pikirkan saat ini? Mengapa aku tak bisa membaca pikirannya, dan pikiranku seolah tak mampu menangkap sinyal darinya. Apakah ini karena perasaanku tengah kacau balau?Gabby tampak gugup dan tak bisa memberikan jawaban maupun menuruti keinginan Jason, untuk memberikan Ash pada Bethany yang sudah tampak begitu kelaparan. “A-aku ingin ke kamar kecil,” ucap Gabby yang membuatku terhenyak. Apakah ia berniat untuk melarikan diri di tengah kekacauan yang telah ia buat? Jax mengatakan padaku bahwa Gabby sempat berniat untuk mengkhianati kami. Apakah ini salah satunya?Mendengar perkataan Gabby, Jason tersenyum mengejek. “Kau ingin menipuku, huh?”Gabby menggeleng. Bahkan ketika Jason akhirnya mencengkeram wajahnya, perempuan itu sama sekali tidak memberi perlawanan. Ayden yang tampak geram dan berusaha melepaskan diri untuk bisa menyelamatkan kekasihnya, sementara aku dan Ash, nyawa kami di uju8ng tan

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   89.

    Ivanna's POV Bethany, jika aku tak salah mengenali, layaknya seekor anjing yang datang bersama tuannya. Jason mengikatnya tanpa ampun.“Halo, Ivanna. Apakah aku lupa mengatakannya, bahwa kau tak akan pernah bisa lari dariku. Ke mana pun kau pergi, aku akan selalu bisa menemukanmu.” Ia menoleh pada makhluk yang ada dalam ikatannya. “Benar begitu, kan, sayang. Kau boleh menyapa dirimu di kehidupan terakhir, Beth. Setelah ini, kaulah yang akan hidup dan dirinya hanyalah tinggal kenangan.”“Kami tak akan biarkan kau menyentuh Ivanna!” geram Gabby kemudian menerjang Jason yang dengan gesit selalu berhasil menghindar.Lalu giliran Ayden yang menyerang. Kekuatan keduanya imbang, tetapi bagaimana pun, Jason adalah lelaki yang licik. Ia menggunakan Bethany sebagai senjata untuk menghalau dan mempersulit posisi Ayden dan Gabby.“Kau harus menghabisinya, Ayden. Kita harus selamatkan Ivanna.” Aku masih mendengar suara mereka berdua tengah bercakap-cakap sembari sesekali kudengar suara denting be

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   88.

    Ivanna’s POVDi tengah kekacauan yang terakhir kali kulihat adalah sosok kekasihku yang telah siap dengan sahabat karibnya, nagamaki yang selalu tersemat di balik punggung. Jika Jax sudah mengetatkan genggaman di ujung pegangan nagamaki, itu artinya, pertarungan besar akan terjadi. Jumlah Feral yang datang, aku lupa tepatnya, tetapi aku tahu kalau mereka tak hanya satu, dua, atau sepuluh. Ratusan, jika aku boleh memperkirakan. Apakah Jax dan Max akan baik-baik saja menghadapi mereka?Ivory menarik lengan dan membawaku melarikan diri bersamaan dengan datangnya gerombolan makhluk liar itu. Aku merasa beruntung karena tak hanya aku yang ada di sana, melainkan Ayden dan Gabby yang bertemu dengan kami di sebuah persimpangan.Beruntungnya, Ash tak pernah jauh dariku. Ia masih berada dalam gendonganku setelah mendapatkan tanda keanggotaannya.“Ivy, akan kau bawa ke mana kami?” tanyaku, sembari mengikuti kecepatan wanita itu. Ivory sangat gesit dan lincah. Ia seolah sudah terbiasa melarikan

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   87.

    Jax's POV “Jax, apakah kau sudah gila? Aku sudah katakan kalau Ash berada dalam bahaya. Kau malah setuju untuk ikut dengan mereka.” Ivanna menyuarakan protes ketika mendengar permintaanku agar kami segera berkemas. “Aku tak menyangka kau menganggap perkataanku hanya bualan.”“Aku tak pernah berpikir demikian, Ivanna. Mengertilah!” Aku meraih wanita itu agar menghadap padaku. “Ivanna, dengarkan aku. Kita tidak memiliki pasukan dan Jason bisa menyerang kapan saja.”“Devon sudah menyerahkan klan-nya untukmu, bukan? Kita bisa memulainya jika kau mau.”Aku menggeleng. “Tidak semudah itu, Ivanna. Banyak yang harus kita lakukan dan persiapkan untuk membentuk sebuah klan yang kuat. Kita belum sebanding dengan Jason, kecuali kalau ia berani berduel melawanku, maka kupastikan aku akan menang.”Ivanna tampak gelisah. Wajah pucatnya yang biasanya masih merona, kini terlihat makin pucat. Ia tampak kelelahan setelah apa yang kami lalui selama beberapa hari terakhir. Aku tak ingin jika penderitaan

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   86.

    Jax’s POVAku membawa Ivanna untuk ikut denganku menuju ke ruang bawah tanah. Aku susdah mengatakan padanya, meski masalah ini bukanlah rahasia dan Max bahkan tak melarangku jika aku ingin menyampaikan pada Ivanna, tetapi tidak seharusnya kami datang ke ruang bawah tanah di malam hari seperti ini.Kekuatan feral akan meningkat di malam hari dan aku tak ingin sampai membuat kekacauan karena sikap keras kepala kekasihku ini. Namun, apa boleh buat?Kubiarkan ia melihat di sekeliling, di mana beberapa lycan tengah dikurung, tetapi dalam kondisi normal. Ivanna tampak tertarik dengan apa yang membuat Max dan member pack memutuskan untuk memenjarakan mereka.“Pastinya karena masalah yang cukup besar mereka mendapat hukuman sebagai efek jera,” jawabku saat Ivanna tampak tak mampu menahan diri dan sebelum ia berpikir bahwa pemerintahan yang Max jalankan terlalu ketat, aku memberikan penjelasan padanya.Tiba di satu sel yang tampak berbeda dibanding lainnya, langkahku terhenti dan ia pun melaku

  • Suck Me Harder, Mr. Bodyguard! (INDONESIA)   85.

    Ivanna's POV Aku masih memikirkan perkataan Ivory mengenai penawarannya agar Jax menjadi warior bagi Alsenic pack dan kami menjadi bagian dari pack tersebut. Aku bahkan belum menyampaikan pembicaraan itu pada Jax. Ia tengah menyibukkan diri menimang Ash dan aku hanya memerhatikannya dengan banyak pikiran yang semrawut.Setelah berhasil menidurkan Ash, Jax membaringkannya di sebuah box bayi yang juga sudah tersedia lengkap di rumah ini, lalu menghampiriku yang sejak tadi termenung memandangi Jax dengan tatapan kosong.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Jax setelah mengecup bibirku sekilas. Aku mendesah dan memaksa tubuhku untuk berbaring, sementara ia meraih kakiku dan memijitnya dengan lembut. “Lihatlah, kau sangat kelelahan. Katakan apa yang sedang kau pikirkan? Mungkin saja membaginya denganku pikiranmu bisa sedikit lebih tenang.”“Jax, apakah Max mengatakan sesuatu? Bukankah kalian tadi berjalan ke suatu tempat berdua? Apakah dia mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan politik atau

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status